Inevitable Fate [Indonesia]

Perkelahian Berbuntut Kericuhan



Perkelahian Berbuntut Kericuhan

0anata no kotoba no toge Yeah (kata-kata kasarmu, yeah)     
0

muishiki ni sasu kono mune (tanpa sadar merobek hatiku)     

- Silent Night (Japanese Ver.) by Dreamcatcher -     

==========     

Baru saja Yuza dikejutkan dengan pertanyaan salah satu pelanggan setia dia, seorang wanita muda yang sedikit genit, bertanya apakah Reiko pacarnya.     

Yuza agak gugup dan salah tingkah dalam merespon pertanyaan itu. Apalagi, wanita muda itu tidak kira-kira dalam suaranya. Pasti Reiko juga mendengarnya. Ia pun melirik tak enak hati ke arah Reiko, berharap gadis itu tidak tersinggung.     

Namun, respon Reiko malah tidak terduga. Gadis itu bangkit dari duduknya, tersenyum ramah sambil membungkuk ke wanita muda tadi seraya berkata, "Kenalkan, saya adik sepupu Yuza-kun."     

"Ohh! Ternyata adik sepupunya!" Wanita muda itu terperanjat sampai menutup mulut dengan punggung tangan dengan penuh gaya, lalu terkikik. "Hi hi hi, syukurlah ... aku pikir pacarnya Yu-kun."     

Percakapan mereka tentu saja didengar pembeli lainnya dan mereka menghela napas lega dalam hati masing-masing. Tidak diragukan lagi, pembeli wanita adalah fans Yuza dan pembeli pria merupakan penggemar Reiko.     

Inilah kenapa lapak Yuza makin ramai dan dipadati antrean orang-orang. Bagaimana tidak, apabila penjual di lapak itu berwajah di atas rata-rata. Wajah Yuza dan Reiko sama sekali tidak buruk dan malah membuat mata nyaman. Apalagi keduanya sama-sama ramah.     

"Ehh? Bukankah ini yang biasanya di lapak ayam renyahnya Bu Sayuki?" tanya salah satu pembeli pria ketika dia menyadari Reiko berpindah lapak.     

Tidak terpancing, Reiko hanya tersenyum sembari membungkukkan tubuhnya ke pembeli tersebut. Itu adalah respon terbaik, tak perlu banyak bicara, cukup tersenyum dan berikan ojigi saja. Ini adalah salah satu saran yang diberikan Bu Chiyo sebelum Reiko berangkat petang tadi.     

Dan ternyata cukup ampuh untuk meredam tanda tanya orang-orang, dan mereka pun tidak lagi menggubris apakah Reiko mantan pekerja lapak siapa, yang penting mereka merasa nyaman dengan memandang wajah cantik Reiko.     

Lapak takoyaki benar-benar makin ramai. Tidak bisa dihindarkan, ini semua berkat pesona Yuza dan Reiko, di samping karena makanan buatan Yuza juga tergolong lezat.     

Namun, ada yang geram karena itu.     

Dari lapaknya sendiri, Bu Sayuki menggertakkan giginya melihat lapak sebelah makin ramai dan lapak dia sendiri kembali seperti sedia kala seperti saat sebelum Reiko bekerja padanya. Meski ada yang membeli ayamnya, namun tidak seramai hari-hari lalu saat Reiko melayani di belakang etalase.     

Hal demikian merongrong kesabaran Bu Sayuki. Rasa iri dan juga geram menyelubungi Beliau perlahan-lahan dan semakin memakan hatinya.     

Terlebih, orang-orang yang tadinya biasa membeli ayam di tempatnya, kini malah beralih membeli takoyaki hanya untuk lebih lama memandangi wajah Reiko. Memangnya apa hebatnya takoyaki dibandingkan ayam? Memangnya apa hebatnya Reiko sampai menyedot perhatian sebegitu banyak pembeli?     

Ya, apa hebatnya gadis jalang itu? Dia hanya gadis murahan yang suka menggoda pria-pria dan hanya keturunan Indonesia remeh saja! Apanya yang hebat, sih? Wajah? Pasti wajah itu hasil dari operasi plastik. Bukankah kini operasi plastik untuk wajah sudah menjamur di Jepang?     

Huh! Memikirkan itu semua, kedengkian Bu Sayuki semakin berkembang liar.     

"Sayuki-san, sepertinya pegawaimu sudah pindah ke sebelah, yah! Ha ha ha ...." Ucapan pembelinya ini memperparah kedengkian di hati Bu Sayuki, membuat seakan hatinya sedang digerogoti jutaan semut merah. Terasa menyakitkan!     

"Huh! Aku tidak butuh pegawai jalang seperti dia!" teriak Bu Sayuki, tak mampu lagi meredam amarahnya.     

Pembeli di depannya yang tadi bicara padanya, menampakkan wajah terkesiap mendengar teriakan Bu Sayuki. "Sayuki-san, tak baik bicara begitu." Ia mencoba meredakan emosi wanita paruh baya itu.     

Tapi, upaya lelaki itu justru seperti bensin pada api, Bu Sayuki semakin berapi-api. "Kenapa? Memang benar dia jalang, kok! Dia tukang gaet lelaki! Dia sempat merayu putraku di rumah, mengajak putraku tidur dengannya dengan alasan dia kesepian! Bukankah itu keterlaluan?!"     

Teriakan Bu Sayuki seketika membuat Reiko dan Yuza menoleh ke lapak sebelah dan juga pengunjung di dekat mereka.     

Warna muka Reiko sudah gelap, namun dia tak bisa apa-apa. Memang, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berani, tapi ... ini terlalu parah menghantam rasa percaya diri dia.     

Melihat Reiko yang muram dan tertunduk sedih, Yuza tak bisa lagi bersabar. Dia melongok ke lapak sebelah dan berteriak, "Hei, Bu Sayuki, apa kau yakin Reiko-chan menggoda putramu? Jangan-jangan malah putramu yang berusaha menggoda Reiko-chan! Bukankah reputasi jelek Tomoda sudah terkenal di daerah ini?"     

"Kau!" Bu Sayuki melotot ke Yuza. "Apa yang kau tahu, hah?! Jangan-jangan kau sudah terkena sihir rubah jalang dia, Yuza! Aku nasehati kau, berhati-hatilah, karena dia itu rubah jalang! Dia wanita rubah!" Telunjuk Bu Sayuki secara heboh mengarah ke Reiko yang masih duduk menundukkan kepala membelakangi lapak sebelah.     

Tomoda mendengar namanya disebut, dia pun langsung menghampiri lapak Yuza. "Kau bicara apa tadi, bangsat?" Ia melotot ke Yuza.     

"Aku katakan reputasimu sebusuk bau napasmu!" Yuza tak surut dan balas melotot pula.     

Dhuakk!     

Tinju Tomoda sudah menghampiri pipi Yuza, menyebabkan lelaki itu terdorong ke belakang.     

Tak ingin terlihat seperti pecundang, Yuza pun bergegas maju dan menerjang Tomoda untuk balas memukul pria yang lebih tua darinya itu. Perkelahian pun tidak terelakkan.     

Reiko bangkit segera dari duduknya dan menghambur ke Yuza, tapi dia keburu ditarik Bu Sayuki, rambutnya direnggut dan dijambak hingga kepalanya tersentak.     

Sementara kekacauan terjadi, banyak lelaki muda mulai memegangi Tomoda dan Yuza, sedangkan para perempuan memisahkan Bu Sayuki dari Reiko, menyelamatkan Reiko dari keberingasan tangan Bu Sayuki.     

Karena menjadi sekacau itu, petugas keamanan pasar setempat pun segera berlari untuk melerai yang berkelahi. Ini benar-benar menjadikan area itu heboh dan gempar.     

Wajah Tomoda dan Yuza sama-sama lebam di beberapa titik, sedangkan Reiko sudah terisak menangis, tak menyangka dirinya akan menjadi sasaran amukan Bu Sayuki. Sementara itu, Bu Sayuki masih berusaha memberontak meski sudah dipegangi banyak orang, berteriak-teriak memaki dan menghujat Reiko dengan berbagai macam perkataan tak pantas.     

Itu sungguh mengerikan bagi Reiko. Benar-benar tidak menyangka hari pertama dia untuk mengubah nasibnya ternyata seperti begitu. Tak mengira Bu Sayuki bisa bertindak sangat anarkis ketika dikuasai emosi.     

Setelah petugas keamanan pasar berhasil melerai dan memisahkan dua pihak itu, mereka menyuruh kedua belah pihak untuk menandatangani perjanjian untuk tidak lagi membuat onar di tempat itu. Tidak boleh ada lagi perkelahian yang menyulut kericuhan.     

Keempat orang itu pun menandatangi perjanjian itu meski Bu Sayuki masih tidak terima.     

"Ada apa ini?" Suara yang dikenali Reiko pun terdengar. Segera, wajah cemas pria muda itu pun mencuat saat melihat Reiko terisak lirih sambil duduk ditenangkan di lapak Yuza.     

"Tuan Ryuu!" Bu Sayuki mengenali Nathan Ryuu dan segera menghambur mendekati Onodera muda. "Tuan, hati-hati, jangan sampai Tuan kena rayuan rubah jalang itu!" Beliau menunjuk ke Reiko yang masih terisak dipeluk salah satu pembeli wanita yang iba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.