This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Alex dan Yuki (2)



Alex dan Yuki (2)

0"Kau dengar aku?!" bentakan serak menyentak Alex kembali dari pikirannya.     
0

Dengan susah payah, Alex memfokuskan pandangan matanya dan ia dapat melihat sosok Yuki, kali ini telah berjongkok di samping tubuhnya yang terlentang di atas tanah. Genangan merah tersebar di bawah tubuhnya.     

'Oh … dia masih di sini? Halusinasiku benar-benar kuat. Sepertinya aku benar-benar terlalu mabuk oleh cinta.'     

Mungkin harapannya terhadap setetes kecil perasaan Yuki terhadap Alex terlalu besar karena sekarang ia merasa bisa melihat warna merah melingkari mata emas Yuki. Pantulan cahaya membuat bola mata indah itu berkilau, memberitahu Alex bahwa air telah berkumpul di sana.     

Alex terperangah. Ia semakin merasakan dirinya sangat menyedihkan tapi tidak masalah. Ia sudah hidup menderita cukup lama, di tengah penderitaan lainnya, biarkanlah ia senang walaupun hanya dalam halusinasi.     

"Maaf … aku tidak … dengar. Kau … bilang apa?" Alex harus mengerahkan begitu banyak kekuatan untuk bernapas lalu memaksakan kata-kata keluar dari mulutnya. Seluruh lukanya berteriak di setiap pergerakan mulutnya, membuatnya bermandikan keringat dingin.     

Yuki tiba-tiba mengulurkan tangannya dan cahaya kuning lembut menyelimuti tangannya. "Jangan bicara lagi. Pokoknya dengarkan aku sekarang! Fokus!" pintanya. Suaranya bergetar.     

'Ah … aku benar-benar ….' Alex tertawa kecil dan langsung mengeluh kesakitan.     

"Kau!" Yuki ingin menepuk perut Alex untuk memarahinya tapi pada akhirnya, Yuki mengurungkan niat.     

Menahan getaran di suaranya, ia berucap, "Aku … apakah di bayanganmu aku sejahat itu untuk menginginkanmu terbunuh hampir setiap hari?!" Napasnya semakin memburu seiring ia berbicara dan nadanya meninggi hingga mendekati berteriak.     

Alex hanya menatap bayangan itu. Sudut bibirnya terangkat tinggi membuat senyum yang sempurna.     

Alangkah baiknya jika Yuki yang sebenarnya juga sebaik itu kepadanya.     

Melihat Alex tersenyum tanpa alasan, emosi Yuki semakin tinggi. "Apa yang kau tertawakan?! Aku serius! Dengar! Apa pun yang kaummu katakan, aku berhutang informasi darimu. Jadi walaupun di masa lalu kau sudah berbuat begitu banyak kejahatan pun, aku selalu memastikan kau tidak begitu tersiksa tapi kau malah pergi menemui penyiksaan itu sendiri! Maju setiap ada anggota kaummu yang hampir dibunuh ataupun dilecehkan. Kau benar-benar—"     

"Aku hanya menebus kesalahanku. Lagi pula, aku tidak akan mati jadi—"     

"Diam! Sudah kubilang dengarkan aku! Jangan bicara!"     

Alex menutup mulut rapat-rapat.     

Teriakan itu membuat emosi yang telah ditahan dengan susah payah meluap tanpa batas. Air mata menetes jatuh. "Ah!" Dengan kesal, Yuki menghapus air matanya.     

"Aku tidak bermaksud … hah …. " Yuki mengacak rambut putih panjangnya dengan putus asa. Ia terlihat kesal sekaligus bingung dengan emosi yang meluap di dalam dirinya.     

Alex tidak berbicara karena ia telah diperintahkan untuk tidak membuka mulut. Matanya terus mengamati Yuki, mengobati kerinduannya. Walaupun Yuki yang di hadapannya adalah bayangan, Alex tidak peduli.     

"Pokoknya! Hentikan semua itu! Sudah tujuh ratus tahun berlalu! Incubus yang mengetahui kesalahanmu pun bisa dihitung jari. Sudah cukup kau menebus kesalahanmu dalam tujuh ratus tahun ini. Berhentilah melukai dirimu lagi!"     

Alex tidak setuju.     

Tujuh ratus tahun. Bukan waktu yang lama bagi seorang incubus abadi. Lagi pula, kaumnya masih saja menderita dan ia adalah penarik pelatuk pertama. Selama kaumnya masih menderita, Alex punya tanggung jawab untuk tetap menebus kesalahannya itu.     

Ia ingin memprotes tapi perintah Yuki membuatnya tidak bisa membuka mulut.     

