Inevitable Fate [Indonesia]

Turut Berbahagia



Turut Berbahagia

0Donna onna no ko datte (semua gadis di luar sana)     
0

ROMANCHISUTO (adalah seorang romantistik)     

Shiawase ni naritai (karena mereka ingin bahagia)     

- Songs by Morning Musume -     

=============     

Pagi harinya, Reiko sudah terbangun dan mandi, sedangkan Nathan Ryuu dia biarkan tetap tertidur. Baru saja dia keluar dari kamar mandi, ada bunyi bel pintu. Ia pun membukanya dan terkejut bukan main ketika melihat dari lobang intip.     

"Ru-chan?!" Mata Reiko membelalak kaget. Dia panik seketika, tapi tangannya sudah terlanjur membukakan pintu.     

"Rei-chan!" seru Runa pagi itu, penuh semangat rindu akan sahabatnya. Reiko gugup.     

Runa langsung saja memeluk rindu ke Reiko tanpa menyadari sikap gugup sang sahabat dan masuk begitu saja. "Kejutan!"     

"K-kok Ru-chan sepagi ini datang? Bukankah kamu bilang malam"     

"Hi hi hi, aku sengaja karena ini adalah kejutan, ya kan?" Runa terkikik geli melihat wajah kaget Reiko.     

"Lalu ... sejak jam berapa kamu dari asrama? Ini masih sangat pagi, loh!" Reiko tak bisa membayangkan susah payah Runa menuju ke sini.     

"Aku menginap di tempatnya Yuza." Runa tersenyum. "Aku sudah sejak malam di tempat Yuza."     

"Heh? Kok bisa begitu?" Reiko terkejut bukan main. Sahabatnya ini sudah sejak malam berada di apato Yuza. "Jadi Ru-chan tidur dengan-"     

"Tentu tidak, gadis bodoh! Hi hi!" Runa mencubit pinggang Reiko. "Aku mengusir Yuza agar dia pergi ke tempat lain."     

Sekali lagi Reiko melongo. Bisa dia bayangkan susah payah yang dihadapi Yuza ketika Runa datang. Terkadang, dia iri dengan ketegasan Runa menghadapi siapapun, bahkan lelaki sekalipun. Andai dia bisa seperti Runa.     

"Jangan khawatir! Si playboy itu hanya cukup pindah ke unit sebelah, di tempatnya Shingo-kun." Runa tak bisa menahan senyum gelinya dan paham pasti sabahatnya sedang mengasihani Yuza.     

"Oh? Yuza-kun dan Shingo-san satu gedung apato?" Sekali lagi Reiko terkejut.     

"Iya. Apa kau tak tahu?" Runa bertanya balik.     

Ini sungguh membuat Reiko bagai disengat. Astaga, ternyata dua pria itu tinggal bersebelahan dan dia tak tahu sama sekali! Betapa buruknya dia memperlakukan teman-temannya? Dia terlalu sibuk dengan Nathan Ryuu.     

"Ya, aku tidur di apato Yuza dan dia pergi ke kamar Shingo-kun. Tapi tentu saja aku mengobrol sebentar dengan mereka setelah meneleponmu, kami mengobrol mengenaimu," ucap Runa sembari melangkah cepat ke kamar Reiko.     

"Ja-jangan ke sana!" Reiko hendak mengejar Runa, namun terlambat.     

"ASTAGA!" teriak Runa begitu membuka pintu kamar Reiko.     

Reiko tiba di belakang Runa dan melihat Nathan Ryuu sedang duduk sambil menutupi tubuh bawahnya dengan selimut. Sepertinya dia baru bangun karena mendengar suara Runa yang cukup keras.     

"Oh, halo Nona Runa." Tanpa kecanggungan apapun, Nathan Ryuu melambaikan tangannya ke Runa. "Kecoak besar ini mengucapkan selamat pagi!"     

"K-k-k-kau-" Runa tergagap bingung.     

"Yep, akulah si kecoak besar." Nathan Ryuu mengerling jenaka. Reiko memutar bola matanya, sadar suaminya sedang menyindir dia.     

"Tuan Ryuu!" seru Runa setelah dia berhasil mengumpulkan suara bulatnya.     

"Ya, Nona Runa." Nathan Ryuu mengangguk santai bagai itu adalah hal biasa bahwa dia berada di kamar Reiko. Yah, memang kini sudah menjadi hal biasa, namun tidak bagi Runa.     

Reiko lekas berlari ke depan Runa dan menghalangi pandangan Runa ke Nathan Ryuu. "Ru-Runa-chan ...." Lalu dia pun menyeret Runa agar keluar dari kamar itu ke ruang tengah saja.     

Runa patuh diseret ke ruangan lain dan setelahnya, dia berdiri sambil melipat dua tangan dan matanya menatap tajam pada Reiko, seakan dia adalah bu guru yang memergoki muridnya berbuat nakal. "Bisa jelaskan padaku mengenai itu? Apakah begitu caramu berpacaran?"     

