This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Aku tahu Ini Tidak Pantas



Aku tahu Ini Tidak Pantas

0Tidak ada yang berbicara selama Liviu menangis.     
0

Walaupun Ioan sudah gatal ingin menanyakan mengenai Mihai karena Luca menyinggungnya, ia tetap menahan diri. Tidak ada yang begitu tega untuk menyela Liviu kecil melampiaskan seluruh emosinya.     

Baru setelah beberapa menit berlalu, ketika Liviu sudah lebih tenang, ia mendongak menatap sang ayah. Kedua mata merah bulat berkedip-kedip. "Da?" ucapnya dengan suara serak.     

Luca tersenyum.     

Untuk beberapa saat, sekelilingnya terpana oleh senyum itu. Tidak ada yang menyangka bahwa perasaan yang telah hilang tiba-tiba kembali setelah kejadian tragis ini.     

"Tu—Tuan … perasaanmu …." Ecatarina bergetar hingga terbata-bata. Rasa haru mulai berkumpul dan ketika Luca mengangguk dengan senyum yang semakin lebar, ujung mata Ecatarina telah ternoda oleh air mata.     

Ecatarina buru-buru menghapus air matanya sebelum berhasil mengalir jatuh.. "Syukurlah, Tuan!"     

Para pelayan lainnya ikut berseru bahagia. Walaupun mereka tidak tahu alasan perasaan itu bisa kembali, mereka bisa mencari tahu di lain waktu. Sekarang waktunya untuk merayakan kembalinya perasaan sang tuan terlebih dahulu.     

Luca membiarkan mereka bersorak. Matanya menyusuri seluruh ruangan dan kernyitan terukir di keningnya.     

Biasanya, dalam keadaan seperti ini, pamannya akan menjadi orang pertama yang menghambur ke dalam pelukannya.     

"Di mana Paman?"     

Tepat ketika Luca mengucapkan pertanyaan tersebut, kericuhan di dalam ruangan langsung padam. Beberapa dari mereka berwajah sangat serius sementara ekspresi sisanya memiliki kesuraman.     

"Apa yang terjadi?"     

Tidak ada yang menjawab. Pandangan mereka jatuh pada Ecatarina membuat Luca ikut menatap wanita yang masih mengenakan seragam maid itu.     

Ecatarina tidak merasa tidak nyaman oleh seluruh pandangan yang tertuju padanya. Setelah memperbaiki kesuraman di wajahnya, ia berdehem kecil. "Aku tidak memperbolehkannya masuk ke kamar sampai Tuan memperbolehkan."     

"Mengapa begitu?" Luca mengernyit semakin dalam.     

Ecatarina menjelaskan bahwa tragedi itu terjadi karena keteledoran Vasile terhadap Shikida Toma dan ia tidak akan membiarkan Vasile yang seperti itu bertemu dengan Luca.     

Kernyitan di dahi Luca berangsur-angsur hilang. Ia ingin tertawa tapi segera ia tahan karena ia bisa membayangkan betapa menderitanya pamannya beberapa hari ini. Menertawakan Vasile yang penuh dengan dilemma hati tentunya tidaklah pantas.     

Berdehem kecil, Luca berkata dengan wajah serius, "Biarkan Paman masuk."     

Ecatarina terlihat agak enggan tapi karena sang tuan sudah berkata begitu, ia tidak punya alasan untuk menolak. Ia menggerakkan dagunya ke arah pintu, mengisyaratkan siapa pun yang berdiri di dekat pintu untuk membukanya.     

Kebetulan Viorel berdiri paling dekat sehingga ia yang membuka pintu. Celingak-celinguk sejenak, Viorel menemukan Vasile berdiri satu meter dari pintu kamar Luca. Keraguan terpahat jelas di wajahnya.     

"Paman! Tuan Luca memanggilmu!" Viorel merenung sejenak apakah lebih baik memanggil Luca dengan nama saja atau menambahkan embel-embel 'Tuan', mengingat Luca memanggil Viorel sebagai kakak. Namun, setelah dipikir-pikir tetap rasanya tidak pantas memanggil Luca hanya dengan nama.     

Vasile tersentak kaget. Mendengar bahwa Luca mempersilahkannya untuk masuk ke kamar, warna merah melingkari matanya. Walaupun begitu, ia belum mengambil langkah untuk maju.     

Viorel hendak memanggilnya lagi ketika Ecatarina tiba-tiba mencengkeram pintu kamar Luca dan membukanya lebar. Dengan ekspresi ganas, ia berseru, "Cepat masuk! Kau ingin menghabiskan waktu istirahat Tuan?!"     

Luca ingin menegur Ecatarina untuk lebih lembut tapi keganasan yang jarang diperlihatkan wanita itu membuat Luca mengurungkan niat. Ia bisa membayangkan isi omelan Ecatarina selanjutnya jika ia menegur wanita itu….     

"Dasar keponakan dan paman sama saja! Lembek! Membuat emosi saja. Jika ada yang perlu diucapkan, ucapkan! Jangan menjadi pengecut dan lembek seperti jeli. Dan Tuan juga! Tuan sadar mala petaka apa yang sudah pamanmu itu bawakan kepadamu?! Aku sudah membiarkannya masuk karena Tuan berkata demikian tapi jika Tuan begitu lembek kepadanya aku tidak akan blah blah blah …."     

