Inevitable Fate [Indonesia]

Sensasi Baru dari Rasa Aneh [19+]



Sensasi Baru dari Rasa Aneh [19+]

0nal deo jageukhaneunjido Girl (Mungkin itu lebih memprovokasiku, gadis)     
0

naman chakkakhaneun georamyeon (Jika hanya aku yang melakukan kesalahan)     

wae ni nunbicheun wae nareul hyanghae (Lalu kenapa matamu menatapku?)     

neoneun wae jjalbeun sumeul baeteonae (Mengapa kau mengambil napas pendek?)     

- Instinct by OnlyOneOf -     

============     

Saat Reiko sedang belajar menghayati siraman kenikmatan dari hisapan mulut suaminya di pucuk dadanya, ia terkesiap ketika jemari Nathan Ryuu menyusup masuk ke selangkangan dia. Menatap mata suaminya dengan pandangan ngeri, dia berkata, "Ryuu! Kau sudah berjanji!"     

"Aku belum lupa dengan janjiku, sayank." Nathan Ryuu berbisik di dekat wajah istrinya sambil tangannya berusaha membuka pangkal paha Reiko secara perlahan agar Reiko tidak ketakutan. Dia bisa saja bertindak beringas dan mementingkan hasratnya, namun Reiko tidak bisa ditangani dengan cara kekerasan. "Aku hanya ingin menyentuh saja. Aku janji."     

Mendengar niat suaminya bahwa hanya ingin menyentuh saja, maka Reiko mau tak mau percaya dan mulai mengendurkan otot yang menegang sebelum ini di pangkal pahanya.     

Nathan Ryuu kembali mencumbui bibir Reiko seraya kegiatan tangannya masih berkutat di area perbukitan sang istri.     

Reiko terlonjak kaget ketika jemari suaminya kini sudah menuruni bukit ke lembah terlarangnya. Secara refleks, dia mengatupkan kedua pahanya, menjepit tangan Nathan Ryuu di sana. "Anghh! Ryuu ... di ... di sana ... kotor!" Ia menggeleng cemas karena teringat sejak pergi, dia belum membersihkan dirinya di kamar mandi karena suaminya langsung saja menyeret dia ke tempat tidur.     

"Sayank, tak mengapa. Aku tidak takut kotor, kok! Toh kegiatan suami istri memang biasanya akan berkotor-kotor, kan? Berani kotor itu bagus." Rayuan Nathan Ryuu sepertinya mulai merasuk ke sukma Reiko seolah sihir Medusanya sudah bekerja, menyebabkan Reiko secara patuh membuka lagi pahanya.     

"A-aanhhh ... mmgghh ... haanghhh ...." Reiko tak bisa mengelak dari keinginan untuk mengeluarkan suara desahan meski dia ingin sekali membungkam mulutnya sendiri ketika dia diserang di dua tempat khusus. Di payudara dan di lembah terlarangnya.     

Ia masih menolak membuka mata dan secara tak sadar tangannya mencengkeram pergelangan tangan suaminya ketika tangan Nathan Ryuu terus beraksi di lipatan celah lembah, menemukan sebuah mutiara mungil di sana.     

"Annnhh ... Ryuu ... Ryuu ...." Reiko tak tahu kenapa dia malah bereaksi demikian, tubuhnya menegang dan ada rasa unik juga aneh mulai melingkupi dirinya. Semakin dia merasakan sensasi itu, semakin erat pula cengkeraman tangan di pada pergelangan tangan sang suami.     

"Sayank, jangan tahan suaramu." Nathan Ryuu melantunkan kalimat itu. "Bukankah kamar ini sudah didesain dengan sangat sempurna untuk kebutuhan kita ini, hm?"     

"Hah?" Reiko mulai membuka mata demi mendengar ucapan suaminya. Dia menemukan wajah penuh senyum bermuatan libido pada Nathan Ryuu. Lalu, tatapannya mulai terarah berkeliling ke seluruh kamarnya.     

Astaga! Benar juga! Kamar ini sudah dibuat menjadi kamar kedap suara, menghalangi suara di dalam ini bisa bocor ke luar. Menatap kembali sang suami dengan membawa persetujuan mengenai perkataan Nathan Ryuu.     

Oh tidak! Apakah suaminya dulu menawarkan mengubah kamar ini menjadi kedap suara dengan menyimpan tujuan seperti saat ini? Apakah suaminya benar-benar seseorang yang mampu berpikir beberapa langkah lebih maju melebihi dugaan Reiko?     

Ahh, entahlah! Reiko saat ini sedang tidak bisa berpikir dengan benar.     

