This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pengunjung



Pengunjung

0Ranting, akar, dan dedaunan menyelimuti seluruh kota, bagaikan benang dan kain yang digunakan untuk menambal pakaian yang bolong. Setiap berkas cahaya yang menyentuh benang-benang itu berubah menjadi jarum yang menyatukan seluruhnya.     
0

Ketika benih itu berhenti bercahaya, langit kembali biru, matahari kembali menyinari seluruh kota, dan jurang-jurang yang terbentuk di kota hilang tanpa jejak. Kota Rumbell kembali ke bentuk semulanya. Bahkan, bangunan-bangunan yang hancur kembali utuh dalam keadaan yang lebih bersih dan lebih kokoh dari sebelum kehancurannya.     

Tidak hanya itu saja, semuanya terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Udara bahkan terasa lebih segar dan dapat menyembuhkan kelelahan tubuh.     

Mimpi buruk yang baru saja melanda menjadi seperti sebuah halusinasi belaka, digantikan dengan mimpi yang begitu indah hingga terasa lebih tidak nyata lagi.     

"Bagaimana dengan Lauren?"     

Luca, menggendong Mihai, langsung terbang kembali ke kediaman Olteanu. Yuki dan yang lainnya segera mengikuti di belakang.     

Mereka memasuki ruang kerja melalui jendela dan menemukan bahwa ruangan itu kosong.     

"Dia kabur?" tanya Mihai panik tapi Luca langsung menggeleng.     

Di tengah ruangan, segumpal bola melayang-layang naik turun di udara, putih bersih. Ia terus berada di satu titik, naik turun, naik turun …. Ranting-ranting tipis menembus keluar dari lantai, mengelilingi jiwa itu, menjaganya agar tidak kabur.     

Ketika Luca mendekat, Mihai mendekat, Yuki mendekat, Alex mendekat, bola itu bergeming. Namun, ketika Randis mendekat, bola itu bergetar sedikit. Berkas-berkas hitam samar-samar munyelimutinya tapi bola itu tidak menyerang dan hanya terus bergetar.     

"ini … jiwanya?" tanya Mihai.     

Luca mengangguk.     

"Bahkan dengan kekuatan benih dari dunia atas, kegelapan yang menempel di jiwanya masih tidak bisa dibersihkan seluruhnya." Yuki mengusap dagunya penuh pertimbangan. Dari pengamatannya, kesadaran jiwa Lauren sudah hampir hilang. Ia bisa disamakan dengan jiwa bayi yang belum belajar apa-apa sekarang. Kegelapan yang tertinggal pun sangat tipis sehingga tidak cukup untuk melukai siapa pun.     

Yuki merogoh saku lengannya, mengeluarkan sebuah kotak bening yang misterius.     

"Apa itu, Paman Yuki?"     

"Ini adalah lentera jiwa yang sudah disederhanakan."     

Dulunya dewa kematian memang menggunakan lentera untuk menyimpan setiap jiwa yang akan dibawa kembali untuk memasuki lingkaran reinkarnasi tapi lentera-lentera itu mengambil terlalu banyak tempat di gudang jiwa sehingga pada akhirnya disederhanakan menjadi kotak persegi bening yang mudah disimpan dan diatur.     

Yuki memasukkan jiwa itu ke dalam kotak. Jiwa itu tidak membangkang sama sekali, membiarkan Yuki menguncinya di dalam kotak tersebut.     

Sebelum Yuki bisa memasukkan kotak tersebut kembali ke sakunya, kotak itu tiba-tiba hilang dari tangannya. Lebih tepatnya, seseorang yang bergerak dalam kecepatan yang sangat tinggi mengambil kotak itu ketika Yuki sedang lengah.     

Luca yang belum menurunkan kewaspadaannya bereaksi dengan cepat. Dengan satu ayunan tangan, ranting-ranting yang tadinya menjaga bola jiwa langsung membengkok ke samping lalu memanjang dengan kecepatan cahaya. Ujungnya berhasil menangkap kaki sosok itu, melilitnya kuat lalu menarik sosok itu jatuh. Akan tetapi, sebuah hewan bertubuh sepanjang 10 meter dan tinggi 3 meter terbang ke bawah tubuh sosok itu, membiarkan tubuh bersisiknya menjadi tempat melandas.     

Berasumsi bahwa monster besar itu adalah musuh, Luca dan yang lainnya sudah siap dengan kuda-kuda sempurna tapi Yuki menghentikan mereka.     

Yuki baru saja ingin menyatakan alasannya ketika …     

BUK!     

Satu tonjokan jatuh di atas kepala sosok yang mencuri kotak jiwa.     

"Jangan menyusahkan orang!" bentak pria jangkung berkulit pucat dengan pakaian panjang berwarna hitam legam dan list emas.     

