This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Dunia Beast (3)



Dunia Beast (3)

0"Ah! Lepas! Lepas!" Shanx buru-buru melepaskan diri dari sentuhan Koe. Koe sudah menyentuhnya dengan kedua tangan selama 10 menit penuh hingga ia merasakan reaksi alergi.     
0

Bagaikan Koe adalah kotoran yang menjijikkan, Shanx menyapu seluruh bagian tubuhnya yang tanpa sengaja mengenai bagian tubuh Koe. Ia bahkan mengeluarkan botol air untuk berkumur dan membersihkan bibirnya.     

Koe hanya menaikkan sebelah alisnya tanpa berkomentar sementara Mei sudah bergetar dengan wajah merah padam, penuh amarah.     

"Shanx, kau keparat! Respons seperti apa itu, hah?! Kau kira Koe itu bakteri?!"     

"Ya! Dia adalah bakteri bernama laki-laki!"     

"Kau juga pria!"     

"Aku adalah pria menawan yang pantas untuk memiliki seluruh wanita di dunia ini di dalam pelukanku. Kau juga tertarik memasuki pelukanku? Sekalian mengobati reaksi alergiku ini," ujar Shanx setengah memohon karena ia masih merasa gatal-gatal dari sentuhan Koe.     

Shanx tidak pernah belajar dari kesalahan masa lalu. Ia lagi-lagi melewati batas.     

Tanpa ba bi bu, Mei mengeluarkan seluruh senjata tersembunyi khusus yang digunakannya sebagai seorang asasin, siap mengubah Shanx menjadi hidangan mala mini.     

Shanx pucat pasi, langsung lari memohon ampun sambil mencari perlindungan dari penduduk kota.     

"Kau berhenti di sini atau aku akan mengirimkan dagingmu ke istana hitam sekarang juga!"     

"Eh? Tapi kalau aku berhenti, kau akan mengirimkan dagingku juga untuk hidangan festival malam ini kan?!"     

"Lebih baik menjadi santapan keluargamu dibandingkan musuh bukan?" Mei mengangkat sudut bibirnya hingga hampir mencapai matanya.     

Shanx merasakan hawa dingin di punggung dan tengkuknya, merinding hebat. "Hiii!! Tidak mau dua-duanya!! TOLONG AKU!!"     

Para warga yang sudah terbiasa dengan kelakuan ajaib Shanx itu hanya tertawa. Mereka tahu Mei hanya terlalu kesal dan tidak akan benar-benar memotong Shanx seberapa kelewatannya pria itu berlaku pun.     

Bahkan beberapa dari mereka menggoda Shanx. "Shanx bukankah itu sebuah berkah untuk dipotong-potong wanita kesukaanmu?"     

"Hyuu! Hyuu!"     

"Hiiii!!" Sudut mata Shanx sudah penuh bulir air mata. "Aku lebih suka pelukan dari pada cincangan!"     

"HAHAHAHA!"     

"Mei, balaskan dendamku juga!" seru beberapa wanita muda yang pernah diganggu Shanx, mengambil kesempatan dalam kesempitan.     

Mei mengacungkan jempolnya, melontarkan senyum 'percayakan padaku' membuat para wanita itu berteriak penuh semangat hingga hampir pingsan karena debaran jantung yang terlalu kuat. Sebagai seorang half-beast wanita yang dapat mengandung maupun membuat orang lain mengandung, ia telah diincar oleh tidak hanya half-beast wanita maupun pria tapi juga para incubus wanita yang ingin di dominasi oleh kharisma Mei.     

Shanx ingin menangis darah melihat itu. "Gadis-gadis yang indah di sana, mengapa kau begitu jahat padaku yang adalah pria tulen ini. Aku bisa memberimu lebih banyak benih dibandingkan Mei dan kita bisa memiliki keluarga yang lebih besar!"     

Meskipun wanita beast dan half-beast bisa memberikan benihnya tapi kemampuan membuahinya sedikit lebih rendah dibandingkan benih yang diberikan oleh pria jadi dibandingkan keluarga yang diisi oleh pasangan pria-pria atau pria-wanita, pasangan wanita-wanita memiliki tingkat kehamilan yang lebih rendah.     

Jika yang mengatakannya adalah Koe, mungkin wanita-wanita itu akan memerah dan langsung berpindah target. Namun, karena itu adalah Shanx yang memiliki reputasi di bawah tanah hingga tidak lagi bisa diselamatkan, wanita-wanita itu mulai melemparkan apa pun yang ada di sekitar mereka sambil menyerukan 'boo boo'     

Koe yang masih berdiri di dekat Mihai dan yang lainnya hanya bisa menghela napas pasrah. "Maaf. Hari ini ada festival ramah tamah kecil-kecilan yang diselenggarakan setiap tiga bulan sekali jadi mereka sedang penuh semangat. Biasanya, lebih banyak orang-orang logis yang akan menghentikan mereka sebelum menjadi kekacauan besar," jelas Koe penuh permintaan maaf.     

Di sisi lain, meskipun Mihai terkejut tapi ia tidak benci suasana riang dan liar ini.     

Yuki sudah kusam karena ia adalah tipe pria yang lebih memilih bermeditasi di tengah ketidakadaan selama seribu tahun daripada memasuki taman bermain selama sepuluh detik. Alex mengelus punggung tangan Yuki sembari tersenyum penuh arti.     

PRANG! CRASH! CRACK!     

"HIAAAAA!!"     

