This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Siasat (2)



Siasat (2)

0Yuki tidak menjawab tapi ia tidak lagi berusaha kabur.     
0

Melihat itu, Lauren tersenyum puas. "Anak baik~"     

Mendengar pria yang mungkin lebih muda ratusan tahun darinya telah memperlakukannya seperti anak nakal, Yuki berdecak kesal. Jika ia ingin memilih, ia lebih memilih mendengar dua kata itu terucap dari bibir Alex sembari mendapatkan elusan lembut di pangkal kepalanya. Sayangnya, kenyataannya, yang mengucapkan dua kata itu adalah pria yang ia paling benci nomor 2!     

Lauren tidak tahu pikiran Yuki karena ia sendiri tidak pernah tahu bahwa Yuki telah menyimpan perasaan kepada rekan incubus abadinya dalam seribu tahun ini. Jika ia tahu, Yuki akan membawa bahaya kepada Alex.     

"Cepat katakan apa tujuanmu!"     

"Wow! Sabar! Apa nikmatnya mendengar cerita dalam keadaan terburu-buru. Rileks!"     

"Tch!" Yuki ingin mengancam sebelum menyadari bahwa ia tidak memiliki apa pun yang lebih unggul dari Lauren yang dapat menjadi ancaman. Dengan gigi bergemeretak, Yuki menelan seluruh ketidaksukaannya, hanya melipat kedua tangan di depan dada sembari mengetuk kakinya dengan tidak sabar.     

Lauren juga tidak memiliki hobi untuk berbincang-bincang dengan rubah busuk itu begitu lama jadi ia segera melontarkan tujuannya.     

"Aku benar-benar harus berterima kasih dengan Yang Mulia karena telah mengantarku pada seseorang yang sangat menarik!" Lauren membuka ceritanya dengan seruan riang dan senyum yang begitu lebar hingga mencapai kedua telinga.     

Yuki mengernyit tapi ia tidak berkomentar.     

"Kau tahu? Aku menemukan keturunan salah satu rekanku. Rekanku ini merupakan salah satu yang paling aku sukai. Ia sangat menarik, kau tahu itu? Berusaha begitu keras menjadi abadi demi keluarganya. Bagiku yang sejak lahir—"     

"Tch! Cepat katakan intinya!" Yuki memiliki sedikit ide mengenai siapa orang ini tapi ia tidak punya waktu untuk mendengarkan bagaimana Lauren menyukai orang tersebut!     

Lauren mendengus. 'Benar-benar tidak sabaran!' tertulis jelas di wajahnya tapi ia dengan mulus mempersingkat ceritanya. "Aku sangat menyesal karena ia tidak mau membantuku dan bahkan menikahi salah satu bawahanmu tapi keturunannya menjadi sangat menarik! Tidak hanya memiliki keabadian ayahnya tapi juga memiliki kekuatan ibunya terpendam di dalam dirinya. Kekuatan itu sangat berharga dan jika aku bisa menggunakannya bukankah membuka segel yang kau buat itu akan sangat mudah?"     

Yuki segera paham. Jika dikatakan mudah, tidak juga begitu tapi memang benar Luca, anak yang dimaksud Lauren mewarisi kekuatan Liliane. Selama Luca memiliki bakat dan kontrol yang bagus, memang Luca memiliki kemungkinan untuk dapat membuka segel kekuatan kaum incubus di tangannya.     

Tapi tentunya Yuki tidak akan begitu jujur. Bibirnya tersenyum miring penuh cemoohan. "Kau begitu percaya diri? Kau kira segelku begitu murah?"     

Sayangnya, Lauren tidak memasuki perangkapnya. "Aku tahu sikapmu Yang Mulia. Jika dugaanku benar-benar salah, kau akan mengucapkannya secara tegas tanpa menutupi apa pun. Aku tahu dugaanku benar sekarang!"     

'Sialan!' Baru kali ini Yuki ingin mengutuk kejujuran yang selama ini telah ia banggakan dari dirinya. Sekarang, ia harus memakan konsekuensi dari kejujurannya itu!     

Wajah Yuki sudah sangat jelek.     

Melihat itu, Lauren semakin riang.     

"Bukan berarti anak itu akan mau membantumu!" seru Yuki tidak mau menyerah.     

Lauren tidak terpengaruh sama sekali. Wajahnya mengatakan bahwa ia telah mengantisipasi hal itu dan ucapannya mengkonfirmasinya. "Itulah mengapa aku menggunakan orang terdekatnya dan orang yang paling ia benci! Jika semua ini berhasil … hahahaha … anak itu akan menjadi alatku untuk mengembalikan martabat kaum incubus! Kau bisa lihat bagaimana keturunan-keturunan kaum half-beast akan menderita hingga tidak ingin hidup lagi!"     

"Apa yang kau rencanakan?! Di mana kedua anak itu?!" Yuki tidak lagi bisa menutupi kepanikannya.     

'Ini buruk! Benar-benar buruk!'     

Jika Lauren berhasil, dengan kemampuannya sekarang, Yuki hampir tidak bisa berkutik. Bahkan, sekarang ia terancam untuk menyerahkan segel kekuatan incubus abadi yang ia simpan kepada Lauren. Jika Luca bisa membuka segel itu, semua yang Lauren inginkan benar-benar akan terkabul.     

Komtaknya dengan dunia atas juga terputus sehingga ia tidak bisa meminta bala bantuan.     

Darah telah meninggalkan wajahnya.     

Melihat hal itu, Lauren tertawa semakin puas.     

"Belum waktunya untuk kau tahu di mana mereka dan kau tidak perlu tahu …."     