Omelan panjang itu berputar di dalam otak Luca, otomatis membuatnya memilih untuk diam. Ia baru saja bangun dan dengan tubuh lansia seperti ini, ia tidak punya banyak energi untuk dihabiskan.     

Barulah ketika dibentak oleh Ecatarina, Vasile melangkah ke depan pintu kamar Luca. Ia hendak masuk tapi berhenti ketika ia menangkap tampilan fisik Luca.     

Walaupun ia sudah mendengar deskripsinya, melihatnya secara langsung membuat hati Vasile mencelos. Kemerahan di matanya semakin kentara.     

"Luca …," ujarnya. Suaranya bergetar.     

Luca menatap pamannya lembut. Senyum melukis wajahnya.     

Melihat itu, getaran pada tubuh Vasile semakin kuat. Berbagai pikiran melintasi benaknya, mengenai bagaimana tampilan Luca begitu menyedihkan, mengenai bagaimana Luca mendapatkan kembali perasaannya, dan banyak hal lagi hingga perasaannya bercampur aduk dan membuat air matanya jatuh.     

Vasile melangkah besar memasuki ruangan dan ketika ia sampai di tepi tempat tidur, ia berlutut dengan kedua kaki. Tangannya menggenggam erat tangan kurus keriput milik Luca lalu membenamkan wajahnya pada punggung tangan Luca.     

"Maafkan aku. Aku berusaha untuk mengubah pikirannya tapi pada akhirnya aku malah membawakan bencana untukmu. Luca maafkan Pamanmu ini. Aku akan bertanggung jawab dan sesuai perjanjian, aku akan keluar dari kediaman ini dan tidak akan muncul di hadapanmu lagi."     

Di latar belakang, Ecatarina mencibir, "Kau masih memegang ide bodoh itu?!"     

"Tapi aku mohon satu hal Luca … tidak, Tuan …." Vasile mengabaikan Ecatarina, mendongakkan wajahnya dan menatap lurus pada Luca. "Aku tahu ini tidak pantas tapi bolehkah kau melepaskan Toma?"     

"HAH?!" Ecatarina menggulung lengan pakaiannya, sudah mau menghabisi Vasile jika pelayan lainnya tidak berusaha menahannya.     

Vasile menurunkan pandangannya lagi, tidak sanggup menatap keponakannya.     

Ia tahu apa yang ia minta sangatlah egois. Toma membuat keponakannya, satu-satunya keluarga kandungnya, terluka dan hampir kehilangan nyawa tapi ia sebagai sang paman memohon korban untuk melepaskan pelaku.     

Akan tetapi, seberapa banyak kalinya ia menyalahkan Toma, ia setidaknya tahu mengapa Toma membenci Luca. Vasile hanya bisa meyakinkan dirinya bahwa Toma sebagai half-beast memiliki hak untuk membenci dan membunuh Luca, sebagaimana ia sendiri membantu Luca membunuh half-beast ribuan tahun yang lalu. Mereka sama-sama memiliki kesalahan ini. Vasile tidak akan menyatakan cintanya lagi dan berusaha untuk mendapatkan Toma sebagai bentuk penebusannya tapi bukan berarti ia sanggup melihat Toma tersiksa atau bahkan dibunuh. Meskipun Vasile tahu pemikirannya itu hanyalah sebuah alasan yang ia gunakan untuk membenarkan perilakunya, tapi hanya terdapat satu hal yang berasal dari lubuk hati terdalamnya dan itu adalah keinginannya agar Toma tetap hidup.     

Setelah itu, Vasile akan membawa Toma ke kota lalu mereka akan berpisah. Vasile tidak akan pernah kembali lagi.     

Vasile bahkan menyiapkan dirinya untuk menerima hukuman dari Luca jika dengan begitu, Toma bisa dilepaskan. Akan tetapi, Luca hanya tertawa kecil seraya mengangkat tangannya untuk menghentikan Ecatarina yang tinggal sedikit lagi akan berhasil menerjang Vasile.     

"Paman, berdirilah. Tatap mataku."     

Vasile enggan berdiri tapi ia dengan ragu-ragu mendongak. Ketika mereka bertemu pandang, Vasile tertegun. Ia berpikir Luca akan penuh kemarahan tapi di hadapannya sekarang, Luca menatapnya lembut dan damai.     

Luca melepaskan tangannya dari genggaman Vasile. Sebagai gantinya, ia menggenggam erat tangan sang paman.     

"Tenanglah Paman. Aku tidak akan menghukum Toma."     

Ecatarina merasa tangannya gatal. Ia ingin memukul Luca yang tiba-tiba menjadi tidak masuk akal dan tak berotak setelah mendapatkan kembali perasaannya. Untungnya Luca dalam keadaan yang tidak boleh terluka sehingga Ecatarina hanya bisa melontarkan cibiran, "Tuan, kau sadar?! Apa otakmu berkarat karena tidur selama lima hari?!"     

Mendengar cibiran itu, Luca merasa apa yang Ecatarina katakan itu lucu sehingga ia tertawa terbahak-bahak hingga terbatuk-batuk. Sepertinya tubuhnya benar-benar terlalu lemah hingga paru-parunya saja tidak kuat untuk tertawa.     

"Ehem! Bawa Toma ke kamarku!"     

Semua orang memprotes. Bagaimana jika serigala itu menyerang sang tuan lagi?     

Tapi Luca tidak menerima protes mereka dan hanya mengulang perintahnya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.