Inevitable Fate [Indonesia]

Berusaha Terus Belajar



Berusaha Terus Belajar

0hajimeru nda yareru monsa .. soko kara mae o mui chatte .. aruke hashire nandodemo     
0

(Ku akan mulai, ku akan lakukan .. dari sini ku akan maju .. berjalan berlari apapun yang terjadi)     

- Can Do by GRANRODEO - OST. Kuroko no Basket -     

============     

Erina yang dibisikkan sebagai fans Yuza oleh Shingo pun meringis riang. "Bolehkah aku duduk di sini?"     

"Tentu saja boleh!" Reiko menyahut. Masih ada banyak tempat di dekat mereka. Ia bahkan rela menggeser duduknya untuk Erina.     

"Terima kasih." Erina langsung menempati ruang kosong antara Reiko dan Yuza. "Ehh, apakah kau si karyawan baru juga?" Mata cerahnya meneliti Reiko.     

"Ahh, ya benar!" Reiko lekas bangkit untuk melakukan ojigi sambil memperkenalkan diri. "Aku Arata Reiko. Panggil Reiko saja, tak apa."     

"Oke, Reirei!" Erina segera membuat keputusan mengenai itu.     

"Hee? Reirei?" Yuza sampai melongo. Seberapa dekat gadis ini mengklaim Reiko sampai seperti itu cara memanggilnya?     

"Kenapa? Apakah tidak boleh?" Wajah Erina segera berubah muram.     

"A-ahh! Tentu saja tak apa!" Reiko lekas duduk dan menjawab Erina.     

"Ah iya, hari ini kita ada 3 karyawan baru." Erina mulai berceloteh dengan riang. "Yu-kun, Shin, dan Reirei! Apakah kalian sudah saling kenal?"     

"Umh!" Reiko mengangguk. "Kami sama-sama dari kota Kamakura dan kami adalah teman di pasar jajanan."     

"Pasar jajanan?" Mata Erina membulat takjub. "Jadi, kalian sama-sama pedagang makanan di sana?"     

"Ya." Kemudian, Reiko pun berkali-kali menjawab pertanyaan dari Erina yang ceriwis. Ini membuat acara makan Reiko cukup terhambat.     

Padahal, rooftop di gedung Magnifico ini sengaja tidak diberi naungan apapun agar para pegawai lekas menuntaskan makan mereka dan kembali bekerja. Ini memang salah satu trik dari pemiliknya agar pekerjanya tidak ada yang bermalas-malasan di atap ini.     

Yuza menyadari ini dan berkata pada si gadis ceria, "Erina-san. Biarkan Reiko menyelesaikan makannya dulu, yah! Kau juga harus makan, ya kan?" Tak lupa dia menyematkan senyum palsunya untuk memperhalus perintahnya.     

Senang karena diberi senyuman oleh Yuza, Erina pun mengangguk dan berkata ke Reiko, "Nanti setelah makan, kita mengobrol lagi, yah Reirei!"     

Tidak berdaya dengan gadis seaktif Erina, Reiko pun mengangguk saja dan meneruskan makannya. Sementara rekan-rekan grupnya sudah selesai makan, Reiko tertinggal sendiri.     

"Aku ke dalam dulu, yah Reiko-san!" Rukia dan yang lainnya pamit.     

"Iya, nanti aku akan lekas menyusul." Reiko mengangguk sopan ke teman grupnya yang bangkit dari duduk dan melangkah ke ruangan kecil di rooftop dan menuruni tangga dari sana hingga mencapai lantai 1.     

Yuza dan Shingo sudah selesai makan, namun mereka tetap menemani Reiko. Tak enak menyusahkan kedua pria itu, Reiko mempercepat makannya dan bahkan tidak menghabiskan semuanya.     

"Reiko-chan, kenapa tidak dihabiskan?" tanya Yuza ketika melihat isi kotak nasi masih tersisa setengah.     

"O-ohh, aku sudah kenyang, Yuza-kun! Tak apa!" Reiko beralasan.     

"Kau yakin?" Shingo ikut bertanya.     

"Umh!" Reiko mengangguk ke Shingo dan menjawab, "Aku ingin lekas kembali ke dalam dan belajar lagi agar cepat menguasai pekerjaanku."     

"Oke kalau begitu." Yuza bangkit, disusul Shingo dan Reiko. "Ayo!"     

"Tunggu aku!" Erina terpaksa menghentikan makannya dan ikut berdiri.     

.     

.     

Pada siang harinya, Reiko tidak mengambil jatah rehatnya dan malah sibuk mempelajari ini dan itu. Kadang, dia minta ijin mengamati pekerjaan grup lain untuk menambah pengetahuannya.     

