This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pertemuan Besar (4)



Pertemuan Besar (4)

0Illiu berjalan ke sana kemari menggunakan kaki pendek dan tubuh buntalnya. Ekspresi tidak puas tergurat jelas di wajahnya. Mulutnya berkomat-kamit, mengomelkan nasibnya yang harus tertinggal di tempat ini, jauh dari istri kesayangannya.     
0

Dari dalam kurungan, Nicole melirik Illiu dengan ekspresi tak terbaca. Kemudian, ia menatap suaminya yang juga memiliki ekspresi sama. David mengedikkan bahunya.     

Tepat saat itu, tiba-tiba Illiu berteriak.     

"Nicole!"     

"Ka—Kakak! Mengapa kau ada di sini?!" Nicole terkejut melihat kemunculan Toma yang sudah berlari mendekati kurungannya dengan kunci di tangan.     

Sementara itu, tidak jauh dari mereka, Vasile menepuk-nepuk kedua tangannya dengan santai. Di sebelah ujung sepatunya, terlentang Illiu yang K.O dalam satu pukulan.     

"Kita keluar dulu baru bicara!"     

Toma bergerak cepat. Tidak butuh waktu lama untuk membebaskan Nicole dan David. Mereka buru-buru berlari, hendak keluar dari ruangan ketika Illiu menarik kaki Vasile.     

"Tunggu! Mereka tidak boleh lepas! Nanti Anna—" Dikarenakan tangannya yang pendek, Illiu merangkak lalu memeluk kaki Vasile erat.     

Meskipun Vasile tidak memiliki kebencian maupun permusuhan terhadap Illiu tapi tidak punya pilihan lain, Vasile buru-buru menendang tubuh buntal itu beberapa kali sebelum akhirnya tubuh Illiu terlepas dari kakinya. Tubuh buntal itu jatuh dan memantul beberapa kali sebelum menabrak pintu kurungan. Illiu langsung kehilangan kesadarannya.     

Kelompok berisi empat orang itu segera berlari menyusuri area sekitar penjara bawah tanah, langsung memanjat tembok terdekat yang ada di sana.     

Setelah keluarga dari area kediaman, mereka buru-buru berlari ke area kota yang ramai, menyatukan diri mereka dalam keramaian makhluk hidup yang berlalu lalang, ke dalam kedamaian yang singkat ….     

*****     

"Aku kuat! Aku menjadi sangat kuat!" seru Georghe. Ia seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan yang telah ia incar selama beberapa tahun.     

Mulutnya terbuka lebar, tertawa terbahak-bahak.     

Para incubus yang sudah memulihkan keadaan mereka dari kekacauan itu ingin memberikan selamat kepada Georghe terlepas dari rasa iri yang memenuhi diri mereka. Namun, lagi-lagi, belum sempat mereka menyerukan kata-kata pujian, aura hitam itu tiba-tiba menerobos masuk ke dalam mulut Georghe.     

Bagaikan ribuan serangga yang sedang memangsa, aura hitam memasuki mulut yang terbuka lebar, turun ke tenggorokan yang sempit, memaksanya terbuka lebar hingga terasa akan meledak, lalu tersebar ke seluruh tubuh. Air mata hitam mengalir jatuh dari mata Georghe yang hanya menyisakan warna putih. Ujung jari-jemarinya membiru lalu menghitam. Urat-urat timbul di permukaan kulit, mengelilingi seluruh lengan, leher, hingga pipinya.     

"Kyaaa!!"     

Ketakutan menimpa seluruh makhluk hidup di dalam ruang rapat. Mereka berlari keluar dari ruangan tapi pintu besar megah yang menjadi satu-satunya jalan keluar tertutup rapat, tidak mau terbuka seberapa besar dorongan yang diberikan.     

Meskipun aura hitam itu sedang memasuki tubuh Georghe tapi aura itu seolah-olah membesar, menutupi cahaya terang di ruangan itu, menambahkan suasana suram dan mengerikan.     

Tepat saat seluruh aura hitam itu masuk ke dalam mulut Georghe, Bola mata putih berubah hitam dan sepasang kornea merah muncul. Senyum miring terukir di wajahnya yang penuh dengan urat.     

"Tenanglah! Aku tidak akan melukai kalian, wahai rekan-rekan kaumku." Suara yang muncul dari mulut Georghe tidak lagi berat melainkan sebuah suara ringan yang dingin.     

Tidak ada yang percaya tapi tidak ada jalan keluar selain berpura-pura percaya pada aura hitam itu. Menahan seluruh gemetaran di tubuh, mereka mendongak, menatap ke arah aura hitam itu berada.     

Aura hitam yang telah memiliki tubuh Georghe tertawa. "Kalian tidak akan menyesal. Yakinlah! … oh! Hampir saja lupa!"     

Aura hitam mengayunkan tangannya.     

Bunga-bunga merah mekar di tengah ruangan itu. Dua belas kepala half-beast lepas dari tubuhnya, jatuh terguling sebelum berhenti di tengah kolam merah.     

Meskipun half-beast adalah musuh, para incubus memucat. Beberapa dari mereka memekik tertahan dan hampir pingsan.     

Kontras dengan wajah yang penuh terror, Aura hitam tersenyum semakin lebar. Lidahnya menjilat bibir yang kering, bagaikan ia baru saja menyantap santapan lezat. "Yang bukan rekanku tentunya tidak perlu hidup!" serunya kembali tertawa terbahak-bahak.     

Namun ….     

Aura hitam tiba-tiba berhenti. Matanya melotot lebar hingga urat-urat matanya yang berwarna merah menyala terlihat jelas.     

"Bagaimana mungkin? BAGAIMANA MUNGKIN?!"     

Inti kekuatan yang seharusnya telah bercampur di dalam darah yang diminum Georghe tidak ada! Inti Luca tidak ada di dalam tubuh ini!     

Ia telah mengecek kembali gumpalan darah itu berkali-kali sebelum memberikannya kepada Georghe dan seharusnya inti itu ada di sana!     

Sebuah sosok tiba-tiba terlintas di benaknya. 'Rubah sialan itu!'     

Inti yang ia deteksi selama ini seharusnya adalah sebuah ilusi dan untuk sebuah ilusi yang bahkan aura hitam itu tidak bisa deteksi, hanya dua makhluk yang ia ketahui bisa melakukannya.     

Aura hitam menggertakkan giginya, menggeram keras penuh kekesalan. "Ayah dan anak keparat! Aku akan membunuh kalian! KALIAN PASTI MATI DI TANGANKU! DAN LUCA JUGA!! ECATARINA, VASILE, SEMUA YANG BERHUBUNGAN DENGAMU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"     

Matanya memicing tajam ke seluruh area ruangan, mencari sosok yang familiar yang seharusnya dari tadi berada di dalam ruangan. Namun, tidak ada. Bahkan tidak hanya sosok-sosok familiar itu saja yang menghilang, bahkan para mixed blood pun hilang!     

Aura hitam mengutuk kesal. Ia telah lengah.     

"Kalian semua!" serunya menunjuk sisa-sisa incubus di dalam ruangan.     

Incubus-incubus itu refleks menegang dengan napas tertahan.     

"Aku adalah Lauren. Jika kau mengikuti perintahku, percayalah dunia ini hanya akan menjadi milik kaum kita saja dan aku akan mengembalikan keabadian kaum kita!"     

*****     

"Tuan Luca."     

Luca membuka kelopak matanya yang berat. Langit biru tak berawan memasuki pandangan kaburnya. Untuk beberapa saat, ia tidak memahami keadaan yang sedang terjadi.     

"Tuan, minum. Kau harus tetap menjaga kondisi tubuhmu." Albert menyodorkan sebotol yang baru saja ia isi dengan air segar.     

Luca menatap botol itu sejenak sebelum menyebarkan pandangannya dengan pergerakan lesu dan lambat. Bunyi krek krek dari tulangnya yang kaku mengiringi pergerakan kecilnya.     

Ia sedang duduk bersandar di salah satu pohon tinggi di tengah hutan yang lebat. Bunga-bunga bermekaran di sekelilingnya dengan penuh keceriaan, sangat kontras dengan keadaannya sekarang yang tua. Seluruh tulang ditubuhnya bahkan terasa sebagai karung beras yang ingin segera ia turunkan dari tubuhnya.     

Selain Albert, Lonel, Daniel, Daniela, dan Liliane yang masih transparan juga duduk di sekitarnya. Agak sedikit jauh dari mereka, duduk Ioan, Cezar, dan Viorel yang sedang bermain dengan Liviu.     

Ketika melihat Ayahnya sudah bangun, Liviu buru-buru terbang mendekat. "Da!" serunya seraya melebarkan kedua lengan lalu menempelkan seluruh dirinya pada dada Luca. Setelah menyadari bahwa ayahnya terlalu lemah, Liviu tidak lagi terbang memasuki pelukan ayahnya secepat kilat.     

Mengangkat lengannya dengan susah payah, Luca membelai kepala Liviu pelan.     

Satu hari yang lalu, ketika memperbincangkan mengenai pertemuan besar yang dilaksanakan hari ini, mereka membagi kelompok mereka menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti pertemuan. Kelompok kedua pergi mencari Nicole dan kelompok terakhir membawa Luca keluar dari kediaman.     

Hal ini diusulkan Luca sendiri. Awalnya semua orang menolak karena keadaan Luca yang masih lemah tapi Luca bersikeras.     

"Lauren pasti akan membunuhku cepat atau lambat. Lebih baik kita berpindah tempat secepatnya."     

Luca sudah membuktikan kembali hatinya kepada Mihai dan hal ini pasti tidak akan menyenangkan hati Lauren. Pastinya Luca akan menjadi target utama Lauren bersama dengan Mihai.     

Namun, bukan itu saja alasannya. Meskipun para pelayan tidak tahu tapi Luca tahu bahwa inti yang ada di tangan Lauren sekarang hanyalah ilusi. Ketika ilusi itu hilang, Lauren pasti akan memangsanya sampai ke ujung dunia.     

Ia harus lari dan mempertahankan hidupnya sampai Mihai kembali. Ia tidak akan membiarkan Mihai pulang hanya untuk menemukan abunya saja.     

Pada akhirnya, mereka semua setuju dan di sinilah Luca sekarang, di tengah area Bukit Luito. Setelah mempertimbangkan matang-matang, Luca memutuskan bahwa area Bukit Luito yang dikelilingi pemukiman half-beast akan lebih aman dibandingkan di tengah-tengah area tempat tinggal incubus karena mempertimbangkan nafsu para incubus, pemikiran Lauren akan lebih diterima dan pastinya ia akan mendapatkan banyak pendukung cepat atau lambat.     

Luca menerima botol air dari Albert lalu meneguknya. Awalnya cepat tapi segera melambat karena otot-otot di kerongkongannya tidaklah kuat untuk menerima aliran air yang terlalu deras. Jika ia tidak hati-hati, ia bisa saja mati tersedak.     

"Hm?" Ioan tiba-tiba menegakkan telinganya. Viorel dan Cezar yang berada di sebelah Ioan juga menegakkan telinga.     

"Ada apa?"     

Ioan mengernyit bingung tapi segera menjawab, "Aku mendengar teriakan."     

Tepat ketika Ioan mengucapkan hal itu, awan hitam menggembung di langit, tersebar dengan kecepatan tinggi, dan dalam sekejap, dunia menjadi gelap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.