This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Rencana Lauren



Rencana Lauren

0Untuk beberapa saat, Alex dan Yuki menghabiskan waktu mereka untuk berbagi cerita mengenai perasaan mereka. Mereka tersadar bahwa telah terjadi kesalahpahaman yang tidak terselesaikan dan diyakini oleh mereka berdua dengan begitu kuatnya yang membuat perasaan tulus mereka terhadap satu sama lain tidak pernah tersampaikan.     
0

Ketika mereka selesai meluruskan seluruh kesalahpahaman itu, langit sudah gelap. Namun, masih ada hal-hal lainnya yang perlu mereka bahas, terutama mengenai bayi ini.     

Sebenarnya Alex ingin membawa Yuki pergi secepatnya setelah mendengar mengenai keberadaan bayi tersebut, jauh dari jangkauan half-beast maupun incubus dan hidup dalam kedamaian, hanya bertiga saja: dirinya, Yuki, dan bayi yang akan lahir ini.     

Akan tetapi, kenyataannya tidak bisa begitu.     

Terlepas dari apakah Yuki masih memiliki tanggung jawab untuk mencari sang tuan muda klan rubah (yang tentunya tidak penting bagi keduanya sehingga bisa diabaikan kapan saja), Alex memiliki tanggung jawab terhadap Steve. Tidak hanya itu, Luca merupakan anak dari rekan yang telah memperlakukannya dengan baik, Alex tentunya ingin membantu Luca sebagai putra dari rekannya itu dengan baik juga. Sekarang, Luca sedang dalam masalah, Alex tidak bisa mengabaikannya begitu saja.     

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi dari klan rubah setelah masalah hilangnya Arthur dan Emilia terselesaikan.     

Ketika waktunya sudah ditetapkan, Alex baru akan mendiskusikan rencana kepergian mereka kepada Steve.     

"Bagaimana jika dia lahir sebelum masalah ini bisa selesai?" Melihat kandungan yang kemungkinan besar akan lahir dalam kurun waktu 10 hari, Alex cemas.     

"Aku punya ide." Sejujurnya Yuki sudah memikirkan kemungkinan itu dan telah membuat rencana terlebih dahulu sebelumnya.     

Dengan kekuatan yang ia miliki, tidak heran jika Yuki akan memiliki dimensi spatial buatan sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh dirinya sendiri. Namun, untuk tujuan menghemat dan memulihkan kekuatan, Yuki telah menutup dimensi itu cukup lama.     

Setelah menghitung-hitung sisa kekuatannya, ia bisa membuka dimensi itu selama satu bulan penuh.     

"Jika masalah ini belum selesai setelah satu bulan kelahirannya …." Yuki menurunkan pandangan sembari mengelus perut. "Aku akan pergi duluan. Kau bisa menyusulku setelahnya."     

Ketidaksetujuan tertulis jelas pada ekspresi Alex tapi mereka tidak punya cara lain.     

"Kau sudah memikirkan untuk mengatasi Lauren?" tanya Alex selanjutnya. Ia telah mendengar permasalahan Yuki dengan Lauren secara detail.     

Sayangnya, meskipun Alex ingin membantu, ia tidak berdaya untuk yang satu ini. Dia dalam keadaan tanpa kekuatan, sama seperti manusia selain tubuhnya yang tidak bisa mati. Jika ia ingin mengusulkan ide, ia hanya bisa mengorbankan tubuhnya untuk ditusuk-tusuk berkali-kali oleh Lauren untuk melindungi Yuki tapi tentunya pria itu tidak akan setuju.     

"Bagaimana jika kita tunggu setengah bulan setelah bayi ini lahir?" Jika begitu, setengah bulan sisanya bisa Yuki gunakan untuk bersembunyi di dalam dimensi spatial sambil diam-diam menggerakkan posisi dimensi itu.     

