Inevitable Fate [Indonesia]

Memulai Penebaran Racun (1)



Memulai Penebaran Racun (1)

0Hola zhe chang youxi .. I'm a target now (halo permainan .. aku adalah target saat ini)     
0

Winner takes all you go down (pemenang mengambil semuanya, kau runtuh jatuh)     

qianyimohua zi ni de xuanwo (pusaran air yang menenggelamkanku)     

- Bad Alive by WayV -     

===========     

"Aku heran ... kenapa orang seperti dia masih dipertahankan di Magnifico? Bukankah akan membawa nama buruk bagi tempat ini?" Azuka bersungut-sungut.     

"Orang yang mana yang kalian bicarakan?" Mendadak, di dekat mereka terdengar suara wanita.     

"Nyonya Takeda!" Ketiganya serempak berseru kaget. Itu adalah istri dari pemilik Magnifico, mana mungkin mereka tidak mengenalinya?     

Si nyonya itu pun menaikkan dagunya saat melangkah mendekat ke trio itu dengan langkah penuh percaya diri. Yah, pantas memang dia bersikap bangga demikian karena toko roti suaminya sangat terkenal dan laris belakangan ini.     

"Kalian sedang membicarakan siapa?" Nyonya Takeda menatap penuh rasa ingin tahu pada ketiganya. Membawa nama buruk bagi Magnifico? Mana mungkin dia sebagai pemilik (walau tidak secara langsung) tetap akan diam saja jika ada ancaman pada Magnifico?     

"Itu-" Azuka sudah hendak bicara.     

"Kami ... kami merasa buruk jika begini, Nyonya, seakan kami ini sedang bergosip saja." Erina memotong ucapan Azuka. "Apalagi, ini adalah tempat publik, rasanya kurang pantas bagi kami bicara hal yang sensitif di sini."     

"Ohh? Hm, kalau begitu, temui aku di ruangan suamiku." Nyonya Takeda pun melangkah lagi ke Magnifico, menggunakan pintu depan untuk masuk ke ruangan suaminya di lantai dasar. Pagi ini dia hanya secara iseng saja datang ke toko ini karena hendak membawa beberapa kue untuk menjenguk salah satu temannya. Tak disangka malah bertemu trio itu di depan toko.     

Erina tersenyum tipis meski hatinya bersorak gempita karena dia berhasil menggiring Nyonya Takeda seperti yang dia harapkan. "Ayo kita masuk!" ajaknya pada dua teman gengnya.     

Sampai di dalam Magnifico, Erina pun menemui Manajer Akeno dan berkata, "Tadi aku bertemu Nyonya Takeda dan Beliau meminta bertemu denganku di ruangannya. Bisakah aku ke sana sebentar, Akeno-san?"     

Akeno diam beberapa detik untuk menatap Erina, sedikit tak yakin bawahannya ini dipanggil oleh istri pemilik toko. Tapi, karena khawatir kalau itu memang benar adanya, maka dia pun tidak ingin menghalangi. "Ya sudah, temui Beliau dan lekas kembali ke sini jika sudah selesai."     

"Baik, Akeno-san!" Erina pun berjalan ke ruangan Tuan Takeda. Mengetuk pintu dengan pelan, dia mendapatkan jawaban dari dalam. Pintu pun dibuka dan aroma wangi ruangan cukup luas dan berinterior bagus itu menerjang pandangan mata Erina.     

Baru kali ini dia masuk ke ruangan ini, dan ... ia tak yakin apakah ada karyawan biasa selain dirinya yang bisa masuk ke sini. Dadanya membusung dengan punggung tegak ketika dia merasakan kebanggaan pada dirinya sendiri, dan melangkah masuk. "Permisi, Nyonya."     

Di ruangan itu sudah ada istri pemilik Magnifico, Takeda Ayumi. Dia memiliki nama asli Yamamura Ayumi. Namun, karena dia sudah menikah dengan Takeda Jyuto, maka ia pun memakai nama keluarga suaminya untuk disematkan pada namanya, menjadi Takeda Ayumi.     

Nyonya Takeda adalah gambaran wanita sosialita sesungguhnya. Dandanannya dari atas hingga bawah menjeritkan ribuan dolar di banyak barang yang dipakai. Kulit semulus porselin dan tubuh semampai menyerupai supermodel. Sungguh pantas menyandang predikat sosialita baru terkemuka di Tokyo.     

