This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Wajahmu Menjijikkan!



Wajahmu Menjijikkan!

0Mihai telah gegabah!     
0

Sejak pemusnahan pertama yang dilakukan kelompok Luca terhadap kaum Mixed Blood, suasana tempat ia tinggal tidak lagi sama. Para hari pertama pembantaian itu, mereka mendapatkan kiriman abu di tempat persembunyian baru mereka. Jelas sekali bahwa itu adalah abu dari tiga rekan mereka yang gugur.     

Kesedihan melanda kaumnya. Mihai juga sama tapi mereka tidak bisa berlama-lama berdiam di sana.     

Jika abu tersebut sudah mencapai tangan mereka, berarti persembunyian baru mereka juga telah ditemukan.     

Kaum mereka terus bertarung melawan dua orang yang ditugaskan Luca dan tanpa henti berpindah tempat. Akan tetapi, seberapa pun besar usaha yang telah mereka kerahkan, ketika mereka tersadar, jumlah mereka akan semakin sedikit.     

Biasanya mereka tidak akan berani keluar dari tempat persembunyian tapi iklim tidak akan pernah memikirkan keadaan mereka yang sulit. Musim gugur kembali tiba dan cuaca menjadi semakin dingin. Setelah dua tahun, kebanyakan pakaian yang mereka bawa tidak lagi bisa melindungi mereka dari hawa dingin. Jika begini terus, bukan karena penyerangan dari incubus yang membuat mereka musnah tapi hawa dingin musim gugur-lah yang akan menarik nyawa mereka.     

Tidak punya pilihan lain, Mihai memutuskan untuk ke kota dan membeli beberapa helai pakaian.     

Entah apa yang terjadi dengan pikirannya, ketika ia telah sampai di kota dan membeli pakaian, ia tergoda untuk mencari Luca. Setidaknya, melihat sedikit dari wajah Luca pun tidak masalah. Mihai hanya ingin melihat pria yang ia cintai itu.     

Namun, tidak ia sangka, ketika ia memasuki salah satu tempat makan yang disebut-sebut sering Luca kunjungi, terdapat incubus yang menyadari identitas Mihai terlepas dari tudung besar yang telah ia gunakan dan kekacauan pun langsung timbul.     

Para incubus tidak akan berlaku lembut.     

Satu demi satu berkerumun di sekitar Mihai, mengerahkan seluruh tenaga dalam setiap tonjokan.     

Mihai sebenarnya tidak lemah. Hidup cukup lama di atas bukit dengan kondisi jalanan yang buruk dan penuh tanjakan membuat tubuh Mihai sangat terlatih. Tangan dan kakinya membentuk otot-otot yang pas.     

Akan tetapi, di keroyok banyak orang tanpa mengantisipasi hal tersebut tentu saja membuat Mihai kewalahan.     

Setelah berhasil menghadang beberapa tonjokan, kedua tangan dan satu kaki Mihai telah terokupasi. Belum sempat ia mendorong tonjokan-tonjokan yang ia hadang menjauh darinya, seseorang dari kerumunan incubus meluncurkan tonjokan pada titik buta pandangan Mihai.     

Mihai baru menyadari hal tersebut ketika ia merasakan tekanan udara dari arah datangnya tonjokan. Namun, semuanya telah terlambat.     

Tonjokan itu hanya sisa beberapa sentimeter dari Mihai. Waktunya tidak cukup dan bam!     

Mihai terbang keluar dari tempat makan, merobohkan pintu kayu dengan ukiran elegan khas tempat itu.     

Melihat ia telah keluar dari tempat tertutup, walaupun seluruh tubuhnya berteriak kesakitan, Mihai buru-buru bangun untuk kabur.     

Tentunya para incubus itu tidak akan melepaskannya. Mereka berteriak lantang, mengundang incubus-incubus yang ada di sekitar jalanan ikut membantu menahan Mihai.     

Mihai dengan gesit menghindar tapi jumlah incubus terlalu banyak! Dalam sekejap, ia kembali terperangkap.     

Dalam hati, Mihai memarahi dirinya dan ide cemerlangnya yang sekarang membuat nyawanya terancam ini.     

Jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin bercampur dengan peluh akibat gerakan dan debu jalanan yang menempel di tubuh. Bola matanya menari ke berbagai arah, mencari jalan keluar dari kerumunan itu.     

Beberapa incubus mendengus melihat Mihai yang berusaha kabur.     

"Percuma saja! Kau tidak akan bisa lari," seru salah satunya lalu seluruh kelompok itu tertawa lantang.     

Mihai semakin kalut. Tidak peduli lagi apa risikonya, ia buru-buru menerobos area yang memiliki paling sedikit incubus. Incubus yang diterobos buru-buru menghalangi Mihai. Mihai langsung menggigit lengannya membuat incubus itu mengeluh dengan geram.     