Dia masih ingin menikmati hisapan-hisapan mendera pucuk payudaranya yang mungkin sudah menegang hebat akibat perlakuan nakal mulut dan lidah suaminya di sana. Lelaki Onodera ini begitu piawai memberikan perkenalan pada hal-hal luar biasa seperti ini pada Reiko.     

Sudah berapa wanita yang mendesah seperti dirinya ini akibat perbuatan Onodera Ryuzaki? Reiko bertanya-tanya, tapi dia segera melunturkan pertanyaan itu agar tidak perlu terganggu oleh apapun selain kenyataan bahwa kini dia sudah menjadi istri Nathan Ryuu.     

Tentunya tak ada yang perlu dia cemburukan, bukan? Iya, kan?     

Kembali, Reiko memejamkan mata dan meneruskan pelajarannya dalam menerima rasa dan sensasi apapun yang diberikan sang suami selama itu tidak melanggar perjanjian mereka.     

Gadis itu tidak menyadari bahwa dia melebarkan kakinya dengan kemauannya sendiri ketika pulasan jemari Nathan Ryuu pada mutiara mungilnya mulai menciptakan 'cairan pelumas' miliknya sehingga usapan dari suaminya semakin terasa mengguncang jiwanya.     

Jari itu meluncur dengan lebih muda dengan basahnya lembah Reiko dan kelicinan dari cairan itu semakin mempermudah bagi Nathan Ryuu untuk memberikan sentuhan yang terbaik untuk istrinya, meski itu masih permulaan, belum apa-apa.     

Menyaksikan istrinya melantunkan desahan dengan namanya di dalamnya beserta sikap provokatif dari geliat tubuh indah itu, mana mungkin Nathan Ryuu tidak membara?     

Reiko menggelinjang ketika rasa asing menerjang dirinya. Antara geli yang aneh dan juga sensasi panas yang menyebar dari selatannya hingga menjalar ke seluruh tubuh. Tidak, ini sama sekali tidak sama seperti ketika dia diracuni menggunakan obat perangsang kemarin malam.     

Semalam, rasa panasnya membakar sampai dia tak bisa merasakan hal lainnya. Namun, efek dari sentuhan suaminya ini terasa perlahan namun terus dan terus meningkat dengan intensitas yang stabil mulai menyebar ke seluruh tubuh, tidak menggedornya secara brutal.     

Terasa manis, lembut namun mengguncang kepolosan Reiko.     

Apakah ... kemarin malam dia juga merasa hal semacam ini ketika kesuciannya sedang direnggut Nathan Ryuu? Sayang sekali dia tidak sadar waktu itu. Tunggu! Ini bukan berarti Reiko menyesali dia yang mabuk, melainkan ... hanya ingin bisa membandingkan saja sensasi rasanya dengan yang sekarang dia dapatkan.     

Dadanya makin membusung ketika usapan jari suaminya semakin menghanyutkan kesadarannya. Dia terus berusaha untuk terus memegang logikanya agar tidak perlu terjadi sesuatu yang masih dia takutkan.     

Meski begitu, dia masih menikmati sensasi baru ini. Sebuah rasa yang tak bisa dijabarkan melalui apapun selain desahan dan erangan saja yang memberikan bukti respon atas apa yang tengah dirasakan.     

Dua tangan Reiko meremas seprei dan bantal yang terus dia tindas sedari tadi sambil matanya masih terus memejam sambil mulutnya tak berjeda melantunkan lagu di kedalaman hasratnya.     

"Arrghh!" Reiko mengejang kaget ketika ada benda lunak yang memulas mutiara spesialnya di balik celah lembah terlarangnya. Ia sampai membuka mata dan terpana menyaksikan kepala suaminya ternyata telah berada di selangkangannya.     

Se-sedang apa sang suami di sana?! Reiko panik, merasa malu karena merasa dia masih kotor belum mandi, namun dua kakinya malah dilebarkan dan ditahan dua tangan Nathan Ryuu. Semalu apa dia saat ini, coba bayangkan!     

Bagian terintim dari dirinya sedang ditatap lekat oleh suaminya.     

"Ini sangat cantik, Rei." Nathan Ryuu menjeda aksinya untuk melantunkan pujiannya atas mulut palung berwarna merah muda yang memikat hasrat, sembari dua jarinya mengusap lembut celah merah muda itu tanpa berani memasukinya.     

"Ja-jangan, Ryuu!" Reiko menggeleng panik meski dia akui usapan sederhana barusan begitu menyenangkan baginya.     

"Tenang saja, sayank. Apa yang kau khawatirkan? Aku hanya akan memberikanmu rasa paling enak yang akan bisa kau ingat."     

Hah? Apa maksud suaminya?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.