This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Aku Merindukanmu



Aku Merindukanmu

0Berbeda dengan langit cerah di Bukit Luito, area tempat tinggal incubus yang dipenuhi perumahan mewah telah dipayungi oleh awan hitam selama satu tahun penuh, terutama kediaman Keluarga Olteanu yang sudah bagaikan malam untuk sepanjang hari.     
0

Suasana pesta yang selalu menyelimuti kediaman itu pun tergantikan oleh kesunyian yang menegangkan. Seluruh incubus yang tinggal di sana, baik pelayan maupun nyonya dari kediaman tersebut selalu menundukkan wajah dalam-dalam ke mana pun mereka pergi. Setiap langkah yang diambil tidak menimbulkan sedikit pun suara bagaikan kaki mereka adalah bulu.     

Tiba-tiba, sebuah langkah kaki yang terburu-buru memecah kesunyian. Seorang pria berseragam berlari dari gerbang hingga memasuki rumah besar yang meskipun berukir indah tapi terlihat kusam di tengah kegelapan.     

Peluh jatuh mengotori seluruh wajah pria itu tapi dibandingkan peluh akibat pergerakan lari, peluh itu lebih menggambarkan ketakutan dan ketegangannya untuk menghadap sosok kebesaran di rumah ini. Semakin dekat dirinya dengan pintu ruangan sang Tuan, semakin berat bunyi langkahnya, semakin kuat detak jantungnya, dan semakin basah seluruh tubuhnya. Namun, bukan panas yang ia rasakan melainkan kedinginan.     

Tangannya terangkat tinggi, hendak mengetuk pintu besar itu tapi ketika ia sampai di depan pintu, tangannya tidak mampu bergerak untuk beberapa saat. Beberapa pelayan yang melewatinya hanya menatapnya iba tanpa bermaksud untuk memberikan bantuan.     

Setelah menelan ludah berkali-kali hingga mulutnya kering, akhirnya pria berseragam itu memberanikan dirinya untuk mengetuk lalu membuka pintu.     

"Tuan! Gawat! Penghalang di Bukit Luito kembali muncul dan tim kita hila–!!!"     

Tidak ia sangka, keempat kepala keluarga beserta tetua-tetua dari kelima keluarga berada di dalam ruangan bersama Lauren. Vladimir, kepala keluarga Mocanu yang baru, yang berdiri paling dekat dengan pintu langsung menghujam pria berseragam dengan tatapan tajam, membuat lidah pria itu kelu.     

Semua orang di dalam ruangan menatap satu sama lain, penuh keresahan sementara tatapan Vladimir jelas menyalahkan pria berseragam itu.     

'A–apa aku membuat kesalahan?'     

Namun, ia hanya mengerjakan tugasnya. Orang-orang ini seharusnya tidak menyalahkannya.     

Vladimir tidak lagi memperhatikan wajah cemberut pria itu. Hal yang lebih menyeramkan ada di tengah ruangan ini, duduk di kursi di balik meja berlapis emas, sudah dengan wajah yang murka. Bahkan kulit pucatnya tidak bisa menutupi merah darah yang mengalir ke wajahnya.     

"Aku tidak pernah dengar bahwa penghalang di bukit itu pernah hilang!"     

BAM!     

Meja di hadapan Lauren langsung terbelah menjadi puluhan bagian sebelum meleleh menjadi cairan hitam.     

Mereka yang berdiri paling dekat dengan meja ingin mundur menghindar tapi melihat kemurkaan Lauren, jika mereka mundur dan menyinggung pria itu, konsekuensinya akan lebih besar. Jadi, meskipun enggan dan menyakitkan, mereka membiarkan ujung kaki mereka terkena cairan hitam itu.     

Vladimir menelan ludah dengan susah payah. Dalam hatinya, ia masih mengutuk pria berseragam yang tidak mendengar perintah dengan benar.     

Nasib mereka hari ini akan lebih menyedihkan lagi ….     

*****     

"Papa! Papa! Huaaa!"     

Liviu memeluk leher Mihai dengan sangat erat, seperti takut Mihai akan pergi lagi jika ia tidak menggenggamnya dengan erat. Mihai sampai harus mengerahkan lebih banyak tenaga untuk menarik napas tapi ia tidak sampai hati untuk menegur Liviu. Ia membalas pelukan Liviu, mengecup pipi basah putranya. Sudut matanya ikut memerah. Ia telah pergi begitu lama hingga putranya bahkan sudah dapat berbicara. Rasa menyesal karena tidak bisa melihat dan mendampingi putranya selama proses belajar berbicara ikut bercampur dengan haru dan rindu di hatinya.     

