This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Aku Tidak Tahu Apakah Aku Cukup Kuat



Aku Tidak Tahu Apakah Aku Cukup Kuat

0Ketika Luca bangun untuk pertama kalinya di kediaman, Mihai juga mendapatkan kembali kesadarannya.     
0

Ketika ia membuka mata, langit-langit sederhana yang terbuat dari kayu memenuhi pandangan. Setelah memfokuskan pandangannya, kepalanya berputar ke sekeliling ruangan.     

Dibandingkan sebuah ruangan di dalam rumah, dilihat dari pemandangan luar melalui jendela yang terbuka, rumah ini hanya memiliki satu ruangan sederhana, yaitu ruangan yang sedang Mihai tempati. Selain tempat tidur yang tergelar di atas lantai kayu, terdapat dua hingga tiga meja yang disusun berdekatan dengan satu sama lain membentuk huruf L pada sudut dinding. Di atas meja, terdapat berbagai benda dari alat makan, buku-buku, hingga tanaman-tanaman yang tidak Mihai ketahui identitasnya. Di sudut lainnya terdapat lemari anyaman yang berisi pakaian dan pemanas yang berisikan arang hitam. Berjarak beberapa sentimeter dari sana, tergantung cermin panjang pada dinding.     

Mihai bangun lalu berjalan menuju cermin. Dirinya yang terpantul di cermin itu tidaklah berbeda dari sebelumnya: telinga dan ekor harimau, postur tubuh yang sama, beserta pakaian kemeja yang ia gunakan di pesta pernikahan Papa-nya. Hanya saja, kulitnya yang awalnya sedikit kasar dan agak gelap di beberapa tempat berubah menjadi lebih bening, kenyal, dan halus bagaikan kulit bayi. Rambut jingganya berubah menjadi warna putih di bagian atas dan sedikit demi sedikit berubah menjadi warna jingga di ujungnya (rambutnya masih pendek seperti semula), dan ekor harimaunya menjadi dua buah satu berwarna putih sementara yang satunya berbulu jingga. Tidak hanya itu, matanya pun menjadi berbeda warna seperti di kehidupannya sebelumnya, sisi kirinya berwarna merah tua sementara sisi kanannya berwarna kuning keemasan.     

Kriet!     

Pintu di belakang Mihai tiba-tiba terbuka. Ia membalikkan tubuh dan saat itu juga langsung bertemu pandang dengan sepasang mata emas yang dingin. Seorang pria, dengan tinggi yang hanya mencapai leher Mihai. Dari atas kepala hingga ujung kaki, satu kata untuk menggambarkan pria itu adalah putih. Telinga rubahnya berbulu putih, rambutnya juga putih, kulitnya juga pucat dan bening, pakaian yang membalut tubuh rampingnya juga putih bersih dan dua ekornya juga berbulu putih dengan lebat. Hal itu membuat mata emasnya semakin menonjol.     

Menemukan Mihai yang berdiri di balik pintu, mata pria itu membulat lebar tapi tidak butuh satu detik untuknya kembali berekspresi tenang bagaikan tidak ada hal di dunia ini yang dapat mengganggu ketenangannya.     

"Kau sudah bangun. Kau tahu ini di mana bukan?" Suara pria itu sangatlah lembut tapi memiliki kedalaman yang tak berdasar.     

Belum sempat Mihai menjawab, sesosok pria jangkung berambut biru muda tiba-tiba muncul dari belakang pria rubah itu. Senyumnya bagaikan matahari pagi, melelehkan gunung es yang tumbuh di dalam hati Mihai dalam sekejap.     

Pria jangkung itu sedikit lebih tinggi dari Mihai, memiliki tanduk incubus. Ia mengenakan pakaian yang mirip dengan pakaian panjang berlapis tiga milik pria rubah tapi bedanya, pria itu hanya mengenakan satu lapis pakaian panjang dan kerahnya sedikit terbuka, memperlihatkan sedikit dadanya yang kokoh dan padat. Mata merah tuanya menyipit lembut ketika bertemu pandang dengan Mihai. Dengan suara riang, ia berseru, "Oh! Kau sudah bangun rupanya! Bagaimana? Apakah ada yang tidak nyaman?"     

Ekspresi wajah pria rubah tidak berubah tapi sepertinya ia sedikit kesal karena sudah diganggu percakapannya karena walaupun kecil, tapi Mihai dapat melihat tangan pria rubah yang mendorong kuat dada si incubus, seperti menyalahkannya. Sementara, si incubus hanya menurunkan pandangannya sebentar kepada pria rubah lalu tersenyum tampak gigi, tidak terlihat keberatan dengan protes tersebut.     