Di sampingnya, gadis berperawakan mungil yang berpakaian serba pink meloncat turun dari tubuh hewan itu. "Kami bukan musuh," ujarnya lembut. Matanya melengkung membentuk bulat sabit sempurna, bibirnya yang merah muda pun melengkung sempurna tapi dibandingkan ramah, Mihai merasa sedang melihat topeng horor dengan wajah tersenyum tapi versi makhluk hidup nyata.     

"Hanya musuh yang akan meneriaki dirinya bukan musuh," protes Randis tapi Liliane menyikut perutnya kuat. "Auww!" Ia membungkuk dalam, menutupi area perutnya yang berdenyut sakit. Wajahnya mendongak menatap istrinya dengan kedua mata berkaca-kaca. 'apa salahku?' tertulis di wajahnya.     

"Jangan kurang ajar! Beliau adalah Dewi Cinta dari dunia atas!" Liliane hanyalah dewa tingkat menengah yang menjadi pembantu Yuki. Posisinya lebih rendah dari dewi cinta maupun dewa kehidupan dan kematian yang masih menegur sosok kurang ajar tadi.     

"Eh? Dia … bukannya Valentin Udrea?" Baru sekarang Liliane dapat melihat sosok yang telah mencuri kotak jiwa dari Tuannya. Dalam ingatannya, sosok itu sama persis dengan incubus abadi dari keluarga Udrea yang selalu berwajah datar bahkan ketika kekuatannya di ambil dari tubuhnya. Yang berbeda hanya rambut putihnya yang dulu panjang kini telah dipotong pendek.     

"Xing Qiu," sapa Yuki, tidak bisa menghentikan senyum tipis terbentuk di wajahnya. Selama ia berada di dunia atas, dewi cinta satu ini yang selalu mengganggunya dan menariknya keluar untuk bergaul. Yuki sangat berterima kasih kepadanya.     

"Oh~ Yuki! Senang bisa bertemu lagi denganmu!" Xing Qiu menutup mulutnya dengan kedua tangan, tertawa lembut hingga kedua pipinya kemerahan.     

"Mengapa kalian ada di sini? Dan juga bersama incubus itu dan …." Yuki menatap hewan besar bersisik biru muda yang kontras dengan tubuh besarnya yang mengintimidasi, memiliki sepasang mata biru pucat yang lebih lembut dari awan. Ia tidak pernah melihat hewan macam ini tapi terdapat banyak ukirannya di dinding kerajaan dunia atas.     

Hewan besar itu menundukkan kepalanya. "Aku Rieyu, seekor naga."     

Naga adalah tunggangan para dewa dewi di dunia atas. Nama Rieyu ini pun tidak asing. Jika Yuki tidak salah, ia adalah mantan raja pada naga tapi ketika Yuki ada di dunia atas, raja itu sudah menghilang dan kursi raja naga sedang kosong.     

Xing Qiu melambai kecil. "Ini sedikit rumit. Mari kita bicarakan di ruangan yang lebih tertutup. Tapi sebelum itu …." Memutar tubuhnya 45 derajat, ia menatap Valentin dengan mata yang masih berbentuk bulan sabit. "Kau datang ke sini untuk mengambil jiwa itu?"     

Valentin, masih mengusap kepalanya yang memiliki benjolan, dengan enggan mengangguk. Ia mengulurkan kotak itu kepada pria jangkung di sampingnya. "Kau cek apakah jiwa ini sudah cukup bersih! Jika sudah, aku akan membawanya."     

Sikap arogannya membuat mata pria jangkung itu berkedut hebat. Dengan geram, ia mendaratkan satu tonjokan lagi di kepala Valentin. "Sebagai Dewa yang mengurus jiwa, kau kira aku akan membiarkan satu jiwa hilang dari gudangku?!" Ia hendak mengambil kotak itu tapi Valentin buru-buru memasukkan kotak tersebut ke dalam saku lalu terbang pergi.     

"Hei!" Pria jangkung ingin mengejar tapi Xing Qiu menghentikannya.     

"Yun Sheng, biarkan saja. Jiwa yang ada di kotak itu pada dasarnya abadi dan tidak akan kembali ke gudang jiwamu untuk bereinkarnasi. Biarkan ia berada di tangan Valentin lebih lama tidak akan merugikanmu."     

"Tapi itu menambah pekerjaanku!"     

"Oh! Hanya sedikit laporan. Kau bisa membuatnya dengan cepat!"     

"Kau tidak tahu laporan kehidupan dan kematian itu lebih banyak dibandingkan laporan cintamu itu!"     

"Hah?!"     

"Apa?!"     

Dua garis listrik muncul dari mata mereka.     

