This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Perjuangan Terakhir (1)



Perjuangan Terakhir (1)

0"Hoahmm~~" Seorang gadis cantik yang ramping berbalut pakaian tradisional China berbaring menyamping dengan satu tangan menopang kepalanya. Ia menutup mulutnya dengan satu tangan, menguap dengan penuh keeleganan.     
0

Mengusap butir air mata di sudut matanya, ia menangkap kain pakaian berwarna hitam legam berayun lembut mengikuti irama langkah kaki yang besar. Tanpa mendongak, gadis itu bertanya, "Tidak ada perubahan?"     

"Tidak. Masih gelap tanpa ada jalan masuk," ujar suara seorang pria yang rendah dan dalam.     

"Hah … seharusnya kita mengajak dewa yang ahli dalam segel." Gadis itu dengan malas melirik ke bawah, pada sebuah tempat yang terselimuti dalam kegelapan. Ia lalu melirik ke atas dan juga menemukan lapisan yang sama meskipun sedikit lebih tipis.     

"Sepertinya kita hanya bisa menunggu …." Makhluk besar berbadan panjang yang ditunggangi oleh kedua orang itu ikut merespon. Suaranya menggeram karena tubuhnya yang besar tapi siapa pun yang mendengar cara bicaranya akan yakin bahwa makhluk itu memiliki sifat dasar yang lembut.     

Gadis itu mengelus pelan punggung bersisik makhluk tersebut sembari bertanya, "Tidak menemukan jalan keluar?"     

Makhluk itu menggeleng. "Tidak ada celah. Bagaimana dengan Tuan Valentin?"     

Pria berkulit sawo matang dengan rambut pendek putih bersih yang dari tadi duduk diam beberapa meter jauhnya menoleh. Ia tidak menjawab tapi mata merah tuanya menggambarkan jawabannya dengan jelas yaitu 'Jika kalian tidak bisa melakukannya, tidak mungkin aku bisa.'     

"Hm? Apa itu?"     

Di tengah-tengah kegelapan yang pekat, sebuah titik putih kecil muncul, semakin membesar lalu hilang. Detik berikutnya, titik kecil putih kembali muncul lagi tidak jauh dari titik sebelumnya diikuti dengan titik putih lainnya lagi ….     

*****     

Sementara itu di Rumbell ….     

Ledakan besar menggema di taman besar kediaman kepala keluarga Olteanu. Para penjaga hendak mengevakuasi orang-orang yang berada di dekat area ledakan ketika ledakan lainnya menggema di halaman belakang kediaman. Ledakan besar lainnya satu per satu bermunculan di berbagai area kediaman menghasilkan teriakan dan kekacauan.     

Asap menyebar menyamarkan pandangan. Tidak ada yang menyadari penambahan jumlah orang di antara mereka. Ketika mereka menyadarinya, setengah dari mereka sudah dibuat pingsan sementara sisanya masih sudah hampir tertangkap tapi masih dapat melawan. Mereka berusaha berteriak untuk memperingati rekan-rekan mereka tapi teriakan akibat ledakan meredamkan seluruh peringatan tersebut.     

Yuki, Luca, dan yang lainnya dengan mudah menyelinap masuk ke dalam kediaman bersama dengan kelompok-kelompok yang telah ditugaskan untuk menahan para penjaga yang bertugas di dalam.     

"PENYUSUP!     

"JANGAN BIARKAN MEREKA LOLOS!"     

Wajah setiap petugas yang berlari mendekat lebih pucat dari yang sebelumnya, mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk menghadang gerombolan Luca. Horor tergambar jelas di wajah mereka.     

Beberapa hari sebelumnya ketika Lauren mengetahui bahwa para petugas dan tetua telah lalai mengabarkan mengenai keadaan terkini di Bukit Luito, mereka semua telah mendapatkan hukuman yang menyeramkan. Hanya memikirkannya saja membuat isi perut mereka berputar hebat. Jika mereka membiarkan penyusup-penyusup ini melewati tubuh mereka, maka hukuman itu akan datang menghantui mereka lagi.     

'Tidak akan kami biarkan!' Tekad mereka dalam hati.     

Namun seberapa kuat pun tekad mereka, kekuatan mereka tidak sepadan dengan Luca. Dalam sekejap mata, Luca sudah membuka jalan untuk Yuki dan yang lainnya. Setelah mereka yang bertugas untuk melawan Lauren sudah berhasil maju, satu kelompok akan tinggal di sana untuk menahan para petugas sementara kelompok lainnya mengikuti Luca untuk menahan arus petugas selanjutnya.     

Para tetua pun ikut turun tangan tapi tidak ada yang bisa menghentikan pergerakan Yuki dan yang lainnya.     

