This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Jatuh dalam Jebakan



Jatuh dalam Jebakan

0Napas berat keluar dari mulut Alex yang basah. Rongga mulutnya dipenuhi air liur saat melihat pemandangan sedap di hadapannya.     
0

Yuki terbaring kacau di bawahnya dengan pakaian yang telah setengah terbuka, mengekspos dada putih bening, membuat dua puting susu merah mudanya begitu menarik mata. Kedua titik merah itu telah mengerucut tinggi dan membengkak karena terlalu banyak dihisap. Tanda-tanda merah samar-samar menyebar di sekujur tubuh Yuki. Melihat itu, mulut Alex semakin basah hingga ia harus menjilat bibirnya untuk menghentikan liurnya menetes jatuh.     

Ketika ia mendongak, matanya bertemu dengan milik Yuki, tajam seperti biasa tapi sedikit berkabut oleh gairah. Kedua alis mengerut dalam tapi bibir tipis merahnya yang terbuka begitu menggoda, seperti sedang mengundang Alex menerkamnya.     

"Bibir nakal ini sudah sangat bengkak tapi masih mau lebih?" tukasnya jahil.     

Mendengar itu, telinga Yuki tersentak kecil sebelum menekuk ke bawah dalam keadaan memerah. Bibir yang terbuka segera mengerucut tidak senang.     

Melihat itu, napas Yuki semakin memburu.     

Benda di tengah kakinya Alex membengkak di dalam Yuki membuat pria itu memekik. Alex merasa Yuki memprotes tapi jika Alex dalam keadaan sadar, ia bisa melihat bahwa garis wajah Yuki lebih lembut dari biasanya dan ketajaman pandangannya hanyalah untuk menutupi rasa malu.     

Hampir mencapai klimaks, Alex tidak lagi mengontrol dirinya, mengayunkan pinggulnya bagaikan binatang buas.     

Desahan menggema di dalam ruangan, bercampur dengan mentah daging yang bertemu.     

'Ah … ini mimpi yang indah ….'     

Ini bukan pertama kalinya Alex memimpikan melakukan hal seperti ini dengan Yuki tapi mimpi kali ini terasa sangat berbeda. Rasanya sangat nyata: detak jantung, desahan, suhu tubuh – semua yang diterima indera Alex bagaikan Yuki benar-benar ada di bawahnya sekarang. Alex tidak bisa melupakan sensasi senyata itu dan tentunya ….     

Ia tidak akan pernah bisa melupakannya seumur hidupnya ….     

BRAK! BRAK!     

Seseorang tiba-tiba menggedor pintu dengan sangat kasar, mengganggu Alex dari tidurnya.     

Alex ingin mengumpat kepada orang kurang ajar yang memutuskannya dari alam mimpi indah itu tapi seluruh ucapannya tercekat di tenggorokan. Langit-langit yang memasuki pandangannya sangatlah asing tapi yang bisa ia katakan secara pasti adalah langit-langit itu terbuat dari kayu yang kokoh tidak seperti gubuknya di area tempat tinggal para budak yang akan bergetar hanya karena diterpa angin malam.     

Belum sempat Alex selesai mencerna keadaannya, lengannya sudah ditarik kuat, memaksanya bangun dari futon yang hangat. Ia menyadari tubuhnya tidak terbalut sehelai benang pun dan ketika kakinya akhirnya mendapatkan pijakan, ia merasakan sesuatu yang basah dan licin tertinggal di permukaan futon.     

Awalnya Alex mengira itu adalah hasil dari mimpi erotisnya pagi ini tapi keadaan di sekelilingnya terlalu mencurigakan.     

'Ini di mana?'     

'Mengapa aku dalam keadaan telanjang?'     

Berusaha mencari jawaban, Alex menoleh pada orang yang menariknya. Sesaat itu juga, ia merasa kulit kepalanya kebas.     

Itu adalah Yuki!     

Tidak hanya itu, walaupun Yuki terbalut pakaian, keenam lapis pakaian musim gugurnya lecek dan kusut, tidak rapi seperti biasanya. Kulit beningnya memiliki jejak kemerahan yang misterius dan lebih dari semuanya adalah keadaan bibir Yuki yang bengkak.     

Ingatan akan mimpi indah itu melintasi benak Alex.     

'Jangan-jangan itu … bukan mimpi?!'     

Jantung Alex berdegup kencang. Kesenangan, ketidakpastian, keraguan, dan ketidakenakan bercampur menjadi satu. Di sisi lain, jika mimpinya benar-benar nyata, tentunya ia akan sangat bersemangat karena akhirnya ia bisa berhubungan intim dengan orang yang ia cintai. Akan tetapi, di sisi lain, ia tidak yakin Yuki akan memiliki perasaaan yang sama. Pria yang begitu lurus dan selalu menguarkan aura kesucian itu, memikirkannya saja, Alex sudah yakin Yuki akan marah dan membencinya.     

