This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Jimat



Jimat

0Malam sebelum meluncurkan penyerangan ke Kota Hanju, semua orang memastikan kembali tidak ada perlengkapan yang kurang. Suasana tegang menyelimuti mereka. Kesalahan sedikit pun tidak boleh terjadi karena mereka takut hal itu akan menggagalkan seluruh perjuangan mereka yang berarti belasan tahun pemberontakan ini akan sia-sia.     
0

Tidak ada yang mau hasil akhir seperti itu.     

Di dalam sebuah penginapan terbuang di kota terdekat yang telah menjadi markas para pemberontak, seluruh kepala kelompok pemberontak berkumpul, mendiskusikan kembali strategi mereka. Luca yang secara tidak tertulis telah dinobatkan menjadi pemimpin mereka menjelaskan jalur-jalur dan tim-tim yang ditugaskan di setiap jalur berkali-kali hingga seluruh pemimpin telah mengingatnya di luar kepala. Setelah mengirimkan beberapa hal yang perlu diperhatikan, Luca membubarkan mereka.     

Malam sudah larut dan mereka butuh istirahat yang cukup agar dapat mengerahkan kekuatan secara maksimal pada aksi besok.     

Seluruh rekan perjuangannya sebagai Pemburu Half-beast pun ikut berpamitan dan mereka semua masuk ke dalam kamar masing-masing untuk tidur.     

Luca menutup pintu kamar rapat-rapat. Lilin di dalam kamar telah lama mati sehingga menyisakan berkas cahaya dari bulan yang menyusup masuk melalui jendela.     

Alis Luca merajut dalam.     

Sebelum ia keluar, ia ingat jendela kamarnya tertutup rapat. Akan tetapi, melihat berkas cahaya yang begitu terang, walaupun Luca tidak dapat melihat jendelanya secara langsung karena terhalang oleh dinding lipat, seharusnya jendela itu sekarang telah terbuka.     

Dengan langkah sepelan mungkin, Luca berjinjit mendekati dinding lipat. Dinding itu membagi kamarnya menjadi dua area, yaitu ruang tamu dan ruang tidur. Di balik dinding lipat terdapat tempat tidur.     

Menggenggam sudut dinding lipat, Luca mencondongkan wajahnya untuk memastikan identitas penyusup kamar ketika ….     

"Luca!" Sepasang mata emas berbinar terang hingga menyilaukan mata Luca. Telinga berbulu coklat berdiri tegak dan ekor bulunya mengibas ke sana kemari penuh keceriaan.     

Luca tertegun untuk beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas lega.     

Ternyata yang menyusup hanyalah Mihai!     

'Bikin kaget saja!' Ia bahkan sudah siap menyerang sosok itu dengan sihir. Untung saja ia berkepala dingin jika tidak Mihai mungkin sudah terluka sebelum dapat menyapa Luca.     

Melihat senyum lebar di wajah Mihai, jantung Luca berdegup kencang. Seluruh ketegangan di tubuhnya mengendur dan sudut bibirnya refleks terangkat, memperlihatkan sebuah senyum lembut.     

Tiga bulan yang lalu, Victor dan Steve berhasil menidurkan semua mixed blood, menyisakan Reno, Sen, dan Himijime – keluarga yang telah berbaik hati untuk menampung mixed blood. Ketiga anggota keluarga itu telah berada di persembunyian di Bukit Herme untuk mengurus para mixed blood asuhannya, menjaga mereka agar tetap bersih dan sehat walaupun dalam keadaan tertidur.     

Sen juga berjanji akan membantu Luca untuk melawan Lauren dan akan ikut dalam aksi di Kota Hanju nanti.     

Dari seluruh mixed blood asuhan Sen, hanya Mihai-lah yang menolak untuk ditidurkan hingga pemberontakan di Kota Hanju selesai. Ia tentunya ingin membantu dan menemani Luca! Lagipula, ia masih belum menyerah dengan usahanya menarik hati Luca. Ia tidak ingin ketika bangun dari tidur, ia menemukan Luca telah menemukan pasangan hidup lain.     

Untungnya setiap kali Victor dan Steve berpura-pura membunuh mixed blood mereka akan mengirimkan bukti dalam bentuk abu jadi Lauren tidak bisa memastikan apakah Mihai benar-benar mati atau tidak dengan mata kepalanya sendiri.     

Walaupun begitu, Lauren tetap terlihat sangat puas ketika menemukan bahwa Mihai telah mati dan Luca yang mendengar kabar itu tidak terlihat tersakiti sama sekali. Luca menyadari kepercayaan Lauren terhadap dirinya mulai kembali dan itu sangat menguntungkan Luca dalam mengelabui Lauren.     

Melihat Mihai duduk di atas tempat tidur Luca dengan santai, Luca sedikit salah tingkah. Ia berdehem kecil seraya berjalan mendekati anak asuhnya. "Mengapa kau ada di sini? Kota ini penuh dengan incubus, bagaimana kau bisa menyelinap? Tidak ada yang menemukanmu bukan?"     

