This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kebenaran (1)



Kebenaran (1)

0Ketika Lauren mencapai penginapan yang mereka tempati selama berada di Kota Hanju, ia dapat mendengar omelan Vasile yang dapat disamakan dengan 'emak-emak cerewet sedang mengomeli anaknya'.     
0

Lauren berjalan santai menuju kamar Luca. Ketika ia membuka pintu, ia bisa melihat Luca yang bertelanjang dada dengan ekspresi wajah suram. Di depannya, Vasile masih belum bisa menghentikan mulutnya sembari mengenakan perban pada luka di tubuh Luca.     

"Baiklah, Paman. Aku paham. Kau tidak perlu mengomeliku lagi," gerutu Luca yang tidak lagi bisa menahan diri. Telinganya telah panas dan bibirnya maju beberapa sentimeter.     

"Kau tidak perlu memberitahuku kapan aku perlu mengomelimu! Aku tahu kau selalu sangat berani tapi luka ini … aku hampir kehilangan seluruh darahku ketika melihat luka di tanganmu. Kau kira kau jagoan hah?! Menerima tusukan pisau hingga menembus tanganmu?! Jika kau tidak berlaku seberani ini, aku tidak akan mengomelimu!" Vasile tidak mau berhenti.     

Pada akhirnya, Luca hanya bisa bertahan hingga seluruh lukanya telah diobati lalu buru-buru kabur sebelum Vasile bisa menangkapnya lagi.     

Melihat perilaku keponakannya itu, Vasile hanya bisa menggeleng seraya menghela napas pasrah.     

Lauren tidak memasuki ruangan melainkan pergi menemui Luca yang telah berdiri di salah satu kanopi penginapan. Walaupun udara musim gugur sedikit menggigil, Luca tidak repot-repot mencari pakaian dan membiarkan tubuh setengah telanjangnya diterpa udara lembut.     

"Aku biasanya tidak setuju dengan pamanmu yang terlalu lembut hati itu tapi aku tidak bisa berhenti setuju dengan ucapannya hari ini."     

Luca refleks menoleh.     

Lauren berdiri tidak jauh di belakang Luca, melipat kedua tangannya di depan dada seraya bersandar pada dinding dingin.     

Luca mengernyit, "Aku tidak paham maksudmu."     

"Gampang. Aku hanya berpikir kau sangat bodoh untuk menerima bilah pisau untuk melindungi anak itu. Anak itu telah menusukmu sebelum kabur dan sekarang kau membiarkan dirimu ditusuk karena dia. Bukankah ironis sekali?"     

Bibir Luca mengerucut. "Aku tidak bermaksud—"     

"Kau tidak perlu mengeluarkan ucapan kosong mengenai membenci anak itu dan segala alasanmu untuk melindunginya di depanku. Aku punya mata, telinga, dan otak, kau tahu itu Luca? Aku bisa melihat bahwa seberapa banyak orang yang kau bunuh, kau enggan membunuh anak itu."     

Angin sepoi-sepoi menerpa kuat pada kedua sosok di kanopi, membuat dahan-dahan pepohonan di sekeliling mereka bergerak ribut. Luca membuka mulut hanya untuk kembali menutupnya erat. Ia menyandarkan lengan pada pagar kanopi, menatap langit malam dalam diam.     

Lauren menurunkan kelopak matanya, tidak memaksa Luca untuk menjawab. Ia hanya menunggu dan ketika ia merasa Luca tidak akan menjawab, rasa kecewa menggerogotinya. Mendengus lembut, Lauren hendak berjalan pergi ketika ….     

"Berikan aku waktu."     

Langkah Lauren terhenti di udara kosong. "Waktu?"     

