This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Maafkan Aku (1)



Maafkan Aku (1)

0Daniel dan Daniela mengantar Toma menuju kamar Vasile – kamar yang telah menjadi tempat tinggal Toma sejak ia menempati kediaman Luca. Melihat kamar yang penuh dengan berkas-berkas dan dokumen-dokumen itu membuat hidungnya nyeri. Ia buru-buru memutar bola matanya ke atas untuk menahan air mata yang hampir saja mengalir jatuh.     
0

"Terima kasih," ujarnya sedikit serak kepada Daniel dan Daniela sebelum melewati kedua anak itu, melangkah masuk ke dalam kamar.     

Toma menghirup aroma khas kamar itu beberapa kali, memenuhi dadanya dengan kehangatan sang pemilik kamar. Setelah puas, ia berbalik, hendak melihat apakah barang-barangnya masih tersimpan di dalam kamar ketika sudut matanya menangkap kedua anak kembar yang ternyata masih berdiri di kusen pintu dalam diam sambil meremas kedua tangan.     

"Ada yang kalian perlukan lagi?"     

Daniel dan Daniela mendongak menatap Toma sejenak sebelum menatap satu sama lain, berkomunikasi menggunakan tatapan mata.     

Toma menyadari remasan tangan kedua anak itu mengerat dan dada mereka bergerak naik turun dengan cepat. Kedua tubuh mungil mereka pun sedikit lebih tegap dari biasanya.     

"I—Itu!"     

"Ka-kami …."     

Keduanya kembali saling menatap sejenak lalu mengangguk kuat.     

"Kami minta maaf sudah berkata kasar kepadamu sebelumnya!" seru keduanya serentak.     

Kedua anak kembar memejamkan matanya erat, menunggu jawaban Toma dengan jantung berdegup kencang.     

Sementara Toma mematung untuk beberapa saat. Ia hampir tidak memahami maksud seruan keduanya karena sudah beberapa hari ini ia tidak makan. Bukan karena tidak diberi tapi karena ia tidak memiliki nafsu makan. Hal ini membuat otaknya bekerja lebih lambat.     

Beberapa detik kemudian, mata Toma membulat lebar. Ia akhirnya paham.     

Selama lima hari penahanan Toma, kedua anak kembar ini yang selalu datang membawa makanan untuk Toma. Oleh karena permusuhan kuat yang dilontarkan Ecatarina kepada Toma, kedua anak wanita itu secara otomatis memperlihatkan permusuhan yang sama kuatnya.     

Setiap kali Daniel dan Daniela mendatangi Toma, mereka pasti akan melontarkan kata-kata tidak menyenangkan yang menyayat hati sebelum pergi dari penjara bawah tanah.     

Walaupun semua ini salah paham, Toma tetap merasa sangat bersalah sehingga ucapan Daniel dan Daniela berhasil memperdalam luka di hatinya. Tentunya Toma tidak memprotes karena ia merasa pantas mendapatkan lontaran kasar tersebut.     

Tidak ia sangka, setelah kesalahpahaman ini menjadi jelas, Daniel dan Daniela akan meminta maaf kepadanya.     

Arti dari keraguan dan kegugupan yang selama ini diperlihatkan kedua anak kembar pun menjadi jelas di benak Toma. Tidak hanya gugup saja, kedua kembar itu pun merasa malu dan tidak tahu apakah mereka pantas mendapatkan maaf tapi mereka sangat menyesal sehingga ingin meminta maaf apa pun yang terjadi.     

Hati Toma menjadi hangat hingga sudut bibirnya terangkat.     

Daniel dan Daniela dapat mendengar langkah kaki Toma yang mendekat, membuat pejaman mata mereka semakin erat dan kedua bahu yang menegang terangkat semakin tinggi.     

TAP!     

Keduanya tersentak kaget, buru-buru membuka mata.     

Di hadapan keduanya sekarang, Toma telah berlutut hingga tinggi area pandangan mereka menjadi sama. Mata abu-abunya berbinar lembut dilengkapi dengan senyum lebar yang tulus. Satu tangannya mengelus kepala Daniel sementara tangannya yang lain mengelus kepala Daniela, memusnahkan kegalauan di dalam hati kecil mereka.     

