This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Dunia Beast (1)



Dunia Beast (1)

0Mihai melewati pintu kayu yang dibuka oleh Theo dan pandangannya kembali kabur dalam sekejap. Merasa mual dengan distorsi yang terjadi di sekelilingnya, Mihai memejamkan mata. Untuk beberapa saat, seluruhnya hening, bahkan tidak terdengar sedikit pun bunyi aliran udara.     
0

Tidak sampai lewat satu detik ….     

Zraaaaa …. Bunyi rintik hujan yang deras menusuk telinganya. Ia buru-buru menekuk telinganya, mencegah terlalu banyak gelombang bunyi memekakkan gendang telinganya.     

"Kita sudah sampai," ujar Yuki dengan suara teredam.     

Mihai membuka mata.     

Lantai semen yang basah merupakan hal pertama yang memasuki pandangannya. Ia mendongak, menemukan kanopi dari batu bata sebuah rumah yang sepertinya tidak dihuni.     

Sebuah mantel coklat dan payung kertas tiba-tiba muncul di hadapannya.     

"Pakai itu," pesan Yuki.     

Hujan deras menghantam payung kertas, begitu kuat hingga Mihai harus memegangnya menggunakan kedua tangan. Mereka berlari menyusuri jalanan yang kosong melompong, Yuki di depan, Mihai di tengah, dan Alex di belakang.     

Awalnya Mihai mengira jalanan itu kosong dikarenakan hujan. Namun, ketika Mihai melirik ke rumah di kanan dan kirinya, tidak ada yang memancarkan setitik pun cahaya. Kota itu ditelan dalam kegelapan langit yang suram. Jika tidak ada hujan yang begitu deras, mungkin Mihai sudah bisa mendengar bunyi semut-semut yang sedang berjalan. Suasanya benar-benar seperti kuburan, mati dan mencekam.     

Dan hal ini tidak hanya terjadi pada satu kota saja.     

Setelah keluar dari kota kecil itu, mereka menyusuri area hutan untuk beberapa saat. Hutan itu memiliki pepohonan yang berwarna hitam dan coklat, persis seperti yang ada di area kiri Bukit Luito.     

Keluar dari area hutan, mereka memasuki area kota lain. Saat itu hujan sudah gerimis sehingga pandangan mereka menjadi lebih jelas. Kali ini, Mihai bahkan menyadari bagian-bagian rumah yang sudah rusak dan hampir roboh. Bahkan banyak dari rumah-rumah tersebut yang hanya sisa setengah saja tapi tidak terlihat ada puing-puing sisa atap dan sebagian dindingnya yang sudah roboh itu.     

Entah berapa lama mereka berjalan, setelah menyusuri dua hingga tiga kota kecil yang memiliki keadaan yang sama, mereka kembali memasuki area hutan.     

Yuki tiba-tiba berhenti dan mendongak ke atas langit. Mihai ikut mendongak, mengamati langit yang masih saja suram dan gelap.     

"Sudah malam. Kita istirahat dulu di sini."     

"Malam?" Mihai mengernyit dalam. Tanda tanya besar bergantung di atas kepalanya lantaran ia merasa sejak awal ia memasuki dimensi ini, hari sudah malam.     

"Ya. Ini sudah jam malam. Sebelumnya ketika kita sampai, waktu masih siang hari. Setengah dari dimensi ini sudah dirusak oleh sihir hitam yang dimiliki Lauren. Kau lihat awan hitam di atas?"     

Mihai mengangguk.     

"Meskipun hujan sudah begitu deras, mengapa awan hitam itu masih bergelantung di atas langit?"     

Mihai berpikir sejenak tapi ia tidak bisa mengeluarkan jawaban jadi ia menggeleng.     

"Karena awan itu bukanlah awan. Itu adalah residu dari sihir hitam yang Lauren miliki. Residunya Sudah begitu tebal hingga menyelimuti sebagian langit dimensi ini. Udara dan air di area ini tercemar. Jika menghirup udaranya terlalu lama, seseorang bisa terkena penyakit misterius yang mematikan. Jika terkena airnya, jangankan makhluk hidup, rumah-rumah pun rusak dan beberapa bagiannya meleleh tak bersisa."     

Jadi itulah mengapa kota-kota di sekitar sini tidak memiliki penghuninya dan rumah-rumah yang ada di area kota rusak dalam keadaan yang aneh.     

Mihai tersadar oleh suatu poin yang janggal. "Jika air dan udaranya berbahaya, bagaimana kitab isa melewatinya dengan selamat?"     