Lagi pula, mereka telah secara tidak sengaja meloncati beberapa langkah dalam memupuk hubungan. Seharusnya Alex mulai dari pernyataan terlebih dahulu tapi mereka telah meloncat ke hubungan tubuh terlebih dahulu. Ini sedikit salah.     

Di luar semua itu, Alex juga bertanya-tanya bagaimana mereka bisa berakhir dalam keadaan seperti ini?     

'Bukankah kemarin malam ….'     

BRAK! BRAK! BRAK!     

Gedoran pada pintu semakin kuat hingga pintu geser ruangan itu terasa akan patah kapan saja.     

Kali ini tidak hanya gedoran, teriakan seseorang juga terdengar. "KELUAR FUYUKI YUKI DAN BAWA PARTNER MALAMMU KELUAR! DASAR BAJINGAN KOTOR RENDAHAN!"     

Mendengar itu, tanda tanya besar tergantung di kepala Alex. Ia menatap Yuki tapi Yuki tidak punya waktu untuk menjawabnya.     

Rubah itu menarik Alex menuju jendela, pelan-pelan membukanya. Di sana sudah berdiri Toma yang terus mengamati sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan.     

"Keluar dari sini! Cepat! Dan jangan pernah kembali ke tempat ini, mengerti?" bisik Yuki memperingatkan.     

Belum sempat Alex ingin memprotes, Yuki sudah mendorongnya keluar dari jendela. Alex bisa mendengar ringisan Yuki ketika pria itu bergerak terlalu cepat untuk mendorong Alex.     

Hati Alex kacau. Ringisan itu semakin menyadarkan Alex bahwa malam panas itu benar-benar nyata.     

BRAK! BRAK! BRAK!     

"JIKA KAU TIDAK SEGERA KELUAR, MAAFKAN KETIDAKSOPANANKU TAPI AKU AKAN MASUK TANPA IJIN!"     

"Cepat!" desis Toma yang langsung menarik Alex seluruhnya keluar dari jendela. Wajahnya masih panas dingin ketika mengingat pemandangan yang ia lihat subuh tadi dan jantungnya berdegup sangat kencang, penuh kecemasan.     

Setelah Alex berhasil dilarikan pergi melalui semak-semak dan pepohonan di sekeliling kediaman Yuki, ia buru-buru menutup jendela. Ia tidak punya waktu untuk menghela napas lega dan buru-buru menyembunyikan futon kotor yang tergeletak di tengah kamar. Sebelum pintu malang itu benar-benar dipatahkan, Yuki akhirnya membuka pintu.     

Menggunakan seluruh kekuatannya, mengabaikan ketidaknyamanan yang tertinggal di area bawah pinggul, Yuki mengumpulkan seluruh kedinginan di wajahnya.     

Ketika pintu terbuka, wajah pertama yang ia lihat adalah putra dari kepala klan, lengkap dengan senyum mencemooh dan penuh kemenangan.     

Di sampingnya, berdiri Shima yang masih mengantuk sembari memijit pelipisnya yang berdenyut akibat meminum terlalu banyak alkohol kemarin malam. Apa pun yang dilakukan Yuki sebenarnya tidak ada hubungan dengannya karena ia juga diam-diam mengumpulkan harem di luar pengetahuan keluarganya sendiri tapi untuk menutupi hal itu, walaupun mengantuk, Shima berusaha mengumpulkan keseriusan di wajahnya.     

Tidak hanya Shima dan putranya, beberapa tetua klan (juga memiliki sakit kepala akibat minum-minum kemarin malam) yang ragu-ragu juga berada di sana ditambah sekumpulan prajurit yang biasanya ditugaskan untuk menghukum pendosa.     

Terlepas dari dugaan di hatinya, Yuki tetap berakting bingung. "Apa kau waras? Omong kosong apa yang kau lemparkan pagi-pagi begini dan mengganggu tidurku?!" Yuki tidak lagi menggunakan kesopanan dengan memanggil sang putra kepala klan dengan 'Tuan'.     

Wajah sang putra menggelap tapi ia yakin akan kemenangannya jadi detik berikutnya, cahaya kembali menyinari wajahnya.     

"Hmph! Jangan pura-pura suci! Aku mendengar laporan bahwa kau sudah berhubungan tidak senonoh dengan salah satu budak. Tidak kusangka kau yang selalu berakting bahwa kekotoran di dunia ini tidak boleh menempel sedikit pun bahkan pada sudut kecil lengan pakaianmu akan melakukan hal yang paling tabu di Klan Rubah! Dasar munafik! Cepat keluarkan pasangan ma … lam … mu …. …."     

Sang putra mendorong Yuki ke samping, masuk ke dalam kamar dengan penuh semangat untuk hanya melihat sebuah kamar sederhana yang kosong. Bahkan tidak ada futon tergelar di sana.     

"I … ini …?"     

Beberapa tetua menatap satu sama lain, saling membisikkan keraguan mereka yang semakin kuat.     

Beberapa dari para tetua lebih menyukai Yuki dan mendukung posisi kepala klan selanjutnya untuk Yuki tapi tetua lainnya yang mendukung sang putra kandung kepala klan segera menghardik ketidaksopanan mereka, tentunya dengan membisik juga.     

Meskipun begitu, hari masih pagi dan sepi. Seluruh bisikan itu terdengar seperti percakapan biasa di telinga sang putra membuat wajahnya berubah merah kemudian berubah hijau.     

Melihat perubahan itu, para tetua buru-buru menutup mulut sebelum sang putra bisa melampiaskan amarahnya. Hal ini membuat sang putra semakin merasa terhina.     

Untungnya, sebelum ia bisa meledak dengan penuh kearoganan, Shima sudah menarik fokus kembali pada Yuki.     

"Yuki, apakah benar kau tidur dengan salah satu incubus yang menjadi budak kita tadi malam?" tanyanya tanpa basa-basi. Kebenarannya tidak penting bagi Shima, ia hanya melakukan tugasnya sebagai kepala klan agar tidak disalahkan setelah ini karena mengabaikan pekerjaannya.     

Yuki mengernyit dalam. Setiap orang bisa melihat betapa Yuki jengkel karena telah dituduh tanpa alasan.     

Yuki mengerahkan seluruh kemampuan aktingnya untuk terlihat telah dihina begitu dalam oleh seluruh sosok besar klan rubah yang ia hormati. Hal ini membuat beberapa tetua tidak berani menatap Yuki dengan rasa bersalah.     

"Aku tidak tahu kalian semua menganggapku orang yang seperti itu? Apakah aku terlihat bisa melakukan hal-hal yang begitu hina?"     

Mulut Yuki pahit seketika karena telah secara tidak langsung menghina perbuatannya malam itu. Walaupun di awal ia enggan karena ia sadar ia telah dijebak oleh seseorang tapi semakin larut malam, ia tidak lagi memikirkan apa pun dan menikmati hubungan dengan orang tercintanya dengan sepenuh hati. Malam itu indah dan menghinanya membuat hati Yuki sakit.     

Tentunya ia berhasil untuk menekan emosinya itu dari muncul di wajah.     

Sekarang, bahkan Shima tidak mampu menatap Yuki lurus-lurus lagi.     

Di sampingnya, sang putra bingung sekaligus marah. Ia menatap tajam seorang pelayan yang telah ditugaskan untuk melaporkan masalah ini kepada para sosok kebesaran. Hal ini juga membuat sang putra yakin bahwa rencananya telah berhasil.     

Namun, apa yang ia dapatkan sekarang?! Bahkan jejak incubus yang telah ia jebak pun tidak ada di sana!     

Pelayan itu menurunkan pandangannya, tidak berani membalas tatapan sang putra. Seluruh tubuhnya gemetaran ketakutan.     

Ia sendiri merasa tidak adil. Lagi pula, ia dan rekan-rekannya yang bersekongkol telah memastikan bahwa rencana mereka telah berhasil. Kepala pelayan yang membantu mereka menjebak Alex pun bisa memastikan bahwa mereka semua telah melaksanakan tugas mereka dengan benar.     

Tapi sekarang ia sendiri dan tidak ada yang bisa membantunya. Pelayan itu hanya bisa mengeratkan genggamannya dan menekan amarah yang telah membuncah di dalam hatinya.     

Setelah ini apa pun yang terjadi, ia akan mencari si Alex keparat itu dan memaksanya memuntahkan semuanya!     

Walaupun ia tidak punya dendam dengan Alex dan bahkan sebelumnya cukup dekat dengan budak yang sangat ramah dan hangat itu, sekarang ia punya dendam dan untuk apa ia memaafkan seorang budak rendahan, terlepas dari seluruh kehangatan hubungan mereka sebelumnya.     

Shima mengecek kembali apa yang Yuki lakukan tadi malam untuk meyakinkan semua orang bahwa ia bekerja sebagai kepala klan lalu membubarkan semuanya setelah mengumumkan bahwa ini hanyalah kesalahpahaman.     

Sang putra sangatlah murka. Seharusnya mereka bisa menginterogasi saksi mata tadi malam untuk mendukung pernyataan Yuki. Ia yakin Yuki telah berbohong tapi ayahnya tidak mau repot dan segera menutup kasus.     

Sang putra semakin penuh oleh rasa iri dan dengki. Ia semakin yakin Yuki akan mengambil posisi yang seharusnya telah menjadi miliknya dan akan resmi menjadi miliknya dalam beberapa tahun lagi.     

'Aku tidak bisa membiarkan ini!'     

Walaupun ia kesal tapi ia tidak bisa membantah ayahnya. Jadi, ketika ia berjalan pergi bersama tetua dan ayahnya, benaknya telah memasak rencana lainnya untuk menjebak Yuki.     

Pelayan yang telah melaporkan masalah ini akhirnya dihukum karena telah dianggap menuduh dan mencemarkan nama baik. Hatinya semakin hitam ketika ia selesai menjalani hukuman. Ia akan memastikan Alex dalam keadaan setengah mati setelah ini.     

Akan tetapi, belum sempat ia melaksanakannya, seseorang telah menangkapnya terlebih dahulu ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.