This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Rencana Sang Putra



Rencana Sang Putra

0Yuki duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di dalam kamarnya. Awalnya ia menghempaskan bokongnya begitu saja tapi langsung membuatnya meloncat kembali berdiri. Ia lupa bokongnya benar-benar dalam keadaan yang tidak manusiawi sekarang. Setelah itu ia kembali duduk, kali ini lebih lembut dan hati-hati. Walaupun begitu, memberi tekanan pada area bokongnya tetap membuatnya meringis beberapa kali.     
0

Helaan napas panjang kabur dari mulutnya.     

Mungkin ini pertama kalinya bagi Yuki untuk mensyukuri kenyataan bahwa Shima bukanlah kepala klan yang baik. Jika tidak, Yuki bisa memastikan bahwa kebohongannya akan terkuak dalam sekejap. Lagi pula, futon kotor yang menjadi bukti nyata perlakuannya malam kemarin masih tergeletak di dalam salah satu lemari.     

Kepalanya berdenyut ketika memikirkan ia masih harus menghapus seluruh bukti agar jika sang putra berhasil membujuk Shima untuk menggali masalah ini, bukti-bukti itu tidak akan bisa muncul ke permukaan.     

"Hah …." Satu tangannya menopang kepala Yuki di meja, sembari memijit pelipisnya, meredakan sakit kepala.     

Pikirannya melayang kembali pada kejadian kemarin malam ….     

Alasan mengapa Yuki tidak menyadari ancaman terhadap dirinya sama sekali hingga ia benar-benar jatuh dalam perangkap adalah karena Lauren. Malam itu, walaupun Yuki tidak menemukan Lauren secara langsung, aura keberadaan pria itu sangatlah dekat.     

Yuki meningkatkan kewaspadaannya. Toma juga membantunya untuk mengawasi sekeliling.     

Akan tetapi, acara malam itu sangatlah riuh. Fokus Yuki harus terpecah terus menerus oleh panggilan dari para tetua klan. Beberapa kali ia dipaksa untuk minum hingga Yuki jengkel.     

Bukannya ia tidak bisa minum. Ia hanya tidak menyukai sensasi kehilangan akal sehatnya ketika minum alkohol sehingga ia selalu menolak minuman tersebut di mana pun dan kapan pun. Akan tetapi, berargumen dengan orang-orang yang telah kehilangan kontrol diri akibat minuman tersebut sangatlah sulit. Walaupun Yuki bersikeras, pada akhirnya ia masih terpaksa meneguk beberapa gelas yang disodorkan.     

Ketika ia sibuk meladeni sosok-sosok besar klan rubah, jaraknya dengan Toma pun semakin melebar karena Toma juga sibuk meladeni beberapa pelayan berpangkat tinggi yang entah membahas apa. Tempat itu terlalu ribut hingga bahkan telinga tajam Yuki tidak dapat menangkap suara lebih dari radius dua meter.     

Tidak hanya itu, pijakan kakinya mulai goyah. Beberapa kali, Yuki hampir kehilangan pijakannya sehingga ia harus menggapai benda kokoh terdekat untuk menopangnya. Benaknya mulai berkabut dan peluh aneh membasahi keningnya. Pandangan matanya pun agak buram.     

'Apa aku mulai mabuk?'     

Seharusnya tidak mungkin. Walaupun Yuki tidak suka minum, ia peminum yang kuat. Bahkan ketika pada dewa-dewi dunia atas memaksanya mengikuti lomba minum yang entah dengan alasan apa digelar, Yuki merupakan yang terakhir bertahan. Bahkan, wajahnya tidak berubah merah sama sekali setelah ribuan gelas yang ia minum.     

'Bagaimana mungkin aku mabuk hanya karena beberapa gelas? Atau karena kekuatanku melemah?'     

Pikirannya terganggu oleh panggilan seseorang. Yuki tidak bisa ingat wajah orang tersebut, yang ia ingat hanyalah pria itu sangatlah menyebalkan, terus menyerocos tanpa henti.     

Menyeret tubuhnya yang lemas, Yuki tidak punya pilihan lain untuk terus merespon cerocosan tersebut seadanya.     