"Ya. Aku berusaha meyakinkan diriku tapi tanpa sadar aku masih menyimpan harapan bahwa anak itu tidak membenciku. Tapi aku rasa aku salah. Setiap kali aku melihatnya, kami pasti bertengkar dan semakin aku berinteraksi dengannya, aku tidak tahu lagi apa yang sebenarnya dipikirkan anak itu. Aku mulai yakin anak itu membenciku tapi walaupun otakku mengatakan itu, hatiku tidak bisa berubah secepat otakku bekerja. Beri aku waktu untuk mempersiapkan diriku agar dapat membunuhnya."     

Lauren berbalik, menatap Luca yang telah menatap lurus kepadanya dengan seksama. Ia memastikan tidak ada kebohongan ataupun keraguan di dalam ekspresi wajah Luca. Senyum segera merekah di wajah pucatnya. "Bagus. Jangan membuatku menunggu terlalu lama."     

"Ternyata kalian berada di sini!"     

Dari lorong penginapan yang mengarah ke kanopi, Ecatarina melambai kepada keduanya. "Sudah waktunya kita membicarakan hal itu."     

"Baiklah!" Luca mengangguk paham seraya berjalan melewati Lauren untuk kembali ke kamarnya.     

Lauren juga mengikuti dari belakang masih mengenakan senyum lebar di wajah. Akan tetapi, ia tidak sepenuhnya puas. Ia masih memiliki keraguan yang belum bisa ia buktikan hingga sekarang ini. Dengan gerakan santai, ia menepuk bahu Ecatarina ketika melewatinya.     

Ecatarina tidak mengatakan apa-apa, hanya menutup kelopak mata sebagai bentuk pengertian.     

*****     

Malam itu adalah hari di mana Pemburu Half-beast melakukan penyelidikan terhadap tiga kota yang tersisa: dua kota besar dan satu kota kecil khusus yang dikuasai oleh klan harimau. Tujuan penyelidikan ini adalah untuk memutuskan kota mana yang lebih baik mereka jatuhkan terlebih dahulu agar pemberontakan dapat berjalan dengan lebih lancar.     

Penyelidikan ini tidak hanya dilakukan Pemburu Half-beast tentunya. Beberapa kelompok pemberontak telah berada di kota-kota tersebut. Mereka hanya perlu mendapatkan informasi dari para pemberontak itu lalu menyelidiki informasi-informasi yang belum lengkap sambil bekerja sama dengan kelompok-kelompok tersebut.     

Setelah berdiskusi, Vasile dan Lauren akan menuju kota besar yang paling jauh jaraknya dari Hanju, Victor dan kedua kembar akan menuju kota kecil khusus, Luca dan Ecatarina akan menuju kota besar lainnya yang berjarak lebih dekat dengan Hanju, sementara Lonel dan Albert akan tinggal di penginapan untuk melanjutkan pekerjaan mereka.     

Lauren masih menggerutu karena selalu berada di satu kelompok tugas dengan Vasile tapi terlepas dari semua itu, mereka segera berpencar untuk menempuh perjalanan menuju tujuan masing-masing.     

"Sesampainya di kota, kita akan berpencar. Aku akan bertemu dengan kelompok ini sementara kau bertemu dengan kelompok yang satunya. Kita akan bertemu kembali di titik ini untuk mendiskusikan hasilnya," jelas Luca sambil menunjuk-nunjuk kertas di tangannya yang telah ia gambar menyerupai geografi singkat kota tersebut dari hasil penyelidikan sebelumnya.     

Luca menjelaskan semuanya sambil terbang menuju kota itu karena ia tidak ingin menghabiskan waktu.     

Ecatarina mengangguk paham tanpa berkomentar apa pun.     

Ini adalah pertama kalinya Luca berada di satu tim yang sama dengan Ecatarina.     