"Terima kasih. Aku juga minta maaf. Walaupun aku dikontrol tapi jika aku tidak lengah, aku bisa saja menghindarinya tapi kenyataannya aku sudah melukai tuan kalian." Sudut bibir Toma sedikit turun.     

Daniel dan Daniel buru-buru menggeleng.     

"Tidak! Tidak!" seru Daniel.     

"Jika Tuan Luca sudah mengatakan kau tidak bersalah," seru Daniela.     

"Maka kau tidak bersalah!" tambah keduanya penuh semangat. Saking semangatnya, mereka memeluk perut Toma erat. Keduanya tidak lagi memikirkan segala penyesalan dan permintaan maaf.     

"Ugh!" keluh keduanya detik berikutnya. Mereka buru-buru menjauh dari Toma sambil menutup lubang hidung dengan kedua tangan.     

"Bau!"     

Jika kedua anak kembar itu tidak mengatakannya, Toma tidak akan sadar bahwa tubuhnya yang belum mandi selama hampir seminggu itu menguarkan aroma tidak sedap.     

Memikirkan bahwa ia telah bertemu dengan Luca dan bahkan Vasile dalam keadaan sepert ini, kedua pipinya membara merah.     

Daniel dan Daniela melihat ekspresi Toma lalu saling menatap sebelum terkikik. Keduanya menutup pintu kamar sebelum berlari mendekati Toma, menarik lengan pria itu kuat, memaksanya untuk bangun dan mundur beberapa langkah.     

"A—apa yang ingin kalian lakukan?"     

Daniel dan Daniela tersenyum lebar hingga tampak gigi. "Sebagai permintaan maaf, kami akan mengubahmu menjadi sangat tampan hari ini!"     

Belum sempat Toma memahami ucapan mereka, Daniel telah menarik Toma ke dalam kamar mandi sementara Daniela menarik beberapa pakaian sebelum ikut memasuki kamar mandi dan membantu saudaranya.     

*****     

Vasile berjalan keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi makanan hangat. Senandung lembut kabur dari mulutnya yang melengkung tinggi, menemani setiap langkah ringannya.     

Luca telah memberitahunya mengenai bantuan Toma – Toma yang berada di kehidupan sebelumnya, kepada mereka untuk melawan Lauren seribu tahun yang lalu. Oleh karena Toma melakukannya secara diam-diam, Vasile dan yang lainnya tidak pernah mengetahui hal itu sehingga ketika ingatan mereka telah kembali pun, tidak ada yang memiliki memori mengenai bantuan Toma.     

Vasile sendiri sudah bertemu dengan Toma di kehidupan sebelumnya ketika serigala itu masih menjadi pelayan Keluarga Utama Klan Rubah. Saat itu, Vasile sering mengunjungi kediaman utama Klan Rubah dikarenakan ia harus mengasuh Luca yang masih membutuhkan bimbingan orang dewasa.     

Tidak ia sangka, ia menemukan sosok yang begitu familiar, yang selalu berhasil menggetarkan hatinya ketika memasuki pandangan matanya di dalam kediaman tersebut.     

Sejak Keluarga Utama Klan Rubah binasa, Vasile tidak memiliki kesempatan yang banyak untuk bertemu dengan Toma. Hanya beberapa kali dan itu bukanlah memori yang menyenangkan karena selalu berada di tengah aksi pemberontakan.     

Tidak ia sangka, Toma memiliki andil dalam pemberontakan seribu tahun yang lalu.     

Vasile meloncat kecil di tengah langkahnya. Jika ia tidak sedang membawa makanan, ia sudah akan berputar beberapa kali di tengah Lorong lantai dua.     

Walaupun di kehidupan pertama mereka bertemu, ia telah dikhianati, Toma tidaklah mengkhianatinya di kedua kehidupan selanjutnya. Semuanya hanyalah salah paham.     

