This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Telah Begitu Lama



Telah Begitu Lama

0Suatu pagi seribu tahun yang lalu terasa sangat sunyi di telinga Luca. Ia bangun dari tempat tidur dengan tubuh yang rasanya hancur berkeping-keping. Meskipun begitu ia tidak paham apa yang menjadi alasannya.     
0

Ia mengenakan pakaiannya yang serba hitam lalu pergi ke ruang kerjanya. Di dalam sana, Vasile telah menunggu dengan tumpukan dokumen yang harus diurus.     

Setelah mereka berhasil membunuh begitu banyak half-beast dan mengambil kembali kekuasaan mereka, keseharian Luca berubah dari bertarung di tengah medan perang menjadi tugas di balik meja.     

Vasile sering bertanya apakah tugas ini membosankan tapi bagi Luca yang tidak memiliki perasaan, ia tidak tahu harus menjawab apa. Selama perang berlangsung pun, ia tidak pernah merasakan pacuan adrenalin layaknya rekan-rekan seperjuangannya jadi ketika tugas utamanya telah berubah pun ia tidak memiliki kesan yang mendalam. Di matanya, semuanya adalah sama.     

Para incubus yang kelaparan dan tersiksa telah kembali kenyang. Mereka memakan begitu banyak energi kehidupan selama perang hingga bahkan Luca sendiri tidak perlu makan jika ia ingin untuk beberapa ratus tahun.     

Banyak orang yang mengetahui legenda incubus abadi membisikkan kemungkinan bahwa Luca telah menjadi incubus abadi melihat seberapa banyak Luca mengkonsumsi energi kehidupan. Namun, tidak ada yang bisa membuktikannya. Tidak ada yang tahu tepatnya jumlah energi kehidupan yang harus mereka konsumsi untuk menjadi incubus abadi. Bahkan itu sudah menjadi legenda yang hampir dilupakan.     

Chirp! Chirp!     

Siulan seekor burung memasuki telinga Luca, menusuk dadanya, dan memecah keheningan yang bahkan tidak sanggup ditembus oleh suara Vasile.     

Luca tidak tahu mengapa tapi ia memiliki dorongan yang sangat kuat untuk berdiri dan mencari sosok burung itu melalui jendela ruang kerjanya yang terbuka. Ketika ia tersadar, ia telah melakukan keinginannya itu dan sekarang, pada tangannya yang terulur, seekor burung putih bertengger di telunjuknya.     

Seharusnya sepasang mata burung itu berwarna hitam tapi entah mengapa Luca merasa bisa melihat sepasang mata yang berbeda warna: kanannya berwarna emas sementara kirinya berwarna merah tua.     

Burung itu bersiul sekali lagi sebelum terbang pergi.     

"Tuan? Ada apa?" Vasile tidak menyangka Luca akan tiba-tiba berdiri dengan begitu terburu-buru hanya untuk melihat burung. Tidak ada yang dapat mengusik ketenangan Luca sejak pria itu kehilangan perasaannya.     

Vasile mendekati Luca dengan penuh rasa penasaran.     

Ketika keduanya bertemu pandang, Vasile tercengang.     

Dua tetes air mata mengalir jatuh dari pupil dingin Luca. Itu adalah terakhir kalinya Vasile melihat Luca meneteskan air mata.     

Luca bahkan tidak menyadarinya dan setelah air mata itu mengering pun, ia masih tidak paham apa yang sebenarnya terjadi.     

Di hari yang sama, berita mengenai hilangnya Gohabi tersebar di seluruh penjuru Kota Rumbell dan di malam yang sama, berita mengenai keabadian Luca ikut tersebar.     

Malam itu, seseorang menyelinap untuk menyerang Luca. Entah mengapa Luca terdorong untuk memastikan ucapan orang-orang mengenai keabadian dan membiarkan penyelinap itu menusuk jantungnya dan tidak ia sangka, setelah mengalami kematian sejenak, ia kembali hidup dan seluruh lukanya tertutup dalam sekejap.     

Luca tidak tahu bagaimana ia bisa menjadi seperti itu. Mihai yang telah menjadi roh dan terus menemani Luca di sampingnya selama seribu tahun itu pun tidak tahu apa yang terjadi. Ketika ia menjadi roh, ia berkenalan dengan Liliane yang merupakan ibu Luca. Liliane tidak tahu apa yang terjadi karena ketika ia memiliki kesadaran, itu adalah satu hari setelah Luca ditusuk. Ia pun tidak menyadari inti keabadian yang dimiliki Luca karena memorinya telah terusik selama masih menjadi abu.     

Bahkan setelah menjadi roh, Mihai tetap memiliki memori yang salah. Hal ini memperlihatkan efek sihir yang begitu kuat hingga mengganggu memori jiwanya.     

Lauren sendiri tidak ambil pusing untuk memikirkan rumor tersebut karena memorinya tidak terusik sehingga ia tahu Luca memiliki inti keabadian itu. Ia tidak pernah tahu bahwa sebelum distori yang terjadi pada memori seluruh penduduk dunia tersebut terjadi, Mihai telah menyegel inti keabadian tersebut dan Luca sendiri tidak pernah tahu bahwa Mihai memodifikasi cara kerja tanda janji yang ia berikan kepada Mihai.     

Modifikasi yang dibuat oleh Mihai ada berikut: ketika Mihai hidup, ia akan memberikan pasokan energi kehidupannya kepada Luca, berbagi kehidupan seperti cara kerja tanda janji pada dasarnya. Namun, ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Mihai sebelum Lauren merebut inti palsu milik Luca, sebagian besar porsi kehidupannya akan ia transfer kepada inti palsu Luca agar Luca tidak mati tanpa dirinya dan ketika Mihai berhasil kembali ke sisi Luca, ia akan menarik kembali porsi kehidupan tersebut dan kembali memasok energi kehidupannya kepada Luca seperti biasa.     

Pada akhirnya, hal yang tidak diinginkan itu benar-benar terjadi, yaitu kematiannya yang disebabkan oleh korosi dari energi hitam Lauren.     

Jadi, Luca – tanpa sepengetahuan dirinya sendiri – mendapatkan energi kehidupan Mihai dan sisa kecil energi kehidupan yang tidak lagi memiliki tubuh menjadi jiwa yang gentayangan di sekitar Luca ….     

*****     

Bulu mata Mihai bergetar beberapa kali sebelum terbuka, memperlihatkan sepasang mata yang berbeda warna: bagian kirinya berwarna kuning keemasan sementara bagian kanannya berwarna merah tua.     

Sekelilingnya merupakan hitam. Ketika kakinya bergerak sedikit, ia bisa melihat gelombang air pada lantai yang ia pijak.     

"Ini alam bawah sadarku."     

Mihai melihat pantulannya di atas lantai air dan menemukan dirinya yang berpakaian panjang dan lebar, terdiri dari enam lapis dan berwarna putih bersih. Rambutnya sekarang sangat panjang hingga mencapai lutut, memiliki gradasi warna dari putih hingga jingga. Sepasang telinga harimau telah berubah menjadi berbulu putih dan ekor harimaunya menjadi dua dengan gradasi bulu putih ke jingga. Tidak seperti ekor harimau pada umumnya, bulu rambut pada ekornya sedikit lebih panjang dan lebat seperti ekor rubah tapi coreng hitam di ekornya sangat kentara. Tentunya selain telinga harimau, ia telah memiliki sepasang tanduk hitam di atas kepalanya.     

Melihat pantulan dirinya yang memiliki penggabungan antara dirinya sebagai Mihai di kehidupan sebelumnya, dirinya sebagai gohabi, dan dirinya sebagai Mihai di kehidupan sekarang, perasaan yang tak terlukiskan membuncah di dalam hatinya.     

Bulu matanya bergetar dan bola matanya mulai basah.     

Sebelum air akan menetes dari sudut matanya, hembusan angin lembut membelai pipinya. Samar-samar, ia bisa mendengar suara seseorang memanggilnya terbawa bersama angin tersebut.     

Jantung Mihai bergetar.     

Binar bahagia terpancar dari mata yang basah.     

Ia mendongak dan menemukan pintu batu yang selama ini hanya terbuka setengah telah terbuka lebar tanpa ada rantai yang menghalanginya. Berkas-berkas cahaya terpancar, sedikt menerangi kesuraman area hitam yang menyelimuti Mihai.     

Dengan langkah besar, Mihai berlari menaiki tangga batu. Tidak menghiraukan kerapuhan tangga itu yang terus terkikis dan menjatuhkan kerikil-kerikil kecil, Mihai berlari sekuat tenaga. Ia bahkan tidak takut pakaian panjangnya membuat ia tersandung. Mata, hati dan pikirannya hanya tertuju pada ujung pintu tersebut.     

"Luca!"     

Cahaya menyilaukan menerpa matanya memaksa Mihai untuk memejamkan mata sejenak kemudian kembali membuka mata sembari menyesuaikan cahaya yang memasuki lensa matanya.     

Ia sedikit tercengang.     

Berbeda dari suasana suram di balik pintu, di hadapannya sekarang terhampar pemandangan langit yang tak terlihat ujungnya. Langit itu berwarna ungu bercampur merah, jingga, dan kuning. Awan-awan mengelilingi langit menambahkan estetika dari pemandangan tersebut. Di tengah-tengah warna kuning langit, terdapat area yang bercahaya terang.     

'Aneh … padahal ini alam bawah sadarku tapi terdapat matahari di sini …,' pikirnya.     

Pijakannya sekarang tetaplah permukaan air tapi air tersebut begitu tenang, memantulkan pemandangan langit yang indah.     

Jantung Mihai berdegup kencang. Tanpa perlu siapa pun yang memberitahunya, ia tahu bahwa pemandangan ini sekarang menggambarkan perasaannya yang bagaikan sebuah langit senja: sedikit kebahagiaan bercampur dengan kesedihan dan kerinduan.     

Memori yang kembali kepadanya membuat ia merasakan begitu banyak hal dan yang berada di posisi paling tinggi di antaranya adalah rindu.     

Rasanya sudah beribu-ribu tahun berlalu dan ia begitu ingin melihat wajah Luca. Menyentuhnya, memeluknya, mencium aroma tubuhnya, dan merasakan bibir Luca yang manis. Ketika ia memikirkan itu, warna merah di langit menjadi sedikit lebih mencolok seperti ingin menggambarkan semburat merah di pipinya.     

Splash!     

Telinga Mihai bergerak sedikit, tersentak oleh suara cipratan air. Itu adalah langkah kaki, langkah kaki yang tergesa-gesa.     

Jantung Mihai bergetar. Ia tidak perlu mencari sumber suara itu. Kakinya langsung berlari.     

Dari arah ia menuju, sesosok jangkung samar-samar muncul. Sepasang tanduk menjulang tinggi di atas kepalanya. Rambut hitam mengkilap panjang yang diikat satu dengan longgar berayun-ayun mengikuti irama langkah kaki. Tubuhnya yang ideal dan proporsional dibalut dengan jas hitam dengan potongan dan desain yang rumit. Seluruh siluet itu menggambarkan sebuah kesempurnaan di mata Mihai, mendesaknya untuk mempercepat larinya.     

Mata Mihai berbinar bahagia sekaligus semakin basah. Air mata jatuh dan langsung terbawa oleh angin.     

Sosok itu pun mempercepat langkahnya. Sepasang mata merah tua berbinar terang. Senyum lebar menghiasi wajahnya.     

Dalam dua kali kehidupan Mihai dan seribu tahun dalam keadaan roh, Mihai tidak pernah melihat senyum yang begitu lebar pernah mengukir wajah tampan itu. Perasaannya sudah kembali! Teriak Mihai bahagia.     

"Luca! Luca! Luca!" Kebahagiaannya sudah begitu besar hingga ia tidak bisa menahannya meluap keluar. Mihai memanggil nama sosok itu tanpa henti, semakin lama semakin kuat, semakin bersemangat, dan bercampur dengan isak haru.     

Sosok itu tidak menghabiskan napasnya untuk memanggil tapi larinya semakin cepat.     

Ketika keduanya bertemu, Luca merentangkan kedua tangannya, menerima seluruh diri Mihai dan mengangkatnnya tinggi ke dalam pelukan. Luca berputar beberapa kali sebelum berhenti dengan napas terengah-engah. Keduanya bertemu pandang, satu merunduk sementara yang lainnya mendongak. Berbagai perasaan tersalurkan melalui pandangan itu.     

Tidak ada yang berkata-kata. Kata-kata tidak dapat menyalurkan segala perasaan yang membuncah di dalam hati mereka.     

Pelan-pelan, Mihai mendekatkan wajahnya. Luca tidak mengatakan apa pun, hanya memejamkan matanya.     

Kedua bibir bertemu. Berawal dengan sentuhan yang ringan, keduanya mulai melumat dan menyedot bibir satu sama lain bagaikan dua makhluk yang kelaparan dan hanya bibir itulah yang lezat bagi mereka. Bunyi-bunyi basah menggema di sekitar mereka membuat kedua telinga memerah tapi tidak ada yang rela untuk berhenti.     

Aroma mint menguar dari tubuh Luca, mengingatkan Mihai pada aroma tubuh Luca yang selama ini selalu tercampur dengan bedak bayi. Mihai tidak lagi ingat kapan Luca memulai hal itu tapi ia tahu bahwa Luca melakukan rutinitas itu secara tidak sadar, selalu mengenakan bedak bayi yang memiliki aroma yang sama seperti yang telah Mihai pakai dulu untuk mengobati kerinduan pria itu kepada Mihai.     

Air mata mengalir bebas membasahi pipi Mihai.     

Ia telah membuat Luca menunggu terlalu lama ….     

Merasakan dinginnya air mata tersebut, Luca menjauhkan bibirnya. Mihai ingin memprotes tapi Luca telah mendekatkan wajahnya kembali, kali ini menjilati jejak air mata yang mengotori wajah Mihai.     

Tidak ada kata-kata di antara keduanya. Ya … kata-kata itu tidak perlu.     

Mihai menjatuhkan ciumannya pada pipi Luca dengan lembut. Padahal Luca tidak meneteskan air mata tapi entah mengapa, Mihai bisa merasakan rasa asin dari pipi Luca.     

Setelah Luca kembali menjauhkan wajahnya, keduanya bertatapan sebentar kemudian kembali menyatukan bibir mereka. Menjauh lalu kembali menyatukan bibir lagi, berkali-kali tapi kepuasan mereka belum terpenuhi.     

Mereka telah menunggu begitu lama dan untuk memenuhi kepuasan itu, ribuan tahun mungkin diperlukan.     

"Ehem!"     

Keduanya tersentak kembali.     

Di dalam benak mereka, tanda tanya besar muncul. 'Mengapa ada orang lain di dalam alam bawah sadar kita?'     

Keduanya menoleh hampir bersamaan, masih dalam posisi Luca yang menggendong Mihai.     

Pria berambut hitam panjang berdiri di samping keduanya. Senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan. Sepasang mata emas menatap mereka dengan perasaan yang campur aduk sementara kedua pipi pucatnya terhiasi semburat merah. Pakaian panjang berwarna biru tua membalut tubuhnya yang mengeluarkan aura menenangkan. Jika mereka tidak mengenal identitas pria itu, mereka pastinya akan berpikir bahwa pria itu merupakan seorang dewa.     

Mungkin ia tidak sepenuhnya tidak benar karena pria itu adalah bawahan dari sebuah sosok yang tinggal di dunia atas tempat di mana dewa-dewi tinggal. Pria ini adalah Carme!     

"Me—menga—"     

"Aku akan jelaskan tapi sebelum itu …." Semburat merah di wajah Carme semakin kentara. Jari telunjuknya menunjuk pada pemandangan di belakangnya yang mulai dihiasi oleh ribuan gambar hati yang melayang di berbagai tempat. Di kejauhan bahkan Mihai bisa menemukan sebuah tempat tidur besar terletak di atas permukaan air.     

Ketika menyadari itu, permukaan air yang tenang tiba-tiba memiliki ledakan kecil. Itu adalah bentuk rasa malu Mihai yang begitu kuat hingga ia merasa akan meledak ….     

'Ahhhhh!!!! Aku ingin menggali kubur dan masuk ke dalam sana sekarang juga!!!'     

Saking malunya, ia tidak menyadari senyum manis yang menghiasi wajah Luca beserta tawa yang kabur dari bibir manisnya itu ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.