Inevitable Fate [Indonesia]

Akhirnya Runa Tahu



Akhirnya Runa Tahu

0It took a little time, now I realize     
0

Now I know better, it's better late than never     

- Now I know by Andy Mineo -     

============     

Tak hanya Reiko saja yang terkejut ketika melihat Kashimoto Shingo beserta lapak okonomiyaki-nya sudah berada di sebelah lapak takoyaki Yuza, tapi juga Yuza itu sendiri.     

"Hoii! Kenapa kau bisa ada di sini, ossan?!" Mata Yuza nyaris keluar dari rongganya demi melihat teman tapi musuh debat dia sudah duduk nyaman di lapaknya, bersiap untuk memulai dagangannya.     

"Huh! Memangnya kau saja yang bisa pindah tempat?" Shingo tidak lagi menggubris Yuza dan mulai memunggungi pria muda itu untuk mempersiapkan bahan-bahan membuat okonomiyaki.     

"Oii, oii, kau harus beri alasan yang bagus padaku, kenapa kau bisa ada di sini?" Yuza tak puas dengan jawaban Shingo dan mengejar masuk ke dalam lapak itu.     

"Tsk! Aku sibuk! Minggir dan kembali ke tempatmu!" Shingo menolak dan menyibukkan dirinya mencincang kubis.     

"Katakan dulu, ossan!" Yuza tak mau menyerah. Ini sungguh aneh apabila melihat rekan satu profesinya tiba-tiba hadir di sebelah dia. Memangnya apa yang terjadi di pasar jajan terdahulu sampai Shingo bisa pindah kemari?     

"Sana kembali! Bantu Reiko-san menurunkan barangmu, bocah bodoh!"     

Setelah itu, Shingo tak mau repot-repot menoleh dan menjawab ucapan Yuza lagi. Yuza juga sadar diri dia masih meninggalkan Reiko mengurus barang-barang mereka. Ia pun kembali ke lapaknya.     

-0-0-0-0-0-     

"Tadaima!" Akhir pekan ini, akhirnya Runa bisa pulang ke rumah setelah minggu lalu dihadang banyak tugas di kampusnya. Ia masuk ke rumahnya, wajah riang dengan senyum lebar menyertai langkah dia ketika siang ini dia terus melangkah masuk.     

Tak ada jawaban. Dan nampak sepi-sepi saja. Di mana semua orang? Runa heran. "Ibu? Rei-chan?" Ia memanggil dua orang yang dia rindukan. Terutama Reiko.     

Runa sudah tak sabar ingin membawa Reiko jalan-jalan di hari Minggu pagi nanti. Dia merasa bersalah karena tidak pulang minggu lalu. Kali ini dia harus memberikan kompensasi pada Reiko dan ingin mengajak gadis itu ke pantai terdekat.     

Terbayang pasti wajah Reiko akan berbinar gembira jika mengetahui akan rencananya, Runa semakin tak sabar ingin bertemu sahabatnya. Namun, ke mana orang di rumah ini? Dia sudah mengucapkan salam pulang, namun tak ada jawaban.     

Masuk ke dalam rumah dan menaruh tas ranselnya di dekat pintu begitu saja, Runa hendak menjelajahi seluruh rumah untuk mencari seluruh penghuni, ketika dia mendengar suara mobil yang dia kenali. Itu mobil milik ibunya.     

Maka, urung masuk ke dalam rumah lebih dalam, Runa pun berlari menyongsong ke depan, dan memang benar itu mobil ibunya.     

.     

.     

"Apa?! Apa Ibu bilang?!" Runa menjerit ketika mendengar dari ibunya kabar bahwa Reiko sudah tidak lagi tinggal di rumahnya.     

"Jangan berteriak begitu ke ibumu!" Bu Sayuki emosi. Saat dia berhari-hari ini harus memeras tenaga gila-gilaan untuk menyiapkan segala sesuatunya sendirian saja, putrinya malah berteriak seperti itu di depan wajahnya.     

"A-ahh, maaf, Bu. Aku ... aku hanya kaget karena Ibu mengatakan Rei-chan tidak lagi tinggal di sini." Runa mengaku salah.     

"Aku yang mengusir rubah jalang itu dari sini!" Bu Sayuki tak bisa menahan emosinya lagi.     

"Apa Ibu bilang?!" Lagi-lagi Runa berteriak ke ibunya. Apa dia tidak salah dengar? Ibunya menyebut Reiko, sahabatnya, sebagai rubah jalang. Menyebut seorang wanita sebagai rubah saja sudah cukup menghina dan kasar, ini bahkan ditambahkan dengan kata 'jalang' pula!     

Sebenarnya ada apa ini?! Reiko diusir dari rumah ini dan dikatakan rubah jalang oleh ibunya.     