Alex telah berhasil menyalakan api, menunjuk payung dan mantel yang masih Mihai gunakan. "Yuki memberikan penghalang pada dua benda itu."     

Sekarang pun, Yuki memasang penghalang dalam radius 100 meter dari tempat mereka beristirahat. Ketika sisa-sisa air hujan jatuh dan tidak sengaja mengenai sisi dinding penghalang, Mihai dapat menemukan gelombang kecil pada dinding penghalang tersebut, membuat dinding yang awalnya tak kasat mata itu terlihat.     

Keesokan harinya, Mihai terbangun oleh tepukan kuat dari Yuki.     

"Eh?"     

"Sh! Ada orang yang mengejar kita," ujar Yuki dengan suara tertahan. Telinganya yang berdiri tegak bergerak-gerak ke berbagai arah.     

Mihai langsung melek seluruhnya. Ia bangun dari posisi tidur lalu pelan-pelan berjinjit mendekati Yuki dan Alex.     

"Musuh?"     

Yuki mengangguk. "Ke sini!"     

Mereka mengambil jalan membelok yang hanya diselimuti tanah becek dan akar berliuk-liuk. Mihai hampir jatuh mencium tanah untuk beberapa kali jika Alex tidak langsung menangkapnya.     

"Apa kita tidak bisa berteleportasi saja?"     

"Jika bisa, kita sudah tidak berlari di tengah hujan kemarin. Residu sihir gelap ini terlalu tebal sehingga mengganggu sirkulasi energi sihir di dalam tubuh. Jika itu adalah sihir penghalang yang sederhana, masih tidak membahayakan tapi jika itu adalah sihir rumit seperti teleportasi, antara aku yang mengeluarkan darah dari seluruh rongga tubuh atau kau yang kehilangan raga setelah melewati portal."     

Mihai langsung merinding membayangkan gambaran horror tersebut. Ia buru-buru mengubah topik. "Siapa yang mengejar kita?"     

"Bawahan Lauren."     

"Dia tahu kita ada di sini?!"     

Baru saja mereka berhasil keluar dari area hutan dan ingin mengatur napas, dari samping kiri mereka, gerombolan beast anjing berlari cepat mendekati mereka. Ukuran tubuh beast itu bervariasi dari yang paling kecil sekitar satu setengah meter tingginya hingga yang paling besar adalah tiga meter. Tanah bergetar kuat di setiap langkah kaki mereka.     

Yuki berdecak kesal. Mereka sudah kabur dengan sangat pelan tapi tidak ia sangka yang mengejar mereka adalah beast klan anjing.     

Jika mereka mengambil bentuk manusia, penciuman mereka tidak akan begitu tajam tapi ketika sudah berubah ke bentuk beast, seberapa tipis aromanya, beast klan anjing dapat mencari sumbernya dengan sangat akurat.     

"Sial!" Yuki buru-buru menarik Alex dan Mihai berlari ke arah yang berlawanan. Ia berusaha mencari cara untuk menghilangkan jejak bau mereka tapi nihil.     

Hujan sudah reda sejak kemarin malam dan sihir untuk menutupi aroma tubuh sedikit rumit. Yuki mungkin harus merelakan hidung dan mulutnya berdarah jika ia memaksakan diri untuk menggunakan sihir tersebut.     

Sebenarnya, Yuki tidak keberatan. Yang melarangnya adalah Alex dan Mihai.     

Mereka memasuki area kota yang kali ini memiliki banyak rumah bertingkat tinggi. Mungkin ini adalah bentuk dukungan dari alam karena dengan tingginya gedung-gedung tersebut, kelompok Mihai yang sudah lebih pendek dari para beast itu semakin sulit untuk di cari. Meskipun aroma mereka bisa menjadi pemandu, tapi kelompok Mihai dengan lihai berpindah dari satu gedung ke gedung yang lain, dari satu sisi gedung ke sisi lain dari gedung tersebut, sehingga membuat para beast bertubuh besar itu kebingungan.     

Namun, kekuatan para beast ini sangat besar.     

Ketika mereka sudah kehilangan kesabaran, mereka memutuskan untuk merusak gedung-gedung tersebut agar kelompok Mihai tidak lagi bisa bersembunyi.     

Sayangnya, setelah mereka merobohkan seluruh gedung pun, kelompok Mihai tidak ditemukan di mana-mana dan jejak baru mereka berhenti di tengah-tengah kota tersebut ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.