Inevitable Fate [Indonesia]

Panen yang Berhasil



Panen yang Berhasil

0neol bol ttaemyeon sumi makyeo beoreojineun donggong (jika aku melihatmu, aku tak bisa bernapas dan mataku melebar)     
0

dareun geokjeongeun No no (tak mencemaskan hal lainnya, tidak, tidak)     

libidO libidO yeah neoreul deouk deo weonhae deo (libidO, libidO, ya aku ingin kau lebih dan lebih)     

amu sori eopshi ppajeodeureo libidO (aku terpikat tanpa suara, libidO)     

- libidO by OnlyOneOf -     

=========     

Nathan Ryuu belum ingin kembali dan bersikeras ingin menemani Reiko dulu sampai beberapa jam berikutnya. Apalagi Reiko berkata dia hendak menggarap project utaite yang belum selesai.     

Mereka baru saja sibuk memasukkan banyak kantung belanja yang ada di ruang tengah, dan Reiko juga musti lekas memasukkan bahan makanan beku ke freezer meski bahan-bahan itu sudah dilengkapi dengan peti dingin dari pihak hypermarketnya.     

Kini, setelah susah payah sebentar itu, Reiko bisa mulai fokus untuk mengerjakan project utaite dia.     

"Kau harus duduk tenang di sana dan jangan bersuara, oke? Atau aku akan mengeluarkanmu." Reiko menunjuk ke sebuah sofa di kamarnya, berharap kekasihnya diam tenang di sana saja.     

"Siap, calon Nyonya Onodera!" Nathan Ryuu sampai berlagak memberi hormat ke Reiko bagai seorang prajurit pada komandannya saja.     

Reiko mencubit pinggang Nathan Ryuu sambil tersipu. Lelaki itu selalu saja bisa membuat dia begini hanya dengan sedikit kata yang diucapkan. Benar-benar lelaki yang berbahaya.     

"Baiklah, aku akan memulai pekerjaan sampinganku ini, jangan berisik, yah!" Reiko mulai berdiri tegak di depan mikrofon, sudah memakai headphone juga dan menekan beberapa tombol alat di sampingnya.     

Nathan Ryuu mengangguk patuh dan duduk tenang di sofa, mengamati kekasihnya sedang 'bekerja'.     

Tak berapa lama kemudian, suara Reiko segera mengalun, jernih dan indah membelai Nathan Ryuu. Sebuah suara yang sangat nyaman di telinga.     

Tak terasa, setengah jam sudah berlalu ketika Reiko mematikan alat perekam dia dan mulai mengatur ini dan itu dari laptopnya dan kemudian mengirimkan rekaman suara dia ke Silver.     

Tapi ternyata Silver masih berkata bahwa suara Reiko terasa kurang, belum sesempurna yang dia inginkan.     

Reiko mengangguk dan dia kembali pada mikrofon dan yang lainnya. Baru saja Nathan Ryuu hendak berbicara namun melihat gadis itu fokus lagi di depan mikrofon, dia pun urung dan kembali menyamankan duduknya.     

Sekali lagi, suara Reiko mengalun meski tanpa terdengar suara musik di telinga Nathan Ryuu. Tentunya musik terdengar di headphone yang dipakai Reiko, sehingga gadis itu bisa bernyanyi dengan lebih tepat dengan iringan musik.     

Setelah dua belas menit, Reiko selesai dan kembali mengirimkan hasilnya pada Silver. Lalu, dia tersenyum puas ketika melihat pesan dari Silver bahwa suara yang ini lebih baik dari sebelumnya. Ini tandanya, dia sudah merampungkan beberapa bagiannya.     

Usai mematikan peralatannya, Reiko pun berjalan ke Nathan Ryuu dan duduk di sisi lelaki itu. "Maaf, yah, menunggu lama. Yang tadi kurang diterima dan kurang bagus sehingga harus mengulang sekali lagi."     

"Hm? Kurang bagus? Yang pertama tadi?" tanya Nathan Ryuu dengan wajah tak percaya. Kekasihnya mengangguk dengan senyum terkulum. "Sayank, suaramu yang pertama tadi sangat menggetarkan hatiku! Membuat gendang telingaku jumpalitan karena senang, ini bagai eargasm[1] untukku, bagaimana bisa itu dianggap tidak bagus?"     

Reiko tertawa kecil mendengar candaan Nathan Ryuu. Eargasm? Ada-ada saja lelaki itu memilih kata. "Jangan ngawur, Ryuu! Hi hi ... yah, mungkin karena kau tidak berkecimpung di dunia tarik suara, sehingga mungkin awam sepertimu menganggap itu sudah bagus, namun bagi juri yang paham mengenai tarik suara, tentu berbeda. Itulah kenapa Silver berani berkata yang pertama kurang bagus."     

"Silver? Apa dia lelaki?" Kening Nathan Ryuu berkerut.     

"Iya, dia lelaki, bisa dikatakan dia adalah sound engineering di grup kami." Reiko mengangguk, dan berkata lagi. "Ryuu, jangan bilang kau cemburu padanya."     

