This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Keadaan Membalik



Keadaan Membalik

0Tepat di salah satu pohon besar yang tumbuh di halaman belakang yang sangat luas, berjarak paling jauh dari tempat Luca berada, Mihai berjongkok di atas batang pohon.     
0

Kedua tangan Mihai saling meremas penuh kecemasan. Matanya menari ke sana kemari mengikuti setiap pergerakan yang terjadi di hadapannya tanpa berkedip sedikit pun seolah-olah takut ketika ia berkedip satu kali saja, ia dapat melihat Luca yang terluka di detik berikutnya.     

Berdiri di belakangnya adalah Toma yang ditugaskan untuk menjaga Mihai dan menghentikannya jikalau Mihai akan bertindak gegabah.     

Toma sedikit kesal ketika ia mendapatkan tugas merawat anak kecil di tengah pertarungan yang begitu penting tapi Toma tidak bisa mengeluarkan protesnya.     

Berbeda dengan Carme, ia bukanlah penduduk dunia tingkat atas. Kekuatan yang ia miliki sekarang adalah berkah dari Rubah Mistis ketika ia menjadi pelayan sang sosok kebesaran. Dan sekarang, kekuatan itu sudah hampir habis. Ia juga bukan Vasile atau Sen yang sudah terbiasa menggunakan sihir. Jika tidak perlu, Toma tidak akan menggunakan sihir sehingga ia tidaklah telaten dalam menggunakannya. Jika sihirnya habis di tengah pertarungan dan orang lain menyalurkan sihir yang asing bagi Toma, Toma tidak dapat menggunakannya dengan baik. Ia hanya akan menjadi penghalang.     

"Ah!" Mihai berseru penuh semangat. Telinga coklatnya berdiri tegak dan ekornya mengibas cepat. Mata emas berbinar menatap Luca yang berhasil menyerang jantung Lauren membuat seluruh tubuh Lauren tidak dapat bertahan lagi dan mulai retak.     

Tidak seperti Mihai, Toma tidak memperlihatkan ekspresi bahagia. Malah ia sedikit cemas.     

Carme harus dapat menangkap jiwa Lauren secepatnya sebelum Lauren kehilangan kekangan tubuhnya dan dapat kabur.     

Seperti yang dipikirkan Toma, Carme telah mempersiapkan jaring. Jaring itu bersinar kuning emas, menyilaukan mata beberapa orang yang berdiri di dekat Carme.     

Carme telah siap untuk mendekati Luca dan menangkap jiwa Carme ketika tiba-tiba tekanan besar menebas ke arah mereka.     

Luca tidak dapat menahan tekanan itu dan terhempas jatuh ke tanah. Di saat yang bersamaan, Carme membentuk penghalang kecil untuk melindungi mereka dari tekanan tapi tekanan itu begitu besar hingga berhasil memecahkan penghalang!     

Mereka langsung terdorong jatuh beberapa meter oleh tekanan dan beberapa dari mereka memuntahkan darah.     

Mihai meloncat dari posisi jongkoknya. Di hadapannya sekarang, Lauren yang seharusnya telah akan kehilangan tubuhnya masih terbang di sana sambil terkikik menyeramkan membuat bulu-bulu di ekor Mihai berdiri tegak membentuk duri-duri tajam.     

"Hah~ aku lengah … aku lengah … tapi kau kira bisa mengalahkanku dengan cara seperti ini?" Lauren tertawa bagaikan semua ini adalah lelucon.     

Luca menghapus darah dari dagunya, menatap penuh keluhan kepada Lauren tapi ia tidak mengucapkan satu kata pun.     

Lauren berdecak sembari mengayunkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri beberapa kali. "Kau terlalu meremehkanku bukan?"     

"Tidak perlu berlagak kuat Lauren! Aku tahu tekanan yang kau keluarkan tadi merupakan kekuatan terakhir yang kau punya!" Carme kembali berdiri. Seulas senyum lembut menghiasi wajahnya yang tidak lecet sedikit pun. Seluruh lukanya telah sembuh.     

Mendengar itu, semua orang kembali mendapatkan kepercayaan dirinya.     

Akan tetapi, Lauren tertawa terbahak-bahak seperti baru saja mendengarkan racauan orang bodoh.     

Alis Carme sedikit mengernyit. "Apa yang aneh dari perkataanku?"     

Lauren terus tertawa hingga air mata berwarna hitam menggenang di sudut matanya. Ia menghapus air mata itu dengan tangan yang penuh retakan. Serpihan-serpihan tubuh yang tidak lagi dapat bertahan terus terbawa oleh angin, terus mengikis tubuh Lauren.     

"Aku akan memberimu nilai penuh untuk tebakanmu. Benar! Itu adalah kekuatan terakhirku tapi kau sepertinya lupa betapa rakusnya diriku bukan?"     

Kernyitan di dahi Carme semakin dalam. Sebuah ide terlintas di benaknya membuat seluruh tubuhnya mendingin tapi ia tidak ingin percaya bahwa ide tersebut bisa terjadi.     

"Kau tidak akan bisa—"     

Ucapannya tersangkut di tenggorokan.     

Di tangan Lauren sekarang tergenggam sebuah inti hitam. Inti itu masih berdenyut bagaikan sebuah jantung tapi bentuknya tidak seperti jantung yang mereka ketahui.     

"Tidak mungkin …." Wajah Carme yang pada dasarnya berkulit putih sekarang menjadi sangat pucat. Seluruh semu merah di wajahnya telah hilang tak bersisa bagaikan disedot oleh hantu pemakan jiwa,     

"Tidak mungkin bagi orang lain tapi aku tentunya bisa. Ah! Aku harus berterima kasih kepada Tuan mu karena telah melemahkannya dan menyegelnya begitu lama. Kebencian di hatinya itu membuat dia lengah dan aku bisa membunuhnya dengan begitu mudah."     

Carme masih tidak bisa percaya. "Kau membual! Aura gelap di gua yang menyegel musuh Tuan masih sangat kental dan Tuan bahkan mengatakan bahwa dia masih hidup!"     

Lauren tersenyum santai. Tangannya mengacungkan inti berdenyut di tangannya. "Aku bisa bilang dia memang belum mati seluruhnya. Kau tahu mengapa sangat sulit membunuh monster itu bukan?"     

Jantung Carme serasa berhenti berdetak. Suhu ditubuhnya turun hingga orang yang menyentuh kulitnya akan mengira Carme merupakan mayat.     

Monster yang menjadi musuh terbesar Tuan awalnya merupakan beast dari klan rubah. Hanya saja, monster itu terlalu rakus akan kekuatan dan menggunakan jalan yang salah untuk meningkatkan kekuatannya. Ketika sang Tuan mengetahui hal ini, monster itu sudah tidak terhentikan.     

Pada saat sang Tuan mengalahkan monster itu lah, sang Tuan berhasil naik ke dunia tingkat atas dan menjadi dewa. Carme baru bertemu sang Tuan di dunia tingkat atas jadi ia tidak pernah melihat monster itu secara langsung juga tidak pernah menyaksikan pertarungan antara sang Tuan dengan monster tersebut secara langsung.     

Akan tetapi, ia pernah mendengar cerita dari sang Tuan mengenai monster itu.     

Kekuatan yang terbentuk di dalam tubuh monster itu penuh dengan aura gelap membuat monster itu dapat disamakan seperti hantu gentayangan yang penuh dendam, tidak dapat memasuki roda reinkarnasi. Tidak ada yang bisa merasakan aura kehidupan dari monster itu.     

Di saat yang sama, hal ini menguntungkan sang monster dalam hidup dan mati. Aura kematiannya begitu besar hingga jantung yang keluar dari tubuhnya tidak akan membuat monster itu mati. Belakangan, sang Tuan menemukan bahwa monster itu memiliki satu inti hitam yang berisi kekuatannya. Inti itu berdenyut seperti jantung dan darah yang mengaliri inti itu berwarna hitam legam.     

Untuk melemahkan monster tersebut, sang Tuan mengeluarkan inti tersebut dari tubuh sang monster tapi ternyata itu tidak cukup untuk membunuhnya. Pada akhirnya, sang Tuan menyegel tubuh monster itu di sebuah gua dan intinya di tempat lain yang penuh dengan jebakan. Siapa pun yang berusaha mendekati inti tersebut tidak akan selamat.     

Berhasil mendapatkan inti tersebut saja sudah membuat Carme terkejut tapi membunuh monster itu?     

"Aku ingat! Inti itu sudah terpisah ketika Tuan menyegelnya. Tentu saja monster itu belum meninggal, bagaimana kau bisa membunuhnya?"     

'Tidak hanya itu, Tuan tidak pernah mengatakan bahwa segel inti hitam monster itu telah rusak. Apakah inti di tangannya itu ilusi? Tapi ….'     

Bagaikan dapat membaca pikir Carme, Lauren tertawa semakin kencang penuh sirat cemoohan. Tangannya meremas inti yang masih berdenyut itu dengan kuat. Aura menyeramkan tiba-tiba menguar keluar dari inti itu, penuh dengan keinginan membunuh Lauren tapi Lauren hanya tersenyum miring.     

Ia terus meremas inti itu dengan kuat. Kabut hitam memenuhi tangannya.     

Tiba-tiba, sesuatu seperti benang tertangkap mata semua orang. Benang itu begitu banyak dan ujungnya tidak terlihat.     

"Kau akan melihat bagaimana aku membunuhnya!" mendesis Lauren membuat inti hitam yang lentur dan kenyal itu meledak dalam cengkeramannya. Aura gelap yang membunuh menjerit sebelum hilang. Dari dalam ledakan, sebuah kotak hitam melayang di telapak tangan Lauren. Seluruh benang yang tiba-tiba terlihat itu terhubung dengan kotak tersebut.     

Carme tidak tahu apa yang sedang terjadi. "Apa yang sedang ingin kau lakukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.