"Kau! Berani-beraninya!" Seluruh wajah incubus itu merah padam. Menggunakan tangannya yang bebas, ia menarik pisau belati yang tergantung di pahanya.     

Mihai refleks meloncat ke samping untuk menghindari momentum pisau tapi tenaga incubus itu begitu besar. Mihai tidak sanggup bergeser sedikit pun.     

Semua orang mengantisipasi bunga merah menghiasi pandangan mereka detik berikutnya ketika ….     

Sebuah tangan putih muncul di bawah bilah pisau. Incubus tersebut kaget oleh kemunculan seseorang di depannya tapi tidak bisa menghentikan momentum pisau, bilah tajam itu langsung menancap melewati telapak tangan putih itu. Darah merah mengaliri tepi bilah pisau lalu menetes jatuh ke tanah ketika mencapai ujung runcing.     

Semua incubus ternganga. Napas mereka tanpa sadar terhenti.     

Menyadari pisau itu tidak kunjung merobek dagingnya, Mihai buru-buru menoleh dan matanya langsung terbelalak lebar. Jantungnya ikut berhenti berdetak.     

Tangan yang tertancap bilah itu bergerak menggenggam pegangan pisau, tanpa sengaja menyentuh jari jemari incubus pemilik pisau. Incubus itu terkejut dan buru-buru melepaskan pegangannya dari pisau.     

"Kau … Lucio?!" Semua incubus yang berkerumun terkejut, tidak paham mengapa rekan yang sangat mereka hormati itu menahan pisau hingga terluka untuk seorang mixed blood.     

Di sisi lain, Luca dengan santai menarik keluar bilah pisau dari tangannya. Darah semakin deras mengalir keluar membuat wajah Mihai memucat.     

Sebelum semua orang dapat melakukan apa-apa lagi, Luca mengarahkan tatapan tajam penuh ancaman. Kaki semua orang langsung tertancap erat di tanah, tidak berani bergerak sedikit pun.     

Dengan tangan yang tidak terluka, Luca menarik kerah belakang Mihai dengan kuat, membuat mixed blood itu terseret di tanah lalu tubuhnya terangkat sedikit. Lehernya hampir tercekik oleh kerah pakaiannya jika ia tidak buru-buru menahan kerah menggunakan tangan.     

"Makhluk ini …," ujar Luca seraya melemparkan pandangannya kepada seluruh kerumunan. "… adalah mangsaku. Tidak ada yang boleh membunuhnya selain aku!"     

Semua orang berpikir bahwa Luca sangat tidak masuk akal. Memang mixed blood menjadi tanggung jawab kelompok Luca untuk dimusnahkan tapi apa pentingnya satu atau dua mixed blood dibunuh oleh orang lain. Tidak ada ruginya bagi siapa pun.     

Akan tetapi, tatapan Luca membuat semua orang merinding ketakutan. Tidak ada yang berani mengeluarkan protes mereka.     

'Mungkin … mungkin dia memiliki pemikiran teritorial.' Beberapa rekan kita juga ada yang seperti itu karena terpengaruh mantan majikan mereka. Pada akhirnya, para kerumun itu memaklumi perilaku Luca dengan pikiran tersebut.     

"Baiklah. Kami tidak akan mengganggu," seru mereka satu per satu lalu mulai bubar.     

Luca tidak mengatakan apa pun. Masih menarik kerah Mihai, ia mengeluarkan sayapnya lalu terbang.     

Kepakan sayap Luca sangatlah kuat sehingga mereka berpindah dengan sangat cepat. Tidak butuh waktu lama, Luca telah mendarat di dalam sebuah hutan yang berada di area kaki Bukit Luito.     

Belum sempat menghela napas lega, Mihai merasa tubuhnya berputar sebelum jatuh terseret di atas tanah becek sejauh satu meter. Luca telah melempar tubuhnya.     

"Cepat pergi! Aku akan melepaskanmu hari ini tapi tidak ada lain kali!" desis Luca. Ia bahkan tidak melirik Mihai sama sekali sebelum berbalik, berjalan menaiki bukit.     

Luca merobek kain lengannya lalu mengikat lukanya erat untuk menghentikan pendarahan.     

*****     

Lauren diam-diam mengikuti kedua orang tersebut. Ia bersembunyi di balik batang pohon tinggi, mengamati gerak gerik keduanya tanpa mengeluarkan satu kata pun.     

Luca telah berjalan menaiki Bukit Luito, meninggalkan Mihai di dalam hutan, tergeletak di atas tanah becek – hujan deras mengguyur Kota Hanjuu kemarin malam.     

Setelah beberapa saat, Mihai bangun. Ia membersihkan pakaiannya dengan wajah tertunduk. Telinga rubahnya ikut tertunduk lemas. Akan tetapi, tidak mengikuti perintah Luca, Mihai berjalan menyusuri jalanan yang telah ditempuh Luca sebelumnya.     