Tubuh Yuki merinding. Ia merasa bisa menebak lanjutan ucapan Lauren.     

"Karena kau tidak akan bisa melihat esok hari lagi!"     

Lauren meluncurkan bola energi ganas kepada Yuki. Dengan susah payah, Yuki menghindar tapi pada akhirnya, sebagian dari lengan pakaiannya masih terpotong oleh bola energi itu dan sekarang hancur berkeping-keping.     

'Sial! Sudah kuduga keparat ini tidak mungkin begitu jinak, hanya datang untuk berbincang saja!'     

Yuki hendak berlari tapi ia tidak memperhatikan pijakannya dengan baik. Tempat itu masih basah dan licin sehingga tepat ketika Yuki menapakkan kakinya, ia langsung tergelincir.     

'Tidak!'     

Yuki mengeratkan lengan di perutnya lalu menggunakan tangan lainnya untuk merubah posisinya agar ia tidak jatuh terduduk atau jatuh menindih perutnya. Ia berhasil tapi tulang tangannya patah.     

"Gh!"     

Menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit, Yuki berusaha bangun tapi baru saja ia membangunkan sedikit tubuh, ia kembali jatuh. Tubuhnya terlalu berat dan posisi ketika ia jatuh membuatnya sulit untuk kembali bangun dalam keadaan perut besar seperti ini.     

Lauren tidak buru-buru meluncurkan serangan selanjutnya. Dengan mata berbinar, ia menonton perjuangan Yuki. Lagipula, sebentar lagi Yuki akan mati! Menonton perjuangan mati-matian seseorang sebelum kehilangan seluruh harapannya dan mati adalah kesukaan Lauren.     

Akan tetapi, Yuki benar-benar kesulitan untuk bangun hingga terasa aneh.     

Setelah menonton untuk beberapa saat, kecurigaan terpancar di matanya. Bola matanya menari-nari mengamati seluruh tubuh Yuki. Kernyitan di dahinya mendalam.     

Dengan satu ayunan tangan dari Lauren, Yuki tersentak kaget.     

Di saat yang bersamaan, bagaikan menemukan tontonan yang lebih menarik lagi, Lauren tersenyum lebar menampakkan giginya. Tawa bahkan kabur dari mulutnya.     

"Menarik! Sangat menarik!"     

Bibir Yuki sudah kehilangan warnanya dan seluruh tubuhnya bergemetar hebat. Ilusinya telah dipecahkan oleh Lauren dan sekarang, siapa pun bisa melihat bulatan besar di perutnya.     

"Yang Mulia yang begitu suci ini, siapa yang berani mengotorimu?" ejek Lauren tapi Yuki tahu Lauren tidak tertarik untuk tahu jawabannya. Yang ada di pikiran Lauren sekarang sangatlah jelas.     

Jika Luca hanya memiliki kekuatan bawahannya, anak di dalam perutnya sekarang akan mewarisi kekuatan Yuki.     

Tidak perlu menimbang-nimbang untuk Lauren tahu keuntungannya. "Hm … mari kita lihat … oh? Sisa satu minggu lagi? Hahaha! Jika aku mengeluarkannya sekarang …."     

Yuki tidak lagi menunggu ucapan Lauren. Bayinya sudah cukup berkembang di dalam perutnya sehingga jika lahir prematur pun, kemungkinan besar bayinya masih bisa bertahan hidup!     

Jika Yuki tidak lari sekarang, Lauren pastinya akan membuka perutnya dan merebut bayinya tanpa ampun.     

Akan tetapi, Lauren bergerak lebih cepat lagi. Menggunakan sihir telah ia pinjam entah dari mana, Lauren langsung melumpuhkan tubuh Yuki.     

Yuki berusaha lepas tapi tidak bisa. sihir di dalam tubuhnya benar-benar ditekan hingga tidak berdaya.     

Melihat Lauren semakin mendekat, air mata jatuh mengotori wajah Yuki.     

'TIDAK! AKU HARUS LARI! AKU HARUS LARI!'     

Yuki mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan sihir Lauren. Pada akhirnya ia hanya bisa menggerakkan sedikit jarinya tapi itu sudah cukup untuk mengeluarkan segumpal bola sihir untuk menyerang Lauren.     

Akan tetapi, bola sihir itu hanya membuat Lauren mundur beberapa langkah sementara Yuki masih belum bisa bergerak.     

Harapan yang sempat membuncah di hatinya kembali pupus.     

Jika ia harus membiarkan anaknya jatuh di tangan Lauren, lebih baik untuk ….     

Memikirkannya saja membuat air mata Yuki semakin deras, bagaikan bayi di dalam tubuhnya juga ikut menangis mengetahui pikiran orang tuanya.     

Dada Yuki sakit tapi jika ia tidak melakukannya, anaknya akan lebih menderita!     

Belum sempat Yuki menetapkan hatinya, tiba-tiba …     

PANG!     

"Ugh?!"     

"?!"     

Dari sudut matanya, Yuki bisa melihat Lauren yang jatuh tersungkur di atas tanah lalu seseorang yang berdiri di belakang Lauren entah sejak kapan berlari pada Yuki. Oleh karena Lauren kehilangan kesadarannya, sihir yang menahan tubuh Yuki pun hilang tapi ia masih kesulitan untuk bangun.     

Tiba-tiba, tubuhnya terangkat. Orang asing itu telah mengangkat tubuh Yuki lalu berlari tanpa mengucapkan apa pun.     

Dengan pergerakan lesu, Yuki mendongak, berusaha memastikan identitas orang tersebut tapi yang Yuki temukan hanyalah wajah seorang wanita tegas yang cantik dan menawan terlepas dari kerutan yang telah mulai tergores di wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.