This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Rasa Bersalah



Rasa Bersalah

0Srek! Srek!     
0

Bunyi semak-semak yang bergesekan mengiringi pergerakan Luca, menguak semak-semak itu satu per satu untuk membentuk jalan bagi dirinya dan Mihai serta Liviu yang masih tertidur pulas di dalam pelukan Mihai.     

Setelah mengembalikan kekuatan para incubus abadi, Mihai pergi mencari Ioan, ingin menitipkan Liviu kepada papanya. Namun, sepertinya kepergian Mihai telah menorehkan luka yang dalam di hati putranya. Liviu, meskipun dalam tidurnya, langsung mengeratkan cengkeraman pada lengan pakaian Mihai ketika merasakan Mihai akan pergi.     

Tidak punya hati untuk meninggalkan putranya, Mihai akhirnya meminta kain tebal untuk membungkus putranya dalam kehangatan. Kemudian, mengikuti Luca, mereka berjalan menaiki bukit.     

Setelah menguak semak-semak dan batang pohon sembari melangkahi akar-akar yang mencuat dari tanah, akhirnya pemandangan langit malam yang cerah tanpa awan terhampar di hadapannya. Terdapat area tanah datar yang ditumbuhi rerumputan dan bunga. Ketika mencapai ujungnya, terdapat sebuah jurang sedalam 7 meter yang dialiri air sungai berarus lambat.     

"Hati-hati …," pesan Luca. Ia menggenggam lengan atas Mihai, memastikan istrinya tidak menginjak area yang berbahaya.     

Keduanya duduk bersila, bahu bertemu bahu, lengan bertemu lengan, kaki bertemu kaki, tidak ada jarak di antaranya keduanya.     

Mihai menyandarkan kepalanya pada bahu Luca. Ujung rambutnya menggelitik pipi Luca.     

Luca menatap wajah berkulit kuning langsat yang halus, tidak seperti satu tahun yang lalu ketika kulit Mihai masih terlihat kasar dan tidak terawat. Tidak seperti biasanya juga, Mata Mihai menerawang. Bibir bawahnya digigit dengan sudut bibir menekuk ke bawah tapi bukan karena kemarahan melainkan kegalauan dan sedikit … kesedihan …. Hati Luca seperti ditusuk jarum.     

Dengan lembut, ia mengelus pipi Mihai, merapikan rambut-rambut kecil yang menutupinya. "Apa yang mengganggu pikiranmu?"     

Mihai mendongak, menatap Luca sejenak sebelum membenamkan wajahnya pada leher Luca. Tubuhnya juga bergerak semakin mendekat. Meskipun suhu tubuh Luca lebih rendah dari makhluk hidup biasanya, Mihai tetap merasakan kehangatan tersalurkan ke seluruh tubuhnya, membuat kedua pipi dan matanya panas.     

"Aku dengar keadaanmu sangat parah hingga tidak bisa bangun lagi." Suaranya serak dan sedikit bergetar. Takut membuat Liviu tidak nyaman, ia memindahkan putranya ke dalam tangan Luca.     

Luca langsung paham apa yang sedang Mihai pikirkan. satu tangan menggendong Liviu, satu tangan lainnya mengelus belakang kepala Luca. Ia mendaratkan kecupan lembut pada pangkal kepala Mihai.     

"Kau tahu tidak ada yang salah dalam hal ini." Jari jemari kokoh dan dingin menyusuri garis wajah Mihai, berhenti pada dagunya lalu mendorongnya lembut, membujuk Mihai untuk mengangkat wajahnya. Mihai tidak melawan, membiarkan wajahnya terangkat hingga kedua matanya tertaut pada sepasang mata merah gelap yang berbinar lembut. "Lihat … aku sudah sehat sekarang."     

Bulu mata Mihai yang sedikit basah bergetar. Ia paham apa yang dikatakan Luca. Namun, memikirkan kemungkinan jika Mihai kembali ke Rumbell sedikit lebih lambat lagi, mungkin suaminya sudah tidak akan ada di dunia ini membuatnya takut dan mulai menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya ia bisa kembali lebih cepat, begitu yang terus ia pikirkan membuat suasana hatinya memburuk.     

Luca tahu kekeraskepalaan istrinya. Jika Mihai ingin tetap berpikir seperti itu, tidak masalah. Luca hanya perlu meyakinkan Mihai lagi dan lagi bahwa pikiran itu tidaklah benar.     

