This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Mengamati Diam-Diam



Mengamati Diam-Diam

0"Yuki, bagaimana? Apakah kau sudah terbiasa tinggal di sini?"     
0

Kepala Klan Rubah, Fuyuki Shima, duduk santai pada kursi yang berlapiskan emas – satu-satunya kursi tinggi dengan empat kaki, sandaran lengan, dan sandaran punggung yang terletak di dalam ruangan luas itu. Setelah melontarkan pertanyaan, ia mengangkat cangkir kecil teh lalu menyeruput isinya hingga habis.     

Yuki duduk berlutut di atas bantal duduk, menghirup bau teh sebelum menurunkan bulu matanya, menyeruput teh hingga habis.     

Setiap pergerakannya begitu elegan hingga walaupun pemilik ruangan itu telah duduk di kursi yang gemilang, daya Tarik Yuki yang duduk di atas bantal duduk usang sederhana lebih kuat. Tidak ada pelayan yang dapat melepaskan pandangan mereka dari Yuki jika sang majikan tidak berdehem untuk menegur kelancangan mereka.     

Oleh karena tingkat pandangan yang berbeda, Yuki mendongak sedikit agar dapat menatap Shima. Melihat pergerakan itu, Shima yang awalnya agak jengkel akhirnya kembali tersenyum puas dan arogan.     

Tujuan Shima hanya menyiapkan bantal duduk adalah karena setiap orang yang mengunjunginya harus mendongak untuk dapat berbicara dengannya. Hal ini memberikan Shima rasa superioritas.     

"Aku sudah terbiasa. Terima kasih atas kebaikan hati Tuan Besar kepada Yuki ini." Yuki menurunkan wajahnya, membungkuk hormat.     

Shima membusungkan dadanya dengan bangga. Semua orang menghormatinya dan tidak berani menyinggungnya dan ia sangat puas dengan hal itu.     

Tidak ia ketahui bahwa tujuan Yuki menunduk adalah untuk menutupi cibiran di matanya.     

'Munafik! Klan rubah yang agung? Pantatmu!'     

Klan Rubah selalu menjual image sebagi klan yang suci, terpisah dari hal-hal manusiawi seperti nafsu birahi. Hanya Yuki yang tahu bahwa anak muda (ya, anak muda karena bagi Yuki, tidak ada makhluk hidup yang setua dirinya selain Alex dan Vasile di sekitar sini. Walaupun Shima memiliki wajah yang sudah berkerut dibandingkan wajah Yuki yang masih mulus bagaikan kulit bayi) bernama Fuyuki Shima ini memiliki satu kediaman khusus di mana ia menyimpan half-beast, manusia, maupun incubus yang kebanyakan masih di bawah umur untuk bersenang-senang.     

'Menghukum mereka yang melahirkan mixed blood?'     

'Hmph! Jika Shima tidak memaksa semua anggota haremnya untuk aborsi, pabrik produksi mixed blood terbanyak akan menjadi harem keparatnya itu!'     

Yuki benar-benar ingin muntah.     

Jika ia tidak membutuhkan tempat bersembunyi, ia sudah lama menendang pantat Shima dan membakar habis klan rubah. Benar-benar memalukan leluhurnya!     

Shima berpuas diri dengan memuji dirinya yang telah begitu baik hati untuk menyelamatkan dan merawat Yuki yang bukan siapa-siapa.     

Yuki masih menunduk untuk menutupi bola matanya yang terus berputar hingga ia merasa akan juling.     

Siapa itu Fuyuki Shima?     

Pekerjaannya sebagai kepala klan saja tidak becus! Banyak masalah yang terjadi selama masa kekuasaan Shima dan jika pria itu tidak licik untuk bisa menutupi seluruh kesalahannya dengan menggunakan kambing hitam, Shima sudah lama jatuh dari keluhurannya.     

Sekarang, Yuki yang berhutang budi lah yang bertugas untuk membersihkan kotoran di pantatnya!     

'Kau masih bisa memuja-muji dirimu! Kau tidak tahu seberapa sakitnya kepalaku setiap hari mengurus sisa kotoranmu!'     

Satu tahun telah berlalu sejak pertama kali Yuki tiba di kediaman ini dan selama setahun itu juga Yuki baru sadar bahwa sebenarnya mulutnya cukup kasar. Hanya saja selama ini, ia belum pernah menemui orang yang perlu umpatannya. Bahkan Alex tidak sampai memancing dirinya mengumpat kotor. Baru setelah bertemu dengan Shima lah segala kosa kata kotornya keluar tanpa henti setiap hari melalui mulut fisik maupun mulut mentalnya.     

"Baiklah kalau begitu! Kau bisa pergi dan mengerjakan tugasmu! Aku masih memiliki kesibukan lain. Ah~ ah~ sibuk sekali menjadi kepala klan," pinta Shima seraya menggosok-gosok pipi keriputnya, seolah-olah ia begitu stress dengan seluruh pekerjaannya hingga kulitnya menua begitu cepat.     

Yuki menahan dirinya untuk tidak mengacungkan jari tengah.     

'Pekerjaan apa yang kau selesaikan sampai pantas mengeluh seperti itu?! Setiap hari kerjaanmu hanya bermain dengan anak-anak di bawah umur di harem bajinganmu itu! Kau masih mengeluh kulitmu menua?! Seharusnya aku yang menggosok kulitku bukan kau! Jika aku tidak lagi menarik untuk bisa mengambil hati Alex, kau harus tanggung jawab!'     

Sudut bibirnya berkedut hebat ketika ia berusaha mengeluarkan ucapan sebaik mungkin untuk pamit.     

Ia berdiri masih sambil menunduk seraya berjalan mundur menuju pintu ruangan. Sudut matanya menangkap kemewahan pajangan dan dekorasi di seluruh penjuru ruangan itu dan matanya kembali berkedut lagi.     

'Sederhana dan suci?!'     

Fuyuki Shima ini benar-benar munafik! Pakaian putih bersihnya bahkan tidak bisa lagi menyelamatkan dirinya dari semua kebusukan hatinya.     

Setelah keluar dari ruangan keparat itu, Yuki berjalan tenang menuju halaman belakang yang terpencil bersama pelayan pribadinya, half-beast spesies serigala yang bernama Shikida Toma.     

Sesampainya di halaman belakang, setelah celingak celinguk memastikan tidak ada yang berada di sana, keluhan di dalam hatinya langsugn meluap. Yuki mengambil batu tidak berdosa di sekitarnya dan mulai melemparnya dengan kasar. "Anj*ng, b*ngsat, asdfghjkl@#$%!!!!"     

Toma menonton Tuannya kehilangan seluruh keagungannya tanpa mengubah sedikit pun ekspresi. Lagipula, ini sudah menjadi tontonan harian sejak ia melayani Yuki.     

"Hah … hah …."     

Puas mengeluarkan seluruh kekesalannya, Yuki mengatur kembali napas yang terengah-engah sembari meluruskan kembali kekusutan pakaiannya.     

"Ehem!" Mengembalikan es di wajahnya, Yuki berbalik hendak kembali ke ruang kerjanya tapi ….     

"?!!!!"     

Mata Yuki hampir lepas dari soketnya.     

Toma menangkap keanehan itu, buru-buru mengikuti arah pandang Yuki lalu menarik orang tersebut keluar dari persembunyian.     

"Ah! Maaf, maaf! Aku benar-benar tidak bermaksud mengintip. Aku kebetulan lewat dan mendengar sedikit keributan di sini jadi aku datang untuk mengecek keadaan. Tidak aku sangka … eh … itu …." Pria yang tertangkap basah mengalihkan pandangannya kepada Yuki dengan ragu-ragu. "Ehehe … tidak kusangka, Tuan Yuki mengetahui banyak kosa kata yang luar biasa."     

Darah mendidih hingga ke pangkal kepala. Dalam sekejap, kepala Yuki meledak menghasilkan kepulan asap.     

'MENGAPA DI ADA DI SINI?! DAN PAS SEKALI KETIKA AKU SEDANG MENGUMPAT!!! AHHHH IMAGEKU! TIDAKKKK!!!'     

Di hadapannya sekarang, Alex Pavel masih tertangkap di lengan Toma, tersenyum bodoh kepada Yuki.     

Mengapa orang yang paling tidak boleh mengetahui sisi kasar Yuki ini malah secara kebetulan ada di sini?!     

Harapannya yang sudah pupus dan kemudian ia pupuk kembali, pada akhirnya mulai pupus lagi terbawa angin dingin.     

Yuki ingin menggali lubang dan masuk ke dalamnya sekarang juga! Tapi pada akhirnya, ia terlalu terbiasa berakting tenang walaupun hatinya sedang mengalami tsunami dan tornado.     

Walaupun wajahnya merah padam, Yuki tetap tegap dan tenang layaknya patung dingin. Berdehem kecil, ia berucap dengan tegas. "Apa yang kau maksud? Aku sedang mengamati keindahan pemandangan di sini dan tidak mendengar ada keributan sama sekali."     

Yuki tahu ia benar-benar tidak tahu malu tapi ia hanya berharap Alex tidak lagi membahas hal ini.     

Tentunya, Alex memahami isyarat 'tutup mata, telinga, dan mulut' dari Yuki. Membentuk tanda ok dalam hatinya, Alex tersenyum bingung sembari menggaruk rambutnya. "Eh? Aneh … mungkin telingaku sudah tidak berfungsi dengan baik hahaha … mohon maaf Tuan budak ini sudah mengganggu waktu berhargamu. Budak ini mohon pamit."     

Melihat bahwa pria yang bersembunyi itu adalah Alex, Toma sudah melepaskan pria itu ketika Yuki sedang melemparkan kode kepada Alex.     

Jika ada yang mengganggu Yuki, tidak aka nada yang bisa lepas dari hukuman kecuali pria incubus bernama Alex Pavel ini. Walaupun Toma tidak tahu alasannya tapi ia tahu hati sang tuan telah tertaut erat kepada Alex Pavel.     

'Yah … senyumnya memang lebar dan menghangatkan. Mungkin karena itu?' Tebak Toma tapi ia tidak pernah berani mengucapkan tebakannya secara langsung.     

Yuki memiliki kulit yang tipis dan memperbincangkan masalah percintaan yang Yuki yakin telah ia sembunyikan dengan baik dari semua orang hanya akan memberi Toma masalah. Bukan berarti Yuki tidak menyembunyikanna dengan baik, bahkan begitu baik hingga siapa pun yang melihat Yuki dan Alex bersama-sama hanya akan mengira Alex adalah orang yang paling Yuki benci di dunia ini.     

Hanya saja, Toma yang telah mengekori Yuki ke mana-mana tahu satu rahasia.     

Setiap kali Alex melewati jendela ruangannya, Yuki akan mengambil waktu beberapa menit – seberapa sibuknya pekerjaannya saat itu – untuk mengamati Alex dengan penuh cinta. Setiap selesai bekerja atau sebelum melakukan pekerjaannya, Yuki dengan sengaja mengambil jalan memutar yang akan membawanya ke tempat para incubus biasanya bekerja hanya untuk melihat wajah Alex walaupun hanya untuk beberapa detik.     

Walaupun semua orang mengira itu hanyalah bentuk kebencian Yuki yang sudah tak terselamatkan kepada Alex hingga Yuki akan repot-repot datang untuk memprovokasi Alex, Toma tahu bahwa jika Yuki berhasil melihat wajah Alex, tuannya akan mengerjakan pekerjaan hari itu dengan hati berbunga-bunga bahkan sampai bersenandung sementara di hari-hari Yuki tidak berhasil menemukan Alex, Yuki akan mengerjakan pekerjaannya bagaikan akhir dunia sudah di ujung mata.     

Alex sudah hampir pergi ketika Yuki tanpa sadar mengeluarkan pikirannya, "Tunggu sebentar!" Suaranya begitu keras hingga tidak hanya Alex, Toma pun terkejut.     

'O—oh … Tuan kau menggali kuburanmu sendiri ….'     

Yuki langsung merah padam. Ia tidak bermaksud menghentikan Alex. Hanya hatinya yang mengeluh kecil tidak ingin berpisah dari Alex untuk sementara waktu. Ia telah terlalu teledor membiarkan isi hatinya kabur.     

"Ada sesuatu yang tertinggal?" tanya Alex setelah tersadar dari kekagetannya.     

Pria itu memasang wajah seperti tidak ada yang terjadi membuat Yuki menghela napas lega. Sikap Alex yang penuh pengertian itu benar-benar membantu Yuki yang bertemperamen sulit.     

"Bekerja keraslah juga hari ini." Setelah berpikir keras, akhirnya Yuki mengeluarkan lima kata itu dengan canggung.     

Kulit tipisnya sudah seperti kepiting rebus tapi ekspresi wajah tetap sekeras batu berharga.     

Alex menyunggingkan senyum cerah. Ia buru-buru membungkuk dalam, "Baik, Tuan! Budak ini akan bekerja keras juga hari ini!" serunya penuh semangat hingga kedua pipinya memerah.     

"O … oh …. Ehem! Ok kau bisa pergi."     

"Terima kasih, Tuan!"     

Yuki bisa melihat senyum lebar Alex lagi untuk beberapa detik ketika Alex menegakkan kembali tubuhnya.     

Senyum itu berhasil mempercepat pacu jantung Yuki lagi hari ini.     

Ketika Alex membalikkan badannya, Yuki diam-diam mendesah penuh kekecewaan. Walaupun begitu, ia hanya bisa menatap punggung lebar yang bergerak menjauh itu dengan penuh kerinduan, padahal mereka bahkan belum sempat berpisah ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.