Keduanya sudah akan berargumen lebih jika Yuki tidak menghentikannya. Ia pernah mendengar bahwa dewi cinta dan dewa kehidupan-kematian sering bertengkar dan mereka bahwa pernah bertengkar hebat mengenai suatu kasus besar yang ada di dunia atas. Namun, ketika Yuki bertemu dengan keduanya di atas sana, ia tidak pernah melihat mereka bertengkar. Baru kali ini, rumor itu menjadi fakta di benak Yuki.     

Di tengah kekacauan itu, Randis mencubit ringan lengan Liliane, mengisyaratkan bahwa ia akan pergi sebentar. Liliane tidak berkomentar dan hanya membiarkannya pergi.     

Mihai menyadarinya tapi tidak menanyakan apa pun. Sebaliknya, ia menatap Luca, mengkomunikasikan permohonan untuk menjemput Liviu.     

Luca juga tidak tenang membiarkan Liviu di tangan orang lain begitu lama. Keduanya sepakat untuk pergi tapi sebelum mereka ingin ijin pamit, buah hati mereka sudah terbang meluncur ke dada mereka bagaikan peluru.     

"Papa! Ayah!"     

Meskipun tulang rusuk mereka nyeri, Luca dan Mihai memeluk putranya dengan senyum hangat. Setelah puas di dalam pelukan, Liviu menggeliat keluar lalu terbang mengelilingi kedua orang tuanya, memastikan setiap sudut tubuh mereka tidak memiliki lecet sedikit pun.     

"Livi! Kami tidak apa-apa." Luca berusaha menangkap Liviu kembali ke dalam pelukannya tapi Liviu tiba-tiba memucat dan berhenti di udara. Matanya menuju pada satu titik.     

Mihai dan Luca mengikuti arah pandang itu yang ternyata jatuh pada Yun Sheng. Yun Sheng yang masih kesal juga menyadari pandangan yang menusuk tajam kepadanya. Meskipun ia tahu perilakunya terlalu kekanakan, tapi ia tidak bisa menghentikan dirinya membalas pandangan dari pria mungil itu.     

Merinding, Liviu meluncur kembali ke dalam pelukan Mihai dan Luca. Liviu melebarkan kedua lengannya seluas mungkin untuk memeluk leher kedua orang tuanya, berusaha melindungi mereka. "Olang jaach! Jagan mensekach! (Orang jahat! Jangan mendekat!)" Mata lebarnya sudah berkaca-kaca.     

Mihai dan Luca harus menempelkan wajah mereka agar Liviu bisa membungku leher mereka. Melihat kesedihan yang mendalam dari putranya, Mihai langsung menatap tajam pada Yun Sheng, menggeram. Luca masih bisa mengontrol ekspresi wajahnya tapi aura membunuh yang menguar dari tubuhnya membuat seluruh bulu kuduk Yun Sheng berdiri tegak.     

"Tunggu dulu! Aku tidak melakukan apa-apa! Aku bahkan baru pertama kali bertemu dengan mungil itu!"     

Tapi tatapan semua orang menyatakan dengan jelas ketidak percayaan mereka. Bahkan Yuki terlihat lebih dingin dari biasanya.     

Yun Sheng benar-benar dituduh melakukan kejahatan yang tidak ia lakukan. Ia buru-buru mencari persetujuan dari Xing Qiu tapi Xing Qiu hanya memberinya sebelah mata.     

"Kau yakin?" tanya Xing Qiu serius.     

"Tentu saja! Kita sudah bepergian lama dan terperangkap di luar. Kau tahu jiwa-jiwa di sini … ugh! Pokoknya aku tidak mungkin melakukannya."     

"Hah … kau sepertinya harus mengenali jiwa yang kau urus dengan lebih baik lagi." Xing Qiu menggeleng penuh penyesalan. Ia berjalan mendekat pada Liviu, mengelus kepala anak itu dengan lembut.     

"Liviu?" panggilnya ramah.     

Liviu ragu-ragu menoleh. Namun, ketika ia melihat wajah Xing Qiu, gemetar di tubuhnya tanpa sadar mereda.     

Melihat itu, raut wajah Mihai pun membaik. Aura membunuh Luca pun berkurang menjadi hanya setengahnya saja.     

"Fufufu … jangan takut, mereka sudah bersatu dan kau sudah ada di dunia ini. Kau tahu itu bukan?"     

Liviu mengerjap-ngerjap bingung tapi entah mengapa ia mengangguk menyetujui perkataan itu. Senyum di wajahnya merekah lebar. Ia kembali riang dan mendaratkan ribuan kecupan di pipi kedua orang tuanya.     

Mihai tidak tahu mengapa Liviu bisa bereaksi seperti ini tapi ia tidak menggali lebih dalam. Meskipun masih memiliki sedikit keraguan dan kewaspadaan, Mihai mengucapkan kata terima kasih tanpa bersuara.     

Xing Qiu hanya mengedipkan sebelah matanya dengan riang sebagai balasan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.