Dalam kurun waktu satu jam, mereka sudah hampir sampai pada ruang kerja yang ditempati Lauren.     

Lauren pun tidak menunggu sampai mereka mencapai ruangan untuk meluncurkan serangan.     

Gelombang hitam yang ganas dan tajam merobohkan pintu kokoh, meluncur menuju Luca dan yang lainnya, dipenuhi dengan aura membunuh. Mereka meloncat ke samping, menghindaru gelombang hitam itu hanya untuk bertemu dengan gelombang hitam selanjutnya.     

Mihai membentuk penghalang besar, berusaha untuk menerobos gelombang hitam yang tak hentinya meluncur. Namun, tekanan dari gelombang hitam itu begitu besar, membuat retakan demi retakan muncul pada penghalang itu. Meskipun Luca dan yang lainnya sudah membantu memperkuat penghalang, retakan tetap terus muncul.     

"Berpencar!" pinta Yuki segera mengubah strategi mereka.     

Jika penghalang tidak bisa digunakan maka mereka hanya perlu menghindari serangan Lauren hingga energi Lauren habis. Lauren seharusnya sudah kehilangan hampir 80% dari kekuatannya di dimensi beast.     

Dengan intensitas energi yang diluncurkan di setiap gelombang hitam Lauren pasti tidak akan bisa bertahan lama.     

Tidak sesuai dugaan, gelombang hitam yang Lauren lemparkan menjadi semakin ganas. Beberapa dari mereka tidak sanggup menghindar dan akhirnya mendapatkan luka gores di lengan atau kaki mereka. Kulit yang terbuka mulai menghitam, merambat hingga ke daging. Jika tidak ada obat salep yang didistribusikan oleh albert untuk emergency, mereka sudah pastinya akan kehilangan tangan atau kaki dalam beberapa menit.     

Ini benar-benar menyeramkan! Mereka berusaha untuk lebih fokus dan lebih lincah lagi tapi di saat yang bersamaan, keganasan serangan Lauren semakin bertambah.     

"Yang terluka segera mundur!"     

Beberapa dari pengguna sihir air dan tanah yang sudah disiapkan untuk melawan Lauren juga ikut mundur. Jumlah mereka langsung berkurang secara drastis.     

Yuki segera mengirimkan pesan telepati, "Tim sihir tanah, coba kunci pergerakan Lauren!"     

"Maaf Tuan Yuki, kami tidak bisa mengaktifkan kekuatan kami dalam keadaan seperti ini!"     

Di dalam ruangan, Lauren duduk dalam dian. Bola mata hitamnya melotot, memperlihatkan garis-garis saraf merah menyala. Seluruh tubuhnya menguarkan aura hitam. Ketika matanya menangkap sosok Luca, warna hitam di sekitar tubuhnya semakin pekat dan pekat. Napasnya menggebu-gebu sementara daging-daging di area tubuhnya mulai meleleh sedikit demi sedikit.     

Vladimir dan beberapa tetua dari kelima keluarga besar berdiri di sekitar Lauren, saling melemparkan pandangan kepada satu sama lain. Sorot mata penuh dengan tekad yang kuat, mereka berlari menuju Lauren, siap meluncurkan serangan.     

"AGH!!"     

Bunga darah mekar pada karpet kuning keemasan yang menyelimuti lantai. Tombak-tombak runcing berwarna hitam memanjang dari tubuh Lauren, menembus tubuh para tetua. Dari luka tersebut, warna hitam menyebar dengan cepat memberikan rasa terbakar yang tak tertahankan.     

"Hah! Kau kira aku tidak mengetahui niat busukmu untuk memberontak?! Kalian terlalu mudah untuk dibaca!" Lauren mendengus penuh cemoohan.     

Sejak awal, ia tidak memiliki kepercayaan terhadap satu pun tetua kaum incubus. Semuanya hanyalah alat yang bisa ia gunakan ketika masih bisa digunakan dan akan ia musnahkan jika sudah tidak diperlukan. Ia tidak akan pernah membiarkan kejadian seperti seribu tahun lalu kembali terulang!     

Ia sudah menduga akan segalanya. Apapun yang terjadi ia akan menang, jika tidak ….     

Senyum yang dapat menggetarkan hati setiap orang, bukan karena jatuh cinta tapi karena rasa takut yang mendalam, tersungging di wajah Lauren. Siapa pun yang menatap matanya akan merasa seperti terserap ke dalam kesengsaraan.     

Tubuh para tetua jatuh bebas. Area yang membusuk terus menyebar, memaksakan erangan sakit yang kuat keluar dari mulut mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.