Luca perlahan-lahan mendekatkan wajahnya. Napas panas bercampur menjadi satu, menerpa wajah keduanya yang dingin diterpa angin malam sejuk. "Aku sudah tidak apa-apa," bisik Luca lagi lalu melapisi bibir Mihai dengan bibirnya.     

Mihai menutup kedua matanya erat. Hatinya bergetar hebat, penuh dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk menjadi satu. Kedua tangannya terangkat, menangkap kedua pipi Luca, menyusuri seluruh garis wajah pria itu dengan jari jemarinya. Semuanya sama seperti yang terekam di dalam ingatannya kecuali kepadatan pada pipi Luca.     

Ecatarina memberitahunya bahwa Luca kesulitan makan setahun belakangan ini. Itulah mengapa pria ini mengurus.     

Namun, genggaman kuat pada belakang kepalanya membuat fokus Mihai berpindah. Rasa bersalah yang menggerogoti hatinya berangsur-angsur hilang oleh kekokohan dan ketegasan suaminya.     

Jari jemari Mihai bergerak menyusuri helai demi helai rambut putih, sedikit lebih panjang dari ingatan terakhirnya, lalu turun pada leher, mengikuti garis urat halus yang mencuat di permukaannya.     

Luca mendesah kecil karena sentuhan tersebut tapi ia berhasil menekan gairah yang hampir meluap dari bagian bawah tubuhnya.     

Mihai terus menggerakkan tangannya turun ke bahu, punggung, dada, memastikan bahwa tidak ada lagi masalah pada tubuh suaminya.     

Tidak lagi bisa menahan godaan, Luca buru-buru melepaskan ciumannya lalu menangkap tangan Mihai.     

Mihai berkedip bingung, tidak menyadari akibat dari perbuatannya itu.     

Dengan wajah merah padam, Luca berbisik, "Jika kau menyentuhku lebih dari itu, aku benar-benar akan melakukan hal yang tidak pantas di depan Livi jadi berhentilah sekarang juga."     

Tersadar bahwa ia telah tanpa sadar menyalakan api di dalam tubuh pasangannya, Mihai memerah. "A—aku tidak akan … tidak akan …."     

Tubuh keduanya sedikit menjauh, memberikan ruangan bagi udara sejuk untuk memadamkan api tersebut.     

"Aku … aku mungkin akan tetap merasa bersalah tapi aku juga senang karena kau sudah kembali sehat. Aku senang meskipun dalam keadaan yang sulit, kau tetap berjuang sampai bertemu kembali denganku." Meskipun Mihai merasa kesenangannya sedikit tidak pantas tapi ia tidak bisa menyangkal rasa senangnya itu.     

Luca tertawa kecil. Panas di tubuhnya sudah mereda sehingga ia kembali mendekatkan tubuhnya. "Kau juga sudah berjuang."     

Mihai mengangguk, tersenyum lebar. Ia memeluk tubuh Luca, meletakkan tangannya pada punggung Luca, tepat di area sekitar jantung. Cahaya lembut terpancar di telapak tangannya.     

"Intiku?"     

Mihai mengangguk. "Akhirnya aku bisa mengembalikannya."     

Selama ini, Luca yakin bahwa suhu tubuhnya yang rendah merupakan harga dari keabadian yang ia dapatkan. Pada saat itu ia tidak tahu bahwa Vasile merupakan incubus abadi karena ingatannya yang terotak-atik dan Vasile sendiri kehilangan ingatan akan identitasnya tersebut sehingga ia tidak sadar bahwa asumsinya salah. Pamannya memiliki suhu tubuh yang normal sebagai seorang incubus abadi. Yang membuat Luca berbeda adalah karena intinya yang tidak berada di dalam tubuhnya.     

Setelah inti itu kembali, Luca merasakan kehangatan kembali mengalir di seluruh tubuhnya, dari pangkal kepala hingga ke ujung tangan dan kakinya.     

"Terima kasih," ucap Luca dengan senyum lebar tersungging di wajahnya.     

Mihai membalas senyuman itu dengan senyum yang lebih lebar lagi.     

Keduanya bercerita banyak hal, membagikan pengalaman mereka selama mereka terpisah dengan satu sama lain, mengobati kerinduan dan mengisi kekosongan di dalam diri mereka selama periode tersebut.     

Entah berapa lama waktu berlalu ketika mereka mendengar gemerisik dedaunan dari arah belakang. Vasile muncul dari baliknya.     

"Incubus-incubus yang kita tangkap tadi sudah kembali sadarkan diri dan salah satu dari mereka ingin berbicara denganmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.