Meskipun Lauren lebih kuat darinya sekarang tapi dimensi spatial itu dibuat oleh Yuki ketika kekuatannya masih penuh. Jadi, Lauren tidak akan bisa mendeteksi keberadaan dimensi tersebut dengam mudah.     

Alex setuju tapi raut wajahnya tidak terlihat lega.     

Tidak hanya ia terancam terpisah lagi dari belahan jiwanya yang akhirnya kembali, ia juga mencemaskan Luca.     

Meskipun Alex tidak banyak berkontak dengan Lauren bahkan sebelum kekuatan mereka di segel, Alex cukup memahami watak Lauren yang aneh (Alex tidak bisa mengatai orang lain mengenai yang satu ini), nyentrik, dan yang paling dominan dari semua itu adalah kekejaman yang ia miliki.     

Ketika sebuah ide muncul di otak Lauren, meskipun ia harus membinasakan seluruh makhluk hidup pun, ia akan melakukannya tanpa ragu.     

Sekarang, Lauren mengarahkan perhatiannya pada Luca.     

Apa pun yang sedang Lauren rencanakan terhadap Luca menggunakan Emilia dan Arthur, Alex tidak punya firasat baik mengenai hasil akhirnya.     

'Aku dan Yuki sudah menyiapkan rencana-rencana ini tapi ….' Alex merasa itu tidak cukup.     

Hanya saja, untuk sekarang, ia ingin menghabiskan waktu bahagia dengan Yuki dan memanjakan janin di perutnya. Jadi, Alex menutup mata, menyingkirkan kecemasan itu di bagian tersudut dalam otaknya.     

'Aku akan memikirkannya nanti ….'     

*****     

Satu minggu berlalu dengan cepat.     

Selama itu, setiap harinya, Alex akan diam-diam mengunjungi Yuki di malam hari untuk menghabiskan waktu bersama. Ia akan duduk di samping Yuki, melingkarkan satu tangannya pada pinggang Yuki sementara yang satunya lagi menepuk dan mengelus lembut perut besarnya.     

Bayi di dalam perut itu pun sangat aktif karena ia akan menendang perut Yuki berkali-kali ketika merasakan elusan Alex.     

Keduanya menghabiskan waktu itu dengan bahagia.     

Toma yang menjaga pintu bahkan merasa bisa melihat bunga-bunga bertebaran keluar dari dalam ruangan.     

Sesuai prediksi keduanya, dalam kurun 10 hari, Yuki mengalami kontraksi. Bayi itu akan segera lahir!     

Hari itu adalah hari yang sangat dingin. Musim dingin telah benar-benar tiba dan Alex tertahan oleh permasalahan Arthur. Sebenarnya, Yuki juga harus berada di sana tapi Alex menggunakan segala kemapuan komunikasinya untuk mengalihkan perhatian semua orang di sana sehingga tidak ada yang mempertanyakan mengenai keberadaan Yuki.     

Sebagai gantinya, ia tidak bisa menemani Yuki melalui proses melahirkan yang menyakitkan tapi apa boleh buat. Tidak mungkin ia membuat Yuki celaka karena ditemukan.     

Pada akhirnya, ia hanya bisa mempercayai Toma untuk membantu Yuki.     

Di dalam ruangan kamarnya, sambil menggigit kain tebal, Yuki mengalami kesakitan yang luar biasa. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya bagaikan baru saja dicebur ke dalam kolam.     

Di ujung kakinya, Toma memberikan instruksi. Wajahnya yang tak berekspresi dibasahi peluh, tidak biasanya ia juga ikut merasakan panik dan ketakutan.     

Ketika Alex berhasil mengusir seluruh pengganggu itu (tentunya dengan lembut), hari sudah sore. Langit hari itu cukup mendung sehingga meskipun sore hari tapi terlihat seperti telah malam, gelap dan suram.     

Alex buru-buru mengambil jalan berputar, berhenti di depan jendela kamar Yuki yang tertutup rapat dan mengetuknya lima kali sembari berkata, "Air panas."     

Jendela itu segera dibuka, memperlihatkan wajah Toma yang agak pucat.     

Melihat itu, darah meninggalkan wajah Alex. Kepanikan membuncah di dalam hatinya. Sebelum ia sempat berucap, Toma mengelap peluhnya seraya berkata, "Bayinya sudah lahir. Sehat." Senyum tipis tersungging di wajahnya.     

Alex tertegun sejenak sebelum buru-buru meloncati jendela itu. Senyum lebar bagaikan matahari pagi menghiasi wajahnya. 'Aku sudah menjadi Ayah! Menjadi Ayah!' Batinnya bahagia.     

Ia meloncat kecil di setiap beberapa langkah kakinya, mendekati Yuki yang tertidur lemas di atas futon dengan cepat. Duduk di sampingnya, Alex buru-buru menggenggam tangan Yuki erat-erat. "Kau sudah berjuang dengan baik," bisiknya lembut. Sudut matanya sedikit memerah.     

Yuki berusaha membuka kelopak matanya yang berat lalu menggerakkan bola matanya dengan susah payah untuk menatap sosok Alex. Melihat senyum lebarnya, Yuki dengan susah payah menaikkan sudut bibir. "Ah …," gumamnya pelan. Suaranya serak dan lemas.     

"Tidak perlu menjawabku. Istirahatlah!" Alex mengelus kepala Yuki lembut tapi Yuki menggeleng. Ia mengangkat pandangannya ke sekitar ruangan. "Di mana?" tanyanya susah payah.     

Memahami maksudnya, Alex menoleh kepada Toma. Di saat yang bersamaan, Toma sedang membungkus sesosok mungil dengan kain tebal lalu berjalan mendekati keduanya.     

Toma memindahkan sosok mungil itu ke dalam pelukan Alex. Dengan lihai, Alex menyesuaikan posisi gendongannya. Di dalam bungkusan kain itu, bayi tembam dengan pipi memerah tertidur pulas, terlihat sangat nyaman setelah dimandikan dengan air hangat. Kulitnya bening dan bibirnya merah, sangat imut! Sedikit rambut yang telah muncul di pangkal kepalanya berwarna putih seperti Yuki. Sepasang telinga berbulu putih dan sepasang tanduk mungil ikut menghiasinya. Ketika Alex membuka sedikit kain yang membungkus, ia bisa melihat dua ekor rubah putih di bokong bayi itu.     

Bayinya adalah mixed blood yang sehat!     

Sudut matanya semakin memerah. Ia tidak sedih karena bayinya adalah mixed blood. Ini adalah air mata bahagia karena akhirnya bayi ini lahir dan ia telah memiliki keluarga dengan pria yang ia mimpikan selama ini. Meskipun putranya ini kesulitan karena identitasnya, Alex akan memastikan ia melindungi putranya dari segala bahaya itu.     

Alex menangkap jari jemari Yuki yang terangkat, sedikit gemetar tapi tetap dengan keras kepala berusaha menggapai sang bayi. Alex buru-buru menurunkan bayi itu, membiarkan Yuki dapat melihatnya.     

Mengamati wajah tidur yang penuh kedamaian itu, seluruh tubuh Yuki menghangat. Matanya juga ikut memerah. "Dekatkan lagi …," pintanya singkat.     

Alex tidak bertanya dan hanya mendekatkan bayi itu.     

Yuki menurunkan kecupan lembut pada pipi bayi tersebut. Bayi itu bergeming, masih pulas dalam tidurnya. Entah mengapa, adegan singkat tersebut menggelitik Alex, membuatnya tertawa bahagia. Ia juga ikut mengecup sisi pipi lainnya lalu juga menurunkan kecupan pada kening Yuki.     

Baru saja ia ingin menyuruh Yuki untuk kembali berisitrahat lagi ketika sebuah ketukan heboh menggedor pintu kamar.     

"Tuan Yuki! Tuan Yuki! Ada hal penting yang memerlukan Anda!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.