Kebahagiaannya membuncah hingga setiap sudut kediaman yang telah Vasile tinggali selama seribu tahun ini terlihat sangat indah. Ia merasa tidak pernah melihat pemandangan yang begitu indah selama hidupnya.     

Dengan gerakan ringan, ia memutar gagang pintu kamar. "Toma, wak … tu … nya …." Kata-katanya tersangkut di tenggorokan.     

"?! Vasile!"     

Di tengah ruangan, Toma berdiri di sana. Telinga dan ekornya berdiri tegak karena kaget, tidak mengantisipasi Vasile akan datang secepat ini.     

Aroma sabun tercium oleh Vasile. Kulit Toma telah bersih dan segar. Beberapa bagiannya mengeluarkan warna merah menggoda. Tidak seperti biasanya, pria itu mengenakan kemeja putih lengan pendek bergaris vertikal yang dibalut oleh rompi coklat dengan potongan rumit dan bergaya. Bros berwarna emas menghiasi rompi tersebut. Kaki rampingnya terbalut celana kain berwarna kulit. Rambutnya disisir rapi ke belakang, membuat sepasang matanya yang tidak tertutup sehelai rambut pun terlihat lebih indah dari biasanya.     

"Tada!"     

"Bagaimana hasil kerja kami Vasile?!"     

Daniel dan Daniela yang mengelilingi Toma berkacak pinggang dengan sombong.     

Vasile terlalu terkejut hingga mematung di tempat. Kedua matanya terbelalak lebar, tidak dapat lepas dari Toma. Saking lamanya ia menatap, semu merah di wajah Toma semakin kentara.     

Melihat respons Vasile, kedua kembar menutup mulut dengan kedua tangan lalu terkikik-kikik puas. Keduanya buru-buru berlari pada Vasile lalu menepuk kakinya kuat. Mendongak, dua pasang mata merah tua telah berbinar jahil.     

"Jangan terlalu bersemangat!"     

"Nanti Toma tidak bisa berdiri besok!"     

"Ka—kalian!" Toma tidak menyangka kedua anak itu akan mengucapkan hal seperti itu. Tubuhnya langsung panas dingin. Kedua tangannya refleks terangkat, siap memukul bokong kedua anak tersebut untuk diberi pelajaran.     

Daniel dan Daniela segera memekik dan berlari keluar kamar. Tidak lupa, keduanya menutup pintu erat.     

"Kalian! Kemba—" Toma ingin mengejar keduanya tapi jika ia ingin keluar dari pintu, ia harus melewati Vasile.     

Ucapan kedua anak kembar itu membuat Toma terlalu malu untuk mendekati Vasile sehingga ia segera mengerem kakinya.     

Vasile masih mematung di tempat. Wajahnya merah padam dan ekspresinya penuh arti. Toma tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria itu sekarang.     

"Va—Vasile …." Pikiran Toma menjadi kacau.     

Ucapan jahil Daniel dan Daniela masih melayang-layang di dalam benak Toma, membuatnya benar-benar membayangkan malam panas bersama Vasile. Jika ia tidak menggigit bibirnya, ia mungkin telah berteriak untuk melepaskan rasa malunya.     

'Agh! Bukan waktunya untuk itu! Aku belum tahu apakah Vasile masih marah atau tidak!' Tidak hanya itu, ia juga belum meminta maaf.     

Dalam keadaan tertunduk, Toma memutar bola matanya ke atas, mengintip wajah Vasile. Pria itu mulai bisa kembali berkedip.     

Dengan wajah merah tomat, Vasile berdehem kecil seraya berjalan menuju nakas untuk meletakkan nampan makanan. "Dasar bocah-bocah itu!" gerutunya untuk menutupi rasa malu.     

Namun, di telinga Toma, gerutuan itu seperti bentuk protes Vasile karena pria itu tidak ingin memiliki hubungan intim lagi dengan Toma.     

Telinga Toma tanpa sadar tertunduk lemas.     

'Tapi aku tidak akan menyerah!'     

"Va—Vasile!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.