Melihat kegigihan Reiko belajar, tentu saja rekan-rekannya tidak keberatan, bahkan orang di grup lain mau memberikan masukan berbagai hal mengenai bakery ke Reiko.     

Dengan begitu, selain Reiko memanfaatkan waktu dia sebaik mungkin untuk mengumpulkan ilmu di bidang ini, dia juga tidak perlu meladeni Erina yang datang padanya.     

"Erina, jangan mengobrol saat jam kerja. Kau ingin diberi surat oleh Bu Manajer?" tegur salah satu pegawai ketika melihat Erina mengganggu Reiko yang sedang ingin belajar menguleni adonan.     

Menggigit jarinya karena tidak mendapatkan keinginannya berbincang dengan Reiko, Erina pun mundur menjauh dan kembali ke grupnya sendiri.     

Reiko melirik ke grup Erina, di sana ada Yuza dan si gadis ceria itu terus saja menempel pada Yuza dengan berbagai alasan. Dilihat dari kekesalan wajah Yuza, pasti lelaki itu gerah terus ditempeli Erina.     

Terkikik kecil melihat 'kemalangan' Yuza yang langsung menuai fans di hari pertamanya bekerja, Reiko hanya bisa takjub akan pesona pemuda itu.     

Ketika Reiko kembali ke meja kerja grupnya, dia sudah lebih luwes menguleni adonan, ataupun menimbang tiap adonan. Ia juga sudah cukup cekatan memecahkan telur. Kemajuan cepat Reiko ini diapresiasi rekan grupnya.     

Karena itu, grup Reiko pun berhasil menyelesaikan seluruh pekerjaan di jam 5 sore. Gadis itu senang. Hari pertama bekerja dan dia bisa menikmati pulang lebih awal.     

Melihat Reiko sudah berkemas dan hendak pulang, Yuza memanggilnya, "Reiko-chan! Apa kau sudah akan pulang?"     

"Ya. Pekerjaan grupku sudah selesai." Reiko menjawab dan sudah melepas sarung tangan, masker dan penutup kepalanya. Setelah ini dia harus pergi ke ruang loker untuk melepas baju kerjanya.     

"Ugh, enak sekali! Aku belum selesai!" Yuza yang mendapatkan pekerjaan di pastry pun hanya bisa cemberut.     

"Yu-kun! Apa kau sudah selesai menimbang adonan?" Mendadak, Erina sudah muncul dan menempel lagi ke Yuza.     

Tak mau mengganggu Yuza lebih lama, Reiko pun pamit pada Yuza dan Erina. Meski Yuza tak rela, tapi dia tak berdaya dan membiarkan Reiko keluar dari ruangan tersebut.     

Sembari berjalan di lorong samping toko, Reiko menekan dial nomor seseorang di ponselnya. Menempelkan ponsel di telinga sambil menunggu jawaban dari seberang, kemudian senyumnya merekah sambil berkata, "Aku sudah di perjalanan pulang."     

"Aku jemput, yah!" Suara di seberang menjawab.     

"Tidak usah. Bertemu di depan apartemen saja," tolak Reiko, tak ingin merepotkan lelaki itu.     

"Jangan khawatir, aku ada di dekat tempatmu kerja, kok!" Suara Nathan Ryuu terdengar sedang terkekeh.     

"Ehh? Sudah di dekat sini?" Reiko cukup kaget. Bagaimana bisa lelaki itu sudah berada dekat dengannya? Jangan katakan pria itu menunggu dia sejak tadi dan hanya perlu berdiam diri di dalam mobil sambil menanti telepon darinya?     

"Ya, aku kebetulan sedang ada di Ikebukuro selesai bertemu klien." Demikianlah alasan yang diberikan pria Onodera itu ketika suara heran Reiko terdengar.     

Tentunya tak perlu dia mengatakan pada Reiko bahwa dia selalu menebar anak buah dia agar mengawasi dan menjaga Reiko secara senyap agar tidak perlu lagi ada kejadian seperti penusukan yang pernah dialami gadis tercintanya.     

"Hm, oke." Reiko menyerah dan tidak akan berpikir macam-macam jika memang itu tidak diperlukan. Lagipula, untuk apa menuduh kekasih sendiri? Bukankah dia harus beruntung jika dia diperhatikan dengan baik oleh pasangannya?     

Tak lama kemudian, mobil mewah Nathan Ryuu muncul di dekat Magnifico dan pintu terbuka dari dalam dan Reiko pun masuk ke mobil sebelum benda mewah itu meluncur kembali.     

Di jendela ruang kerja Magnifico, ada sepasang mata menatap ketika Reiko masuk ke mobil mewah. Wajah orang itu datar menatap adegan di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.