"Siapa namamu?" Si nyonya duduk penuh jumawa di sofa ruangan. Hanya ada dia saja di sana karena suaminya memang sudah mulai jarang pergi ke Magnifico sejak pemasaran toko itu meningkat drastis beberapa bulan ini, dan lebih suka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarga kecilnya atau melakukan kegiatan borjuis lainnya.     

"Hamamiya Erina." Gadis 21 tahun itu menjawab dengan sikap sopan dan tetap berdiri di dekat sofa yang diduduki Nyonya Takeda.     

"Oh, baiklah Nona Hamamiya." Nyonya Takeda mengangguk-anggukkan kepalanya.     

"Panggil Erina saja, tak apa, Nyonya." Erina merendah sambil membungkukkan tubuhnya ke Nyonya Takeda.     

"Hm, oke, Erina." Nyonya Takeda mulai menyukai sikap sopan dari Erina. Ketika dia hendak bicara lagi pada Erina, pelayan kafe datang mengantarkan minuman dan cemilan kecil untuknya.     

Setelah pelayan kafe keluar, Nyonya Takeda pun kembali bicara pada Erina. "Aku memanggilmu ke sini karena ucapan yang kalian nyatakan di depan toko mengenai seseorang yang berpotensi membawa nama buruk pada Magnifico. Bisakah kau menceritakan mengenai itu?"     

Sebenarnya, Nyonya Takeda tidak mengharapkan Erina yang datang, karena tadi di depan Magnifico, yang berseru keras adalah Azuka. Tapi karena sekarang Erina sudah mendatanginya, rasanya sama saja seperti mendatangkan Azuka. Terlebih, sikap Erina sangat menyenangkan mata.     

"Iya, Nyonya." Erina mengangguk hormat sebelum memulai bicaranya. "Sebelumnya, maaf apabila aku terkesan berlebihan atau pun sedang menjelek-jelekkan suatu pihak, namun aku sendiri melakukan ini demi Magnifico."     

"Ya, bicaralah." Nyonya Takeda mengambil cangkir tehnya dan mulai menyeruput pelan teh panas tersebut.     

"Jadi, belum lama ini, mungkin seminggu lalu, Magnifico menerima 3 orang karyawan baru. Dan salah satunya bernama Arata Reiko. Dia memang cantik dan menarik. Namun begitu, berdasarkan apa yang dia lakukan di luar kerjanya, rasanya kurang pantas." Erina mulai menebarkan jaring laba-labanya.     

"Oh? Kelakuan kurang pantas apa yang dia perbuat? Bicara saja dengan gamblang, tak perlu ditutup-tutupi." Nyonya Takeda semakin tertarik. Matanya menyala dengan binar antusias. Gosip. Mana mungkin ada wanita yang memiliki imun terhadap asyiknya sebuah gosip yang berhembus?     

"Pertama-tama, aku memergoki dia ketika pulang kerja masuk ke dalam mobil limited edition yang hanya ada beberapa buah saja di dunia ini. Yah, aku memang sedikit mengikuti berita-berita mengenai hal semacam itu, Nyonya."     

"Lalu?"     

"Dan setelah itu, esok malamnya, ketika aku mengajak dia untuk merayakan ulang tahunku, dia malah pergi berkencan dengan dua pria yang dia temui di tempat aku merayakan ulang tahun, di sebuah karaoke."     

"Ohh?"     

"Aku ... aku tak berani bicara omong kosong, Nona dan ini buktinya." Erina mengeluarkan ponselnya dan menyerahkan pada Nyonya Takeda.     

Sang nyonya pemilik Magnifico pun menerima ponsel itu untuk melihat apa yang ada di layar. Ternyata, di sana ada foto perempuan sedang dicium pipinya oleh seorang lelaki dan lelaki lainnya memegang dada perempuan itu. Foto lainnya, perempuan tadi melingkarkan tangannya ke leher salah satu lelaki tadi dan pasrah dicium lehernya ketika kepalanya terkulai di bahu si lelaki yang secara provokatif meremas pantatnya, sementara lelaki lain berdiri di belakang perempuan itu dan memegangi payudaranya.     

Sungguh dua buah foto yang sangat vulgar dan berani! Nyonya Takeda sampai melongo melihatnya. "Ini ...."     

"Ya, Nyonya, itu Reiko. Untung saja aku segera menjepretkan kameraku padanya sebelum dia kemudian pergi dengan 2 pria itu begitu saja, yah entah apa yang akan mereka lakukan di luaran sana. Kata Reiko, dia hendak menyewa Love Hotel terdekat." Erina dengan fasih menyemburkan racunnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.