Yuki menyadari pikiran Alex. Bibirnya cemberut tapi ia akhirnya berkompromi. "Jika kau ingin menebus kesalahanmu lakukanlah dengan lebih baik! Kau kira orang-orang yang kau selamatkan dengan nyawamu bahagia melihat kau berdarah-darah? Berapa banyak orang yang mati dalam rasa bersalah karena sudah membiarkanmu mati untuk dirinya? Kau bahkan tidak pernah muncul di hadapan orang yang kau selamatkan lagi setelah itu karena tidak ingin identitas abadimu diketahui. Jangan arogan! Jika kau ingin membantu orang lain, bantulah tanpa meninggal. Banyak cara lain! Bahkan aku melihat ada yang beramah tamah dengan kaum lain untuk mendapatkan informasi dan itu juga dengan tujuan untuk melindungi keluarga mereka. Mengapa kau tidak bisa mengambil cara yang lebih aman seperti itu? Gunakan otakmu, bodoh!"     

Alex tidak tahu harus berkata apa.     

Ia tidak pernah memikirkan risiko dari perbuatannya. Ia tidak pernah tahu ada incubus yang merasa sangat bersalah karena kematiannya padahal bayaran kematian merupakan bayaran termurah yang bisa Alex tawarkan.     

Setelah tujuh ratus tahun pun, Alex ternyata tidak bertambah dewasa.     

Ia tetap masih dirinya yang egois. Hanya memikirkan diri sendiri dan tidak pernah berpikir sebelum bertindak.     

"Terima kasih." Ucapan Alex tidak pernah lebih tulus dari ini.     

Mungkin kemunculan bayangan Yuki adalah bentuk usaha kerasa dirinya sendiri yang ingin menyadarkan dirinya, memberitahunya cara hidup yang lebih baik ke depannya. Ia hanya melebih-lebihkan bayangan ini hingga bahkan bayangan Yuki di hadapannya tidak bisa berhenti menangis seberapa banyak kali pun Yuki menghapus air mata dengan kasar.     

Mendengar ucapan terima kasih dari mulut Alex membuat Yuki mematung di tempat. Mata basahnya terbelalak dan mulutnya ternganga. Detik berikutnya, semu merah samar-samar menghiasi pipi. Yuki menggigit bibir bawahnya sembari mengayunkan bola mata ke arah yang berlawanan dari tempat Alex berada. "Tidak perlu," ucapnya dengan volume suara kecil seperti semut.     

Alex tidak berbicara lagi, hanya menatap bayangan itu yang terus menyalurkan cahaya kuning ke tubuhnya. Tubuhnya yang telah dingin seluruhnya mulai kembali merasa hangat. Kehangatan itu begitu nyaman hingga kelopak matanya menjadi berat. Dalam sekejap, Alex telah tertidur pulas.     

'Ah … mimpi yang indah ….'     

Baru setelah ratusan tahun kemudian, Alex tahu bahwa yang ada di hadapannya hari itu bukanlah sekedar sebuah bayangan.     

*****     

Sejak saat itu, Alex mengubah cara hidupnya.     

Bagaikan awan kabut berubah menjadi titik hujan, menyapu habis seluruh sampah di dalam dirinya, ia kembali dengan matahari pagi terbit di dalam dirinya. Mata yang selalu kosong berbinar terang dan senyum yang bagaikan matahari tersungging di wajahnya sepanjang hari, mengangkat rasa penat setiap orang yang melihatnya.     

Alex mulai banyak berbicara. Ia belajar untuk berkomunikasi dengan ramah kepada setiap orang dan hal itu membantunya meringankan hukuman-hukuman rekan kerjanya. Para petugas bersahabat dengannya dan rekan-rekan pekerjaannya sangat berterima kasih kepadanya.     

Ia tidak pernah mengorbankan nyawanya lagi.     

Melalui kesempatan ini, Alex juga mendekati kembali keturunan keluarganya dan menemukan keturunan yang paling dekat dengan darah Alex. Sayangnya semua orang dewasa dari keluarga terdekatnya telah meninggal karena sakit, menyisakan seorang anak laki-laki kecil yang bahkan belum berusia satu tahun.     

Anak itu hampir mati jika Alex terlambat sedikit menemukannya. Dengan menggunakan koneksi yang telah ia bangun, Alex berhasil mendapatkan obat dan anak itu bisa selamat dari tangan penguasa neraka. Walaupun begitu, perkembangan anak itu menjadi sedikit lebih lambat dari incubus biasanya sehingga Alex menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menemani anak itu belajar, bertumbuh, dan berkembang.     

Oleh karena belum memiliki nama, Alex mewakili leluhurnya memberikan nama anak itu Steve Pavel dan memperkenalkan dirinya sendiri sebagai seorang saudara dari ayah Steve. "Panggil aku, Paman," ujarnya ketika Steve mulai bisa berbicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.