Lauren menyipit tajam. Hatinya penuh dengan kebencian tapi ia tetap mengikuti pergerakan Mihai.     

Mihai berjalan menyusuri tanjakan bukit untuk beberapa saat sebelum ia sampai di sebuah area dengan permukaan datar. Di sana mengalir sungai yang jernih.     

Mihai celingak-celinguk sebentar sebelum menemukan Luca yang sedang duduk membungkuk di atas batu besar. Mata merah Luca menatap kosong aliran sungai.     

Setelah beberapa saat ragu, Mihai berjalan mendekat. Luca yang menyadari keberadaan Mihai melontarkan beberapa kata. Mihai membuka mulutnya beberapa kali untuk menutup kembali mulutnya, terlihat ragu.     

Luca tertawa mencemooh dan mengucapkan beberapa kata lagi. Mihai terlihat kesulitan tapi setelah saling bertukar dialog singkat keduanya kembali jatuh dalam keheningan.     

Mihai bergerak-gerak kecil, terlihat penuh kecemasan. Langkah kakinya mulai berubah ke arah yang menjauhi Luca, tapi seluruh tubuhnya masih mengarah pada tempat Luca berada. Matanya bahkan tidak bisa melepaskan tangan Luca yang terluka karena dirinya.     

Tiba-tiba, Mihai mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Luca.     

Luca terkejut setengah mati, tidak pernah berpikir Mihai akan melakukan hal tersebut. Tubuhnya bergemetar hebat.     

Plak!     

Luca menampar tangan Mihai. Bunyi tamparannya begitu keras hingga mengalahkan bunyi aliran sungai.     

"Pergi dari sini! Aku tidak mau melihat wajah menjijikkanmu itu, Sialan!" Luca berteriak keras seraya melambaikan tangannya, mengusir Mihai.     

Mihai mematung sejenak. Mata yang penuh sirat penyesalan berubah menjadi amarah. Kedua tangannya terkepal erat hingga kuku-kukunya hampir merobek kulit. Wajahnya merah padam dan seluruh tubuhnya ikut bergemetar hebat.     

"Wajahku menjijikkan?! Mengapa kau tidak mengatakan itu kepada gadis pujaanmu yang telah membentukku menjadi seperti ini?! Mintalah kepadanya untuk memberikanku wajah yang lebih cantik seperti miliknya yang kau sukai!"     

Dan baku hantam pun terjadi di antara keduanya. Umpatan, cemoohan, dan bentakan terlontarkan di sela-sela pertengkaran mereka. Setiap serangan baru lebih kuat dibandingkan serangan lama. Momentum kuatnya merobek kulit, membuat darah segar terciprat keluar ke tanah layaknya barang yang tidak berharga.     

Baru ketika Mihai jatuh dan tidak dapat bangun lagi, pertengkaran keduanya berhenti.     

Luca masih marah tapi ia tidak melanjutkan. Setelah mengutuk keras, ia menendang tanah lalu berjalan pergi dengan langkah besar-besar.     

Ia melewati area di mana Lauren bersembunyi, tidak menyadari tatapan tajam yang Lauren lontarkan.     

'Mereka bertengkar tapi pada akhirnya Luca tetap tidak membunuhnya ….' Lauren mengetuk dagunya penuh pertimbangan.     

Melihat perilaku Luca, Lauren semakin yakin bahwa apa yang Luca katakan mengenai Mihai semuanya adalah omong kosong. Luca tidak pernah bisa membenci Mihai hingga bisa membunuhnya. Walaupun Luca dapat membunuh semua mixed blood tanpa pikir panjang tapi hal itu tidak berlaku kepada Mihai dan selama Mihai masih hidup ….     

'Aku tidak tahu efek buruk apa yang akan Mihai berikan … apa aku membunuhnya sekarang?'     

Namun, jika Lauren ikut campur sekarang, Luca pasti dapat menduga siapa pelakunya. Lauren tidak ingin hal ini membuat Luca membenci Lauren dan menghancurkan seluruh usaha mereka hingga sekarang ini.     

Lagi pula, selama Luca masih memiliki rasa terhadap kaum lain seperti mixed blood, Lauren ragu bahwa ia bisa mempercayakan Luca untuk membimbing kehidupan kaum incubus ke depannya. Jika Luca bisa membunuh Mihai dengan tangannya sendiri …. Lauren ingin menyaksikan hal itu dibandingkan ia yang membunuh Mihai.     

Pada akhirnya, ia memutuskan untuk melepaskan Mihai kali ini. Ketika mereka kembali bertemu, saat itulah ia berharap dapat melihat tangan Luca yang kotor oleh darah mixed blood hina itu ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.