Napas Yuki memburu seiring dengan semakin tingginya suhu tubuhnya. Panas di tubuhnya ini sangatlah aneh karena memberikan sensasi di perutnya di mana terasa ada sesuatu yang asing berputar-putar di dalam bagian bawah perutnya.     

Yuki mulai curiga tapi ia tidak lagi bisa bertahan. Masih direcoki oleh cerocosan tanpa henti, ia kehilangan kesadarannya.     

Ketika Yuki kembali bangun, ia sudah terbaring di futon dengan Alex menaiki tubuhnya.     

Seharusnya Yuki menghentikan Alex. Namun, ketika ia mendorong Alex, tidak ada tenaga yang bisa dikerahkan sehingga ia hanya terlihat seperti tsundere yang menolak tapi sebenarnya mau.     

Yuki hanya bisa pasrah. Ia sadar bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan dan Alex juga kehilangan kontrol dirinya, jelas orang tersebut juga menjebak Alex untuk alasan tertentu.     

Akan tetapi, belum sempat ia memikirkan apa pun, dorongan Alex di dalam tubuhnya mengusir seluruh pikiran, mengkabutkan benak Yuki dengan gairah dan kenikmatan.     

Kebahagiaan membuncah di dalam hatinya. Meskipun ini sebuah jebakan, Yuki tidak bisa menghentikan dirinya untuk menikmati kegiatan intim dengan pria yang ia cintai.     

Akhirnya, ia bisa merasakan kehangatan tubuh kokoh Alex, membelai setiap inci lekukan tubuhnya hingga Yuki bisa membayangkan tubuh Alex bahkan dalam keadaan terpejam.     

Srek!     

Pintu geser kamarnya dibuka.     

Yuki buru-buru mengusir bayangan mesum dari otaknya. Ia berdehem kecil untuk menetralkan perasaannya tapi rona merah tetap merekah indah di wajahnya.     

"Kau berhasil mendapatkan informasi?" tanyanya kepada Toma yang sedang berjalan mendekat.     

Toma mengamati wajah Yuki sejenak, menyadari rona merah itu tanpa mengubah sedikit pun ekspresi wajah, lalu menjawab singkat, "Ya."     

Ia berhasil menginterogasi pelayan yang melapor kepada para tetua dan kepala klan. Dugaan mereka benar bahwa otak dari jebakan ini adalah sang putra kepala klan. Toma tidak perlu memberitahu alasannya untuk Yuki menyadari apa yang sedang terjadi.     

Sang putra mengumpulkan bawahan-bawahan serta pelayan-pelayan yang menurutnya bisa dipercaya. Mereka akan membuat Yuki tidak sadarkan diri kemudian membuatnya tidur bersama salah satu budak. Kemudian, pagi harinya, mereka akan menggerebek kamar Yuki dan memergokinya bersama incubus itu. Jika masalah ini tersebar ke masyarakat luas, reputasi Yuki akan segera merosot (jika para tetua berusaha menutupinya, sang putra memiliki berbagai cara untuk membiarkan masalah ini bocor ke public)! Akan lebih baik lagi jika Yuki sampai hamil mixed blood dan masa depan Yuki sebagai kepala klan akan binasa selamanya.     

Pelayan yang berhasil Toma tangkap merupakan bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk memindahkan tubuh Yuki dan Alex ke dalam kamar Yuki setelah mereka tak sadarkan diri. Toma juga dibuat tidak sadar malam itu, itulah mengapa ia tidak pergi mencari Yuki. Untungnya, sang putra tidak merencanakan hal buruk untuk dilakukan kepada Toma sehingga ia hanya tertidur di sebuah gudang kosong tanpa kehilangan pakaian maupun kesucian tubuhnya. Akan tetapi, kelalaiannya ini membuat Toma menyalahkan dirinya. Jika ia lebih cermat, ia seharusnya bisa mencegah sang tuan memasuki jebakan.     

"Tidak perlu menyalahkan dirimu. Aku yang salah. Aku terlalu terfokus pada Lauren sehingga kita menjadi buta akan apa yang terjadi di sekeliling kita."     