Keduanya tidak menyadari Mihai yang mengamati keduanya dalam diam. Juga tidak menyadari sorot mata hangat muncul untuk beberapa detik sebelum yang detik hilang. "Aku sudah bangun dan tidak ada yang tidak nyaman. Seluruh tubuhku sehat dan untuk menjawab pertanyaanmu mengenai apakah aku tahu aku di mana … egh … tahu dan tidak tahu?" Ketika ia mengucapkan jawaban terakhirnya, kepala Mihai sedikit miring.     

Penjelasan dari Carme sangatlah singkat. Ia tidak begitu paham sehingga ia menjawab dengan jujur tapi pria rubah yang mendengar jawabannya malah mengernyit dalam dengan tidak senang. Wajahnya seperti mengatakan 'jawaban lelucon apa itu?'.     

Mihai jadi tersinggung. "Aku menjawab jujur! Paman Carme hanya bilang bahwa aku berada di dimensi para beast dan aku dipindahkan oleh Rubah Mistis ke tempat ini. Jika tidak ada yang salah berarti kau adalah Rubah Mistis dan aku sedang berada di dimensi para beast," ujarnya seraya menatap si pria rubah.     

Pria rubah itu tetap dingin sementara pria incubus di belakangnya tersenyum semakin lebar. Kali ini, si incubus yang menjawab, "Setengah benar, setengah salah."     

"Pria ini memang si Rubah Mistis. Namanya adalah Yuki dan kau bisa memanggil namanya langsung. Tidak perlu sungkan!"     

Si incubus berhasil mendapatkan satu sikutan di perut dari sang Rubah Mistis, Yuki. "Siapa yang memberikanmu ijin untuk menentukan bagaimana orang lain memanggilku?!"     

"Ehehe … jangan pelit, Yuki. Dengan hubungan kita, aku setidaknya memiliki hak ya—auw!"     

Yuki kembali menyikutnya tanpa membiarkan ia menghabiskan seluruh ucapan. "Omong kosong! Hubungan apa pun itu, keputusan tetap di tanganku!"     

"Ai … baiklah baiklah. Aku akan mendengarkan apa yang kau katakana, Say—au!"     

'Jangan panggil aku sayang!" protes Yuki yang tidak lagi bisa mempertahankan ketenangannya. Wajah dinginnya telah merah padam. Ia menggeram ganas dengan kedua taring muncul dari balik bibir. Bulu putih di pangkal telinganya ikut memerah.     

Tidak mau membiarkan si incubus meracau lebih dari ini, Yuki buru-buru mengambil alih pembicaraan. "Pokoknya, kau bisa panggil aku Paman atau Kakak tapi tidak hanya Yuki saja! Lalu yang menyebalkan ini adalah Alex. Alex Pavel, pa—pasanganku."     

Mendengar Yuki memperkenalkan status hubungan mereka, Alex menyunggingkan senyum miring menggoda. Yuki mengeratkan rahangnya kesal. Ia tergoda untuk menghantamkan satu pukulan pada dagu Alex untuk menghentikannya tersenyum seperti itu tapi hal yang harus dibahas dengan Mihai lebih penting jadi Yuki berusaha menjadi orang buta.     

"Ehem! Lalu … di sini bukan dimensi beast. Kau berada di dalam dimensi buatanku. Aku membawamu ke sini karena kau harus mempersiapkan diri dulu sebelum melaksanakan misimu di dimensi beast. Aku mendengar pasanganmu sedang dalam bahaya dan kau tidak bisa menghabiskan waktu terlalu banyak jadi selama persiapan awal, kau tinggal dulu di sini. Aku bisa mengatur perputaran waktu di dimensi ini sehingga berapa lama pun kau menghabiskan waktu di dalam sini, aku bisa menjamin hanya sedikit waktu berlalu di dunia luar."     

Mihai mengangguk. "Terima kasih sudah mempertimbangkan keadaanku."     

Yuki menggeleng. "Tidak. Aku yang butuh bantuanmu jadi sudah seharusnya aku tidak merugikanmu selama kau bersedia membantuku."     

"Oh ya. Bantuan apa yang membutuhkan kekuatanku? Aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk membantu masalah seorang Rubah Mistis yang terkenal kuat." Kontras dengan ucapannya itu, Mihai tidak terlihat kesulitan. Daripada kesulitan, Mihai terlihat berusaha memancing sesuatu dari Yuki.     

'Apa hanya imajinasiku saja?' Walaupun ini pertama kalinya Yuki bertemu dengan Mihai secara langsung, ia memiliki gambaran bagaimana sifat Mihai selama ini. Mihai bukan tipe orang yang pandai mengucapkan kata-kata terselubung. Akan tetapi, cara Mihai berekspresi sekarang memberinya kesan bahwa Mihai telah mengetahui sesuatu tapi berusaha memancing Yuki untuk mengatakannya secara langsung.     

Hal ini tidak memberikan kenyamanan bagi Yuki sehingga wajahnya menggelap.     

Mengabaikan ketidaknyamanan itu, Yuki berkata, "Duduklah dulu. Mari kita bicarakan sambil minum teh."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.