Koe menghela napas. "Biarkan aku mengantar kalian ke rumah pertemuan. Para tetua biasanya ada di sana."     

*****     

Rumah pertemuan yang Koe maksud adalah sebuah rumah satu lantai dari kayu yang sederhana. Gaya bangunannya sama persis dengan rumah-rumah penduduk lainnya. Yang membedakan hanyalah luas dan tingginya saja.     

Koe mengetuk pintu sebanyak tiga kali. "Ini Koe. Aku membawa tamu penting," serunya. Ia tidak langsung membuka pintu, melainkan menunggu orang di dalamnya membukakan pintu.     

Dalam hitungan detik, pintu geser terbuka.     

Mihai mengharapkan melihat sesosok half-beast atau mixed blood muncul dari balik pintu. Namun, mengkhianatinya, seorang jangkung bertanduk tinggi muncul. Bukan telinga berbulu yang dimilikinya, melainkan telinga panjang berujung runcing.     

"?!!!" Detik itu juga, Mihai hampir menyerukan nama Luca.     

Lantaran, incubus di hadapannya sangatlah mirip dengan suaminya, bagaikan pinang di belah dua!     

Namun, jika dilihat lebih seksama, terdapat beberapa hal yang berbeda. Rambut hitamnya sedikit lebih pendek. Alisnya sedikit lebih tebal dan memiliki bentuk melengkung sempurna, membuat ekspresi wajahnya ramah dan penuh semangat secara natural. Sudut matanya pun sedikit lebih turun daripada milik Luca.     

"Maaf anak muda. Aku tidak bisa menerima perasaanmu."     

Mihai tersentak dari pikirannya. Jantungnya hampir copot karena tiba-tiba, wajah pria tampan yang mirip Luca itu sudah berada tepat di hadapannya, mengernyit penuh penyesalan. "Eh?" Mihai merasa ia telah mendengar pria ini mengatakan sesuatu yang aneh.     

Mengira Mihai terlalu sedih hingga menjadi agak bodoh, pria itu semakin menyesal. Satu tangannya menepuk bahu Mihai lembut. "Tidak perlu bersedih. Kau masih muda, tidak perlu bersedih karena ditolak oleh orang tua ini. Wajahmu tidaklah buruk. Jika orang tua ini belum memiliki istri yang ia cintai dengan sepenuh hati dan seorang putra yang begitu manis – walaupun sudah lama aku tidak melihatnya … ahh … aku sangat merindukan mereka – ya … jika aku tidak memiliki mereka, aku pastinya akan mempertimbangkanmu – uaghh!"     

Alex tiba-tiba sudah berdiri di belakang incubus itu. Satu tangan terkepal erat. Senyum yang tak mencapai matanya tersungging di wajah. "Kalau kau tidak ingin dibenci putramu, tutup mulutmu sekarang juga, dasar mesum!"     

"Auw … sakit, sakit … kau benar-benar memukul kepalaku dengan kekuatan penuh bukan? Auww …."     

Alex tidak peduli. Dengan kasar, ia mengusir tangan pria incubus itu dari bahu Mihai dan membawa Mihai mundur dua meter. Yuki lalu berdiri di depan Mihai, memicingkan matanya.     

Semuanya terjadi begitu cepat hingga Mihai tidak bisa mengikutinya sama sekali. Baru setelah beberapa saat, ia sadar bahwa pria yang disebut mesum oleh Alex telah salah paham terhadap perilaku Mihai.     

"Ah! Aku tidak menatapmu karena aku menyukaimu! A–aku hanya … itu … wajahmu mirip dengan suamiku … ta–tapi bukan berarti aku menyukaimu! Jangan salah paham!"     

Di telinga mereka yang kebetulan lewat, ucapan Mihai seperti alasan yang dibuat seseorang yang baru saja ditolak pernyataannya. Intinya, hanya terlihat sok kuat saja.     

Pria yang mirip Luca itu juga berpikiran sama.     

Hanya Alex dan Yuki yang tahu bahwa Mihai benar-benar serius.     

"Randis! Jika kau memegangnya lagi, percayalah kau akan dibenci putramu. Jangan salahkan aku karena aku sudah memperingatkanmu!" ancam Alex.     

Yuki sudah dipenuhi aura hitam. "Dasar! Mengapa Liliane bisa menyukai playboy satu ini. Bahkan adiknya masih lebih baik dari padanya!" gerutu Yuki dengan suara pelan.     

Mihai langsung tercerahkan. Ia mengamati wajah yang begitu mirip itu dan semakin yakin akan asumsinya.     

Di sisi lain, pria incubus yang bernama Randis itu merasa ia telah dituduh oleh kejahatan yang tidak ia buat. Masih menggosok bekas pukulan di kepalanya yang masih berdenyut, ia berusaha membersihkan namanya. "Alex, aku tidak menggodanya. Dia yang menatapku begitu lama tanpa berkedip sama sekali, jadi aku pikir dia terpesona padaku. Lagi pula, sejak menikah dengan Lili, aku sudah bersumpah untuk setia dengan pasanganku seumur hidup! Jangan remehkan–"     

"Kau Ayahnya Luca?"     

"--sumpah yang sudah kubuat … eh? Kau tadi mengatakan nama siapa?"     

Mihai mengulang pertanyaannya dengan penuh semangat. "Kau Ayah Luca Mocanu?"     

Mendengar nama sosok yang sudah sangat ia rindukan, warna merah mulai muncul di sudut mata Randis. "Kau … kau kenal putraku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.