"Kesalahan Tuan juga merupakan kesalahan pelayannya." Toma menjatuhkan kelopak matanya, tidak ingin melihat pendapat sang tuan terhadap pernyataannya itu.     

Yuki menyadari hal itu dan menutup mulutnya, menunggu Toma melanjutkan informasi.     

"Menurut pelayan itu, awalnya budak yang dipilih bukanlah Alex. Budak itu sudah bersedia menerima suap dari sang putra dan semuanya sudah diatur dengan baik tapi Alex mencium keanehan dari pergerakan mereka sehingga mulai curiga. Sang putra marah besar terhadap perilaku Alex yang berusaha menggali informasi sehingga akhirnya sang putra merubah budak itu menjadi Alex. Ia menjadi semakin puas setelah mendengar Alex dirumorkan telah dibenci oleh Tuan selama ini. Menurut pelayan itu, sang putra ingin tertawa di depan wajah jelekmu ketika menyadari telah tidur dengan pria yang kau benci."     

Kenyataannya, sang Tuan merona merah ketika menyadari hal itu dan bahkan sebelum Alex bangun, Yuki sempat sulit menghentikan senyum di wajahnya.     

Jika sang putra mengetahui hal itu, ia pasti akan mati karena darah tinggi.     

"Alex menyadari keanehan ini dan dia berusaha menggali informasi?" Takut telinganya mulai berhalusinasi setelah mendengar terlalu banyak desahan malam kemarin, Yuki bertanya dengan mata membulat lebar.     

Toma dengan santai mengangguk.     

Rona merah di wajah Yuki semakin kentara. Bibirnya hampir tersenyum jika ia tidak buru-buru berdehem. "Be—begitu …."     

Tentunya Yuki sangat senang! Hal ini memperlihatkan bahwa Alex memperhatikan dan peduli padanya. Walaupun sedikit tidak pantas, ia bersyukur karena Alex mau mempedulikannya karena itulah yang membuat mereka dapat berhubungan malam kemarin. Jika tidak, Yuki harus tidur dengan seseorang yang tidak ia kenal maupun ia sukai.     

Akan tetapi, karena itu jugalah Alex terlibat dalam kekacauan ini dan sekarang, ia tidak tahu apakah sang putra masih memiliki cadangan rencana untuk menjatuhkan Yuki.     

Kali ini, setelah Yuki sudah mengetahui bahaya yang akan dibawa sang putra kepadanya, ia bersumpah tidak akan membiarkan Alex terlibat lagi!     

Membentuk kepalan tangan di dalam benak, Yuki mengangguk kepada Toma menandakan bahwa ia telah paham dan Toma pergi untuk mengerjakan tugas hariannya.     

Akan tetapi, Toma tetap bergeming. Ia menatap Yuki sejenak, mempertimbangkan sesuatu, sebelum berkata, "Apa Tuan tetap akan pergi dari kediaman?"     

Melihat perbuatan sang putra, Toma merasa rencana ini adalah jalan yang terbaik untuk sang tuan. Walaupun ketika mereka keluar, mungkin mereka akan berpapasan dengan Lauren tapi jika mereka bisa melewati radar Lauren dengan selamat, mereka bisa menghindari dua musuh yang mengancam kedamaian dan keselamatan Yuki.     

Toma berpikir ia akan mempercepat pengemasan barang-barang mereka ketika Yuki menggeleng pelan.     

Tanda tanya muncul di atas kepala Toma tapi detik berikutnya, pertanyaannya terjawab.     

Yuki yang duduk bersandar di kursinya, pelan-pelan mengelus perutnya yang hampir tidak berlemak. Senyum tipis tersungging di wajah dinginnya, memperlihatkan sedikit rasa sayang tapi juga memiliki setetes kecemasan.     

Toma kehilangan kemampuan berbicaranya untuk beberapa detik sebelum akhirnya ia berhasil mengeluarkan beberapa kata, "Tuan … ini …."     

Belum sempat Toma menyelesaikannya, Yuki sudah mengangguk.     

"Aku takut sudah ada nyawa tambahan di sini untuk aku jaga …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.