Reiko melongo sejenak dengan pertanyaan Runa dan sadar bahwa ternyata Runa sudah mengetahui mengenai hubungan dia dengan Nathan Ryuu. Ini pasti dari Yuza atau Shingo. Namun, tentu saja itu wajar mengingat semalam katanya mereka mengobrol mengenai dirinya.     

Masih bergulat dengan dilemanya, Reiko belum memberikan jawabannya. Namun, dia terkejut ketika Runa menerjang dan memeluknya dengan sikap ceria. "Kyaa! Rei-chan! Akhirnya kau berpacaran! Dan kalian malah sudah tinggal bersama! Kalian benar-benar gerak cepat, yah! Kyaa!"     

Reiko sama sekali tak menyangka respon ini dari Runa.     

"Rei-chan! Kau tahu, aku sungguh menyangka kau akan selamanya jadi perawan lugu! Dan tak kusangka begitu kau pacaran, kau sudah melangkah dengan berani dengan Tuan Ryuu! Uffhh ... aku iri sekali ingin juga begini dengan pacarku! Ugghh ... tapi aku harus punya pacar terlebih dahulu sebelum memimpikan hal begini, ya kan?" celoteh Runa sambil matanya berbinar.     

Batin Reiko menggedor. Apakah dia juga harus membohongi Runa? Lalu, jika iya, apa arti persahabatan mereka selama ini?     

"R-Ru-chan ... dengarkan aku." Reiko menggigit bibirnya dengan sikap gelisah.     

Runa segera berhenti dan menatap curiga ke Reiko. Tapi dia menghargai Reiko dan menunggu. "Ada apa, Rei-chan?"     

"Aku ... aku dan Ryuu ... kami ... umm ... kami ... sudah memiliki akta pernikahan." Reiko mengusap tengkuknya dengan canggung.     

Senyap dari pihak Runa. Gadis itu terdiam mematung di depan Reiko.     

Karena lama tak ada tanggapan dari Runa, Reiko terpaksa bertanya, "Ru-chan? Ru-chan, kenapa? Apa kau ... kau tak suka?"     

Syuutt ....     

"Ru-chan!" Reiko terkejut karena Runa merosot ke lantai dan terduduk di sana.     

"R-Rei ... Rei-chan ... kau ... kau tak sedang melakukan gurauan padaku, kan? Atau ini prank?" Wajah melongo Runa tampil dengan jelas.     

"Ru-chan ... maaf ... maaf karena baru memberitahumu sekarang." Reiko pun ikut duduk di lantai seperti Runa.     

"Kapan kalian ... menikah?"     

"Um ... baru beberapa hari lalu. Dua hari lalu."     

Segera saja dua tangan Runa mencubiti pinggang Reiko lalu menarik hidung mancung Reiko. "Gadis nakal! Bisa-bisanya kau menyembunyikan ini dariku! Kalau aku tidak datang ke sini, mungkin selamanya kau takkan jujur mengatakan ini padaku, ya kan? Mengaku!"     

"Ah! Ampun, Ru-chan, ampun!" Reiko tertawa sambil meringis menderita.     

"Kau benar-benar jahat!" Runa berlagak merajuk. Reiko terpaksa mengerahkan segala rayuannya agar sahabatnya membaik lagi. Lalu mereka mulai cekikikan.     

"Sayank, aku pergi dulu, yah!" Tiba-tiba, sudah muncul Nathan Ryuu dari kamar dan sudah memakai setelan jas.     

Reiko dan Runa lekas bangun dari lantai. Lalu, tangan Nathan Ryuu meraih tengkuk Reiko dan mengecup bibir, pipi dan kening istrinya.     

"Kau pergi sekarang?" tanya Reiko.     

"Ya, ada yang harus aku urus. Sampai bertemu nanti malam, yah! Hubungi aku kalau ada apa-apa." Tangannya mengelus sebentar pipi istrinya sebelum dia menoleh ke Runa dan berkata, "Nona Runa, aku pergi dulu, tolong jaga istriku ini selama aku tak ada, yah!"     

"Ba-baik, Tuan Ryuu!" Runa mendadak menegakkan tubuhnya bagai prajurit sedang menerima perintah dari komandannya.     

Setelah Nathan Ryuu pergi, Runa beralih ke Reiko untuk berkata, "Sepertinya aku tidak pantas kalau menginap di sini, kan?"     

Wajah penuh rasa bersalah tampak di Reiko. "Aaangghh ... maafkan aku, Ru-chan." Ia mengerang penuh penyesalan.     

"Jangan meminta maaf! Dia kan suamimu, sudah sepantasnya dia yang di sini, oke! Aku akan menginap lagi di apato Yuza." Runa mengapit lengan Reiko sambil berjalan ke sofa terdekat. "Ceritakan padaku bagaimana awal mula kisah cinta kalian, oke! Akan kuanggap itu sebagai pengampunan untuk dosamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.