"Sekali lagi kau berteriak, aku akan pukul kau!" Sayang sekali, meski mata melotot Bu Sayuki beserta suara menggelegarnya ditampilkan di depan Runa, itu tidak menciutkan gadis itu.     

"Ibu! Bagaimana bisa Ibu malah mengusir dia?!"     

"Dia berusaha menggoda kakakmu agar bisa merebut mata pencaharian Ibu di lapak ayam!"     

"Omong kosong, Ibu! Tidak mungkin Rei-chan begitu!"     

"Anak sialan! Berani sekali kau berkata begitu dan malah membela dia!"     

"Aku harus mencari Rei-chan!" Runa tidak menggubris ancaman ibunya dan segera lari ke luar rumah sambil menggenggam ponselnya, berlari ke arah terminal, siapa tahu Reiko sudah di luar kota.     

"Runa! Runa! Kembali! Kenapa kau malah keluar? Harusnya kau membantu ibumu ini, bocah sialan!" teriak Bu Sayuki berusaha mengejar Runa, tapi mendadak pinggang belakangnya memaksa Beliau untuk berhenti berlari karena berdenyut sakit. "Sialan! Penyakit pinggangku jadi kambuh gara-gara bekerja sendirian! Ini semua salah rubah jalang itu! Rubah jalang brengsek!" Ia pun terpaksa kembali ke rumah sambil memegangi pinggangnya.     

Di terminal, Runa sudah siap-siap untuk menaiki bus dengan jalur kota tempat Reiko kini berada. Dia sambil menelepon Reiko.     

Ketika telepon diangkat, segera saja Runa menyembur, "Rei-chan! Di mana kamu sekarang?"     

"E-ehh ... Ru-chan ...." Suara Reiko terdengar bimbang.     

"Katakan padaku, Rei-chan! Kumohon! Di kota mana kamu sekarang? Aku sudah di terminal dan akan langsung naik ke bus ke kota tempat kau berada sekarang!"     

"A-ano ... Ru-chan ...." Reiko jadi bingung, apalagi mengetahui Runa sudah berada di terminal. Ia pun teringat bahwa ini adalah akhir pekan, pasti Runa sudah pulang ke rumahnya dan mengetahui dirinya tidak ada di sana.     

Dan yang Reiko pastikan adalah ... pasti Bu Sayuki sudah memberitahu Runa mengenai pengusiran terhadap dirinya, dan pasti juga Bu Sayuki akan menyemburkan banyak kata-kata tak enak untuknya ke Runa.     

"Rei-chan! Cepat katakan, kota mana? Tolong!" Suara Runa terdengar putus asa.     

"Aku ... aku masih di kota ini. Aku masih di Kamakura." Terpaksa, Reiko memberitahu sahabatnya mengenai keberadaan sebenarnya dia. Mana mungkin dia membuat Runa berlarian ke kota sembarangan untuk mencari dia?     

"Heh?" Runa melongo.     

"Iya, aku masih di Kamakura." Lalu Reiko pun memberikan alamat rumah Bu Chiyo.     

.     

.     

Tak sampai satu jam, Runa sudah berada di rumah pasangan tua itu, duduk berhadapan dengan Reiko, berdua saja setelah Bu Chiyo menerima gadis itu.     

Dengan desakan Runa, Reiko pun mau tak mau menceritakan kejadian malam itu apa adanya ke sang sahabat. Runa sampai terpana dan membelalakkan matanya mendengar kalimat demi kalimat dari Reiko.     

Bahkan ketika Yuza datang dan mengetahui Runa di rumah neneknya, Yuza menceritakan perihal usaha pemerkosaan Tomoda ke Reiko yang mengakibatkan kakak Runa di penjara.     

Setelah cukup mendengar segala kronologi kejadian dari Reiko dan juga Yuza, Runa pun kembali ke rumahnya dengan langkah linglung. Pantas saja rumah kini terasa sepi ketika dia datang, rupanya sang kakak ada di penjara gara-gara hendak melecehkan sahabatnya.     

Dan itu juga menjelaskan alasan kenapa ibunya tadi membawa mobil sendiri untuk mengangkut daging ayam potong dari rumah potong.     

"Kau! Darimana kau?!" Bu Sayuki mendapati putrinya pulang dan segera membentak gadis itu. Ia masih merasakan pinggangnya berdenyut sakit. Bahkan dia hanya sanggup mengurus sebagian dari daging ayam potong yang tadi dia beli.     

Mengabaikan bentakan ibunya, Runa malah merasa marah pada ibunya. "Apakah Ibu sudah mengetahui kejadian sebenarnya tentang Reiko dan putra tolol Ibu itu?!"     

"Apa kau bilang?"     

"Rei-chan tidak menggoda Tomo-nii! Tapi justru Tomo idiot itu yang hendak mencabuli Rei-chan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.