"Ohh? Apakah dia pantas aku cemburui? Apakah dia setampan dan sekharismatik aku?" Nathan Ryuu berlagak dengan membuka ibu jari dan telunjuknya, lalu diletakkan di bawah dagu dengan wajah lucu.     

"Ha ha ha, jangan khawatir, kau masih jauh lebih tampan ketimbang Silver." Reiko geli melihat tingkah kekasihnya.     

"Baguslah kalau begitu. Ehh, kau mengakui ketampananku, sayank?"     

"Ohh? Ahh, sepertinya tadi aku salah bicara."     

"Tidak, tidak! Ucapkan lagi, Rei. Ayo, ucapkan lagi."     

"Ha ha, tidak mau!"     

"Ayolah, gadis bandel!"     

"Tidak, ha ha ha, aku salah bicara! Kau hanya salah mendengar, Ryuu, aha ha ha!" Reiko tertawa geli karena jemari kekasihnya menggelitik pinggangnya tanpa ampun. "Stop, Ryuu! Ha ha ha, aku bisa mati kejang karena tertawa!"     

"Rei, kau belum mandi, kan?" Tiba-tiba, Nathan Ryuu teringat itu. Mereka keluar sejak siang hingga malam.     

Diingatkan hal itu, membuat Reiko malu dan tawanya pun berhenti seiring berhenti pula gelitikan dari kekasihnya. Siapa wanita di dunia ini yang tidak malu ketika diingatkan mengenai belum mandi oleh kekasihnya sendiri?     

"Ayo kita mandi bersama, mumpung aku juga belum mandi!" Nathan Ryuu tiba-tiba merasa bersemangat.     

"Eh?" Reiko terkejut. Tapi dia hanya bisa menjerit kecil ketika tubuhnya diangkat begitu mudahnya oleh lelaki Onodera ini. "Ryuu! H-hei! Tunggu! Ryuu!"     

Namun, Nathan Ryuu sudah menggendong dia ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidur. Meski kaki Reiko sudah bergerak heboh seperti apapun, sepertinya tetap tidak berhasil membuat dirinya bisa terbebas dari gendongan Onodera Ryuzaki.     

Dan barulah dia bisa terbebas ketika mereka sudah sampai di dalam kamar mandi.     

"Ya ampun, Ryuu, kau ini!" Reiko membenahi rambutnya yang sempat kacau selama acara penggendongan tadi. Bagaimana tidak jika Nathan Ryuu menggendong dia dengan cara dipanggul di bahu lelaki itu.     

Namun, lelaki Onodera itu malah meringis bagai tidak menyadari kesalahannya dan malah dia meraih tengkuk Reiko untuk melumat bibir gadis itu.     

"U-ummffhh ... Ry-uummghh ... aangghh ... Ryuu, sto-ummsshh ...." Reiko tidak diberikan kesempatan untuk berbicara karena mulut Nathan Ryuu secara agresif menguasai bibirnya melalui cumbuan menuntut.     

Sembari mencumbu, tangan bebas Nathan Ryuu mengurai manik kemeja Reiko satu demi satu. Dia sudah terbakar oleh api libidonya sendiri. Sejak tadi hanya mengamati Reiko bernyanyi seindah itu membelai telinganya, mana mungkin dia tidak merasakan ada yang terbit di bawah sana?     

"A-aanghh ... Ryuu ...." Reiko menyadari beberapa kancing kemejanya sudah diurai dengan tak sabar oleh lelaki Onodera ini. Bahkan payudaranya mulai diremas pelan secara seduktif oleh tangan besar tuan muda Ryuzaki.     

Lelaki ini ... sepertinya terlalu banyak memiliki testosteron di tubuhnya. Reiko kewalahan menghadapi cumbuan dan juga sentuhannya. Hingga akhirnya seluruh kemejanya telah tersibak dan payudaranya yang terbungkus bra sudah terpampang di depan mata sang Onodera.     

Nathan Ryuu berhenti sejenak saat pandangan matanya menyapu ke dada penuh Reiko. Perlahan, kedua tangannya menangkup payudara itu sebelum akhirnya menurunkan cup bra sehingga membebaskan sebagian besar dari payudara tersebut.     

"Annghh ... Ryuu ...." Wajah Reiko merona saat melihat kekasihnya menatap lekat salah satu aset terbesar dia. Jemari lelaki itu mengusap pucuk payudaranya sehingga kini benda mungil itu mulai menegang di bawah deraan jemari Nathan Ryuu.     

Hanya dengan merunduk, akhirnya Nathan Ryuu berhasil menggapai pucuk dada Reiko dan mengurungnya di mulut dia.     

"Arrghh!" Reiko terpekik pelan ketika mulut Nathan Ryuu berhasil memanen pucuk dada dia.     

---------------     

[1] eargasm, gampangnya bilang sih ... terangsang dan timbul birahi hanya dari suara saja sampai bisa merasa klimaks.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.