Terlepas dari kerja sama keduanya untuk menumpas Distrik Yomi, keduanya hampir tidak pernah berkomunikasi di luar mendiskusikan pemberontakan. Ketika menumpas Distrik Yomi pun, Luca cenderung tidak dapat membaca apa yang berada di dalam pikiran Ecatarina dan kedua anaknya. Mungkin karena itulah, Luca tidak memiliki dorongan untuk mendekatkan diri dengan Ecatarina. Alasan ia masih bergerak dengan Ecatarina adalah karena ibu dan anak itu bergerak bersama Lauren yang telah memberikan mereka kekuatan. Luca bahkan tidak tahu apakah Ecatarina memiliki keinginan yang kuat untuk menjatuhkan kaum half-beast karena Luca tidak pernah melihat bara api yang menghiasi mata Ecatarina ketika menumpas Distrik Yomi lagi selama belasan tahun kerja sama mereka untuk memberontak.     

Luca diam-diam mengamati Ecatarina di sampingnya.     

"Ada apa?" tanya Ecatarina tiba-tiba tanpa melirik ke arah Luca.     

Tidak menyangka wanita itu akan menyadari pandangannya, Luca terbatuk kecil sebelum mengalihkan pandangan. "Tidak ada."     

Luca sedikit kecewa dengan dirinya. Jika ia hanya mengatakan dua kata singkat itu tanpa memberikan alasan yang cerdas, tentunya Ecatarina akan curiga. Namun, pada saat itu, otak Luca sedikit lumpuh karena rasa terkejut dan hanya dua kata singkat itu yang tersedia untuk ia ucapkan di otaknya.     

Untungnya, Ecatarina tidak menanyakan lebih lanjut. Ekspresi wajahnya masih seperti biasa, acuh tak acuh dan tidak memperlihatkan perasaan apa pun. Sangat berbeda dengan wanita penghibur nomor satu Tenkai-ya, Distrik Yomi yang sangat kaya ekspresi. Luca terkadang meragukan apakah ingatannya belasan tahun lalu itu bukanlah memori palsu.     

"Kita sudah sampai. Ayo berpencar," ujar Ecatarina singkat. Tanpa menunggu jawaban dari Luca, wanita itu telah mengambil arah yang berlawanan dan terbang pergi.     

*****     

Luca dan Ecatarina kembali bertemu setelah satu jam berlalu untuk mendiskusikan hasil yang mereka dapatkan. Setelah menentukan informasi apa saja yang belum mereka dapatkan dan informasi mana yang perlu mereka perdalam lagi, keduanya kembali membagi tugas dan berpencar demi efisiensi waktu.     

Langit malam itu sedikit mendung. Beberapa saat setelah Luca dan Ecatarina berpencar, hujan deras mengguyur kota tersebut.     

Mereka yang masih berkeliaran di jalanan kota segera berlari masuk ke beberapa kedai terdekat untuk berteduh. Ada juga yang tetap berjalan karena telah membawa payung sebelum keluar dari rumah.     

Tidak ada yang menyadari pergerakan Luca yang meloncat dari satu atap ke atap lainnya. Senyum tipis menghiasi wajah Luca. Ia beruntung hari ini hujan sehingga ia bisa bergerak lebih cepat tanpa mengkhawatirkan seseorang akan mendengar bunyi langkah kaki di atap atau menemukan adanya pergerakan aneh melalui sudut mata. Hujan itu cukup deras untuk menyamarkan semuanya. Orang-orang tidak akan merasa aneh dengan bunyi di atap dan mengira itu hanya air hujan yang menghujam atap mereka. Ketika seseorang menangkap pergerakan di sudut mata mereka pun, mereka akan berpikir bahwa itu hanyalah gerakan air hujan dan akan mengabaikan semuanya.     

Luca dan Ecatarina berjanji akan kembali bertemu dua jam dari sekarang.     

Luca tidak mengambil begitu banyak waktu untuk menyelidiki hal-hal yang ia perlukan. Hanya dalam satu jam, Luca telah berhasil mengumpulkan semua data. Pada saat itu, hujan yang deras pun sudah berubah menjadi rintik-rintik, menyisakan tetesan air lembut yang sesekali mengetuk atap rumah atau bersemayam di atas dedaunan.     

Diam-diam, Luca berpindah ke sebuah gang sempit yang sepi. Ketika ia muncul kembali, ia telah mengganti pakaian dan tudung basahnya menjadi yang kering lalu mengenakan payung kertas.      

Biasanya, ketika incubus mengenakan tudung, tonjolan aneh akan terbentuk pada tudung. Tudung yang telah dimodifikasi pun tetap akan memperlihatkan sedikit keanehan untuk incubus yang memiliki tanduk panjang karena tudung itu akan bertengger lebih tinggi daripada kepala manusia biasa, bahkan lebih tinggi dari half-beast. Akan tetapi, siapa pun yang melihat sosok Luca sekarang tidak akan merasakan adanya keanehan. Posisi tudungnya bahkan sama dengan milik manusia biasa.     

Malam telah larut. Bangunan-bangunan telah memadamkan lampu, menyisakan kedai-kedai yang menyediakan jasa judi atau pelacur. Ketika Luca memasuki area tersebut, terang lampu begitu dahsyat hingga Luca tidak dapat beradaptasi untuk beberapa saat. Beberapa kali, para penghibur yang bekerja di sana berusaha menggoda Luca dan menariknya untuk bermalam tapi Luca menolak secara halus. Ia terus berjalan hingga berhenti di depan pintu sebuah kedai. Pandangannya terangkat, menangkap papan besar bertuliskan Rumah Makan Bunga Mawar.     

Luca membuka pintu kedai dan langsung disambut sapaan genit beberapa wanita yang berpakaian terlalu terbuka hingga menyakitkan mata Luca. Seorang pria half-beast yang terlihat seperti karyawan biasa berjalan menghampiri Luca seraya bertanya, "Bunga mana yang ingin Tuan pesan?"     

Tanpa ragu, Luca menjawab, "Bunga Akasia yang memabukkan bulan."     

Mendengar itu, wanita yang telah mengerumuninya berkedip bingung untuk beberapa saat sebelum berdesah kecewa. "Aih! Padahal aku kira bisa mendapatkan Tuan tampan hari ini. Semua yang tampan selalu menginginkan nomor satu kita."     

Beberapa dari wanita yang lebih pendiam saling berpandangan. Setiap dari level pelacur memiliki bunga untuk merepresentasikan mereka tapi biasanya tamu hanya akan mengucapkan nama bunga itu tanpa embel-embel apa pun karena memang nama bunga itu yang menjadi kata kunci. Itulah mengapa para wanita ini sempat terbingung-bingung. Namun, pelacur yang memiliki bunga akasia sebagai representasinya hanya ada satu di rumah makan ini sehingga mereka dapat menebak siapa yang tuan tersebut maksudkan.     

"Hss! Kalian kembali ke dalam dan menunggu tamu selanjutnya!" usir pria itu lalu menatap Luca dengan senyum meminta maaf.      

"Silahkan Tuan, pelayan di sana akan membawamu."     

Luca mengangguk dan mengikuti pelayan yang dimaksud. Ketika Luca pergi, perempuan-perempuan yang masih kebingungan menarik pria itu secara paksa ke kamar belakang. "Mengapa dia menggunakan kata kunci yang berbeda?" bisik para wanita bingung.     

Pria itu menggeleng pasrah. Wanita-wanita ini benar-benar penuh keingintahuan. Namun, pria ini hanyalah karyawan biasa dan ia sendiri hanya mengikuti perintah dari atasan jadi ia hanya bisa berasumsi bahwa kata kunci khusus itu diperuntukkan bagi tamu khusus malam ini karena atasannya menegaskan bahwa hanya untuk malam ini saja, hanya tamu yang mengucapkan kata kunci 'Bunga Akasia yang memabukkan bulan' yang boleh diarahkan ke ruangan nomor satu mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.