Keduanya tenggelam dalam dunia mereka sendiri sehingga tidak menyadari ekspresi kaget dan bertanya-tanya dari sekelilingnya. Kaget karena tiba-tiba ada portal aneh yang memunculkan seorang pria mixed blood asing yang ternyata adalah istri Luca. Tapi tidak hanya itu saja ….     

Berpasang-pasang bola mata tidak bisa berhenti mengikuti seorang pria. Sejak pertama kali bertemu secara langsung dengan pria itu di Bukit Luito hingga setelah satu tahun berlalu, ini adalah pertama kalinya mereka melihat pria itu berdiri dan berjalan dengan kedua kakinya tanpa ada bantuan dari orang lain.     

Garis-garis keriput yang begitu kentara mulai hilang tanpa meninggalkan jejak. Sorot mata yang halus tapi lesu itu kini mendapatkan kembali semangatnya.     

Satu langkah, dua langkah … lima langkah … dua belas langkah …. Semakin lama semakin cepat hingga berlari kecil.     

Lengan panjangnya terbuka lebar, membungkus Liviu dan Mihai ke dalam pelukannya. Bibirnya mengecup dahi, turun ke batang hidung, bergeser ke pipi, turun ke bibir, lalu berhenti di leher. Semuanya dilakukan dengan sangat ringan tapi di setiap pergerakan itu, semburat merah di pipi Mihai semakin kentara. Tangannya langsung menutup mata Liviu yang langsung mendapat protes.     

"Jerap! (Gelap!)"     

Mihai tidak bisa membalas karena bahkan untuk bernapas saja sulit. Matanya dipenuhi oleh wajah Luca yang telah kembali muda, sama seperti ketika terakhir kali Mihai melihatnya di alam bawah sadar, tersenyum lembut dengan sorot mata penuh sayang. Hanya rambutnya yang tetap berwarna putih, bercahaya terang akibat pantulan cahaya matahari membuat Mihai merasa telah bertemu dengan seorang malaikat.     

Luca menunduk sedikit, mendekatkan bibirnya pada telinga Mihai.     

"Aku merindukanmu," bisiknya.     

Telinga Mihai langsung memerah. Ia mengangguk kecil, mendaratkan sebuah ciuman pada pipi Luca. "Aku juga," bisiknya.     

Tanpa diduganya, telinga Luca juga sedikit memerah.     

Mihai tidak bisa menahan senyum lebar penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Hatinya tergelitik untuk menggoda Luca tapi belum sempat ia melakukannya, sebuah tendangan jatuh pada betisnya.     

"Auw!"     

"Papa!" seru Liviu cemas. Walaupun tidak bisa melihat, ia menggerakkan tangannya secara acak, berusaha mencari area tubuh papanya yang terluka.     

Sementara Luca dan Mihai tertarik kembali dari dunia mereka. Di saat yang bersamaan, Luca menyadari portal yang masih terbuka dan setengah kaki yang keluar dari portal tersebut sementara, Mihai bertemu pandang dengan puluhan pasang mata.     

Puluhan pasang mata itu buru-buru bergerak ke arah lain tapi semburat merah di wajah mereka merupakan bukti nyata bahwa mereka telah menonton seluruh aksi Mihai dan Luca. Mihai merasa ingin menggali lubang dan masuk ke dalamnya sekarang juga.     

"Apa yang kau lakukan di depan portal? Minggir! Kami tidak bisa keluar!" tegur pemilik kaki.     

Luca menarik Mihai yang masih mengepulkan asap di kepalanya ke samping. Sesosok rubah putih berekor dua segera muncul dari balik portal, diikuti oleh sesosok incubus berambut biru muda.     

Keduanya mengangguk kecil kepada Luca yang segera dibalas dengan anggukan kecil dan senyum lembut. Tidak ada kekagetan yang muncul di wajah Luca, bagaikan ia sudah memprediksi kedatangan mereka. Hal ini membuat kedua sosok itu, Yuki dan Alex, terkejut. Namun, keduanya tidak membahasnya. Mereka segera berseru ke arah portal dan berbagai sosok mulai bermunculan: incubus, mixed blood, half-beast, juga beast.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.