Inevitable Fate [Indonesia]

Merebutmu Dari Kedua Berandal Nakal



Merebutmu Dari Kedua Berandal Nakal

0I am here for you .. always here for you     
0

When you're needin' someone to hold you     

Remember I told you     

- Here For You by Firehouse -     

===========     

Semua rekan memandang kaget ke Shingo. Bahkan Reiko sekalipun, ikut melongo melihat tindakan Shingo yang begitu saja merebut gelas Reiko dan menenggak sake di dalamnya.     

Itu ... itu merupakan undirect kiss atau ciuman tak langsung!     

Tapi Shingo menampakkan wajah tak perduli dia meski yang lainnya berseru heboh melihat tindakan spontannya. Dia tadi tidak berpikir apapun selain hanya menyelamatkan Reiko yang sudah nyaris tumbang.     

Namun, tidak demikian dengan rekan-rekan satu mejanya yang masih saja heboh mengomentari aksinya.     

"Shi-Shingo-san ...." Reiko terpana menatap lelaki di sebelahnya. Yuza sudah cemberut di sisi lain Reiko ketika melihat perbuatan Shingo.     

"U-undirect kiss!" seru Azuka dengan mata melebar.     

"Wuaahhh! Shin begitu jantan! Wahaaahh, Shin hebat!" seru Erina sambil bertepuk tangan. "Dia menyelamatkan Reirei?"     

"Wow, Shin-chan benar-benar gentleman! Aku mengidolakanmu, Shin-chan!" Yukio turut berseru untuk Shingo.     

"Aku rasanya ingin mabuk saja dan ditolong Shin-cchi." Azuka menangkup pipi menggunakan dua tangannya sambil menatap memuja pada Shingo.     

Namun, lelaki yang menjadi pusat perhatian mereka saat ini justru bersikap acuh tak acuh, seolah dia tak melakukan apapun. Berbeda jauh dengan yang satunya lagi, Yuza.     

Yuza makin cemberut. Dia menyesal tidak melakukannya terlebih dahulu dan kecolongan Shingo! "Reiko-chan, ayo aku antar kau pulang saja, yah!" Kesal sendiri, dia pun memunculkan ide ini tanpa aba-aba.     

"Eh? Pulang?" Erina muram.     

"Ya, lihat saja, dia sudah merah padam dan matanya sudah tidak fokus lagi. Ayo, Reiko-chan!" Yuza tak perduli lagi dan meraih pinggang Reiko untuk diangkat agar berdiri. Reiko tidak banyak memberikan reaksi karena memang nyatanya dia sudah lemas dan juga pusing.     

"Yu-Yuza-kun ... aku masih tahan." Meski begitu, Reiko jadi tak enak hati, apalagi melihat tatapan sedih Erina. Apakah dia harus menyesali dirinya karena tidak terbiasa minum alkohol atau sake makanya begitu cepat mabuk begini?     

"Tapi ... kita belum ke karaoke." Erina merengek. Dia begitu ingin mengajak semua orang, terutama Reiko ke karaoke dan menikmati malam persahabatan yang indah bagai di drama-drama.     

"Kapan-kapan saja, oke? Yang penting, Reiko-chan dulu!" tegas Yuza tak mau berkompromi dan menyeret keluar Reiko dari sana.     

Shingo ikut bangkit.     

"Ehh? Shin?" Erina menatap bingung pada Shingo.     

"Aku akan menemani mereka. Yuza biasanya sembrono." Shingo pun berjalan keluar setelah mengucapkan terima kasih ke Erina. Ia mengejar Yuza dan Reiko.     

Kini, tinggal Erina dan sisanya yang menatap bengong atas kepergian tiga orang itu. Wajah gadis itu terlalu cemberut untuk disembunyikan. Rekan-rekan yang tersisa pun sibuk membujuk dia.     

Dan akhirnya, mereka pun melanjutkan makan dan minum sebelum benar-benar mendatangi tempat karaoke untuk melanjutkan bersenang-senang. Namun, mata Erina masih berkeliling di area luar, siapa tau dia menemukan tiga orang tadi masih di jalanan. Tapi, itu tak mungkin, kan?     

Tanpa diketahui siapapun, ada lelaki yang bangkit dari kursinya begitu Shingo keluar mengejar Yuza dan Reiko. Lelaki itu mendatangi sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari sana. "Melapor kepada Tuan Muda ...." Lalu dia menceritakan semua kejadian di dalam mobil.     

Dahi Nathan Ryuu yang mendengarkan laporan dari anak buahnya, segera berkerut cemas sebelum dia memerintahkan supirnya untuk lekas mengejar Reiko. Pantas saja tadi dia melihat Reiko keluar dipapah Yuza dan kondisi kekasihnya terlihat aneh. Ternyata itu karena Reiko mabuk!     

Tadinya dia sudah hendak emosi melihat Yuza memeluk pinggang Reiko seperti itu, namun setelah mendengar keterangan dari anak buahnya, emosinya lenyap dan berganti dengan kecemasan.     

Mobil hitam itu berhasil mengejar tiga orang yang sedang sibuk berdebat.     

"Aku akan mengantarkan dia sampai ke apartemen. Kau tak usah ikut, Ossan!" Yuza berusaha menghalau Shingo agar tidak mengikutinya.     

"Memangnya kenapa kalau aku menemani kalian. Aku khawatir Reiko-san kenapa-kenapa jika bersama dirimu." Shingo membalas dengan suara datar meski pandangannya terlihat cemas ke Reiko yang sempoyongan dan hampir kehilangan kesadaran.     

"Tsk! Aku bisa sendiri membawa Reiko-chan ke sana. Ohh, kau bisa memanggilkan taksi untuk kami kalau memang kau ingin membantu. Cepat!" Yuza merasa terganggu dengan kehadiran Shingo.     

Ketika Shingo mengalah dan hendak menyetop taksi yang lewat, mendadak ada mobil hitam menepi di samping mereka, mengejutkan kedua pria itu. Lebih terkejut lagi ketika melihat siapa yang keluar dari mobil.     

"Tu-Tuan Ryuu?" Yuza sampai bengong. Terutama saat Nathan Ryuu berjalan cepat menghampiri dia dan mengambil alih tubuh Reiko ke pelukannya tanpa dia bisa melawan.     

"Aku akan bawa Reiko ke apartemennya. Terima kasih sudah menjaga Rei." Tak lupa, senyum dimunculkan pada wajah berkarisma itu, menyebabkan Yuza melongo begitu saja dan patuh.     

Sepertinya pria Onodera ini memang memiliki sihir Medusa, sampai-sampai Yuza saja tak berkutik dan patuh menyerahkan Reiko, padahal tadi ribut dengan Shingo mengenai siapa yang mengantar Reiko.     

"Terima kasih, Yuza-kun, Shingo-kun. Kami pergi dulu." Secara kasual, Nathan Ryuu mengucapkan rasa terima kasihnya pada dua pria itu karena sudah mengurus kekasihnya. Ia kemudian memeluk Reiko dan masuk ke mobil.     

Di dalam mobil, Reiko sudah terlalu pusing untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Dia benar-benar payah untuk urusan alkohol. Ini karena dia memang kurang menyukai minuman jenis itu. Selain tak ingin merusak pita suara dan organ-organ vital tubuhnya sendiri. Dia memang perempuan yang terlalu sederhana gaya hidupnya.     

Itu semua dia warisi dari cara kedua orang tuanya memperlakukan tubuh mereka dengan sebaik-baiknya agar bisa menghindari dokter atau rumah sakit. Meski ironisnya, mereka tetap saja mati muda, meski disebabkan kecelakaan, bukan karena penyakit. Yah, takdir memang bekerja dengan penuh misteriusnya.     

"Ungh ... ini ...." Reiko setengah sadar menatap sekelilingnya. Lalu wajah tampan Ryuu tampil di depannya. "R-Ryuu?"     

"Iya, sayank, ini aku. Siapa lagi yang kau harapkan, hm?" Nathan Ryuu menyahut sambil menyingkirkan rambut gadis itu yang menempel di pipi.     

"Aku ... umh, mana yang lainnya? Ohh, astaga, aku belum pamit dan mengucapkan terima kasih pada Erina-san! Aku-ungghh!" Reiko mendadak membekap mulutnya karena perutnya seperti melonjak naik. Matanya melotot saking bingungnya.     

Karena ini sudah di jalan raya, dan tak ada tempat yang diperbolehkan untuk menepikan mobil, Nathan Ryuu hanya bisa berkata, "Muntahkan saja di sana." Sambil dia menunjuk ke lantai mobil di area Reiko.     

Gadis itu membelalakkan mata, apakah pria itu yakin dia boleh memuntahkan isi perutnya di mobil mahal ini? Sungguh, ini akan menjadi dilema tersendiri untuk Reiko. Ahh, andai saja tadi dia bisa menolak sake atau bir yang disodorkan Erina, kejadian seperti ini tak perlu terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.