Mihai tertawa kecil mendengar pertanyaan yang tidak habis-habisnya. Ia bisa merasakan kecemasan tulus dari Luca. Hal ini membuat hati Mihai menjadi hangat.     

Tidak ingin Luca begitu cemas, Mihai menarik lengan Luca memaksa pria itu untuk duduk di samping Mihai. Mengelus punggung tangan Luca dengan lembut, Mihai berucap, "Tidak perlu khawatir. Beberapa hari ini, aku berlindung di tempat Tuan En dan Paman Carme mengajariku menggunakan beberapa sihir. Ketika aku ke sini menggunakan sihir yang telah diajari paman, tidak ada yang menyadari keberadaanku."     

Walaupun Mihai telah menjelaskannya, Luca tetap tidak seluruhnya tenang.     

Luca sudah cukup lama mengetahui mengenai Carme melalui Toma. Akan tetapi, baru beberapa bulan yang lalu Toma membawa Carme kepada Luca.     

Menurut Toma, ia sangat puas dengan kinerja Luca hingga sekarang dan setelah berdiskusi dengan Carme, Carme pun setuju untuk membuka segel kedua yang telah ia jaga selama ribuan tahun dengan penuh kehati-hatian.     

Carme sangat puas ketika berbicara dengan Luca dan ia akan membantu Luca melawan Lauren.     

"Pria itu adalah musuh Tuanku. Tuanku sudah berselisih dengan Lauren cukup lama," ucap Carme saat itu.     

Jika Luca berhasil menjatuhkan Lauren, segel itu akan menjadi milik Luca. Begitulah syarat yang diberikan Carme.     

Toma membawa Carme kepada En dan Rion agar rencana yang telah mereka buat dapat berjalan dengan lancar. Di saat yang sama, Toma juga membawa Mihai karena Carme ingin bertemu dengan Mihai.     

Menurut Mihai, Carme ingin membantu Mihai belajar menggunakan sihir yang terpendam di dalam diri Mihai.     

Saat Luca bertanya apakah itu merupakan sihir ilusi klan rubah, Mihai mengangguk dan menggeleng. Memang salah satunya adalah sihir ilusi tapi entah bagaimana caranya, Mihai memiliki kekuatan sihir yang lebih dibandingkan sihir ilusi tersebut. Salah satu contohnya, Mihai dapat menggunakan sihir api hitam yang dapat menetralkan banyak sihir dan api hitam itu juga bisa digunakan untuk menyerang.     

Mendengarkan mengenai api hitam, Luca teringat oleh sesosok yang dulu tinggal di rumah majikannya ketika ia masih muda tapi entah mengapa, ingatan Luca sedikit buram. Ia tidak dapat mengeluarkan nama sosok itu dan bentuk wajahnya pun tidak dapat Luca gambarkan lagi.     

"Seharusnya kau tinggal di tempat Tuan En. Mengapa berlari ke sini? Cepat pulang!" tegur Luca.     

Walaupun incubus lainnya tidak bisa mendeteksi sihir tapi di penginapan ini ada Lauren. Luca tidak tahu apakah Lauren memiliki kemampuan untuk mendeteksi keberadaan sihir di luar miliknya sendiri tapi Luca tidak mau mengambil risiko. Luca sendiri selalu menghindari Lauren ketika ia menggunakan sihir untuk mengantisipasi jika Lauren dapat mendeteksi sihir asing di tubuh Luca.     

Jika Lauren bisa mendeteksi Mihai dari sihir yang digunakan Mihai, semuanya akan sia-sia.     

Bibir Mihai mengerucut tapi ia tidak mengucapkan keberatannya. Ia tahu Luca hanya khawatir jadi ia menjelaskan, "Tenang saja. Paman Carme sudah mengantisipasi hal ini dan dia memberiku sebuah ramuan. Aku bisa menggunakan sihir tanpa terdeteksi oleh siapa pun selama tiga jam. Aku baru meminumnya satu jam yang lalu jadi aku masih punya waktu."     

Mendengar itu barulah Luca bisa sedikit lebih lega. "Baiklah kalau begitu. Mengapa kau ke sini? Ada suatu masalah?"     

Bibir Mihai semakin mengerucut dalam, membuat Luca mengernyit karena ia tidak tahu apa yang membuat Mihai tidak senang.     

"Aku ingin bertemu denganmu, apa tidak boleh?" Mihai tidak merasa hanya bisa bertemu dengan Luca ketika ia memiliki masalah saja. Jika ia bisa, Mihai akan sangat bahagia untuk bertemu dengan Luca setiap hari sambil membincangkan hal-hal kecil yang tidak penting.     

Luca tertawa kecil. Jarang-jarang Mihai mengeluarkan sisi kekanakannya sejak mereka bertemu kembali. Dengan gemas, Luca mengacak rambut Mihai.     

"Jika keadaan sudah aman, kau bisa bertemu denganku kapan pun kau mau. Aku tidak akan mengeluh. Aku hanya takut karena keadaan sekarang masih berbahaya," bujuk Luca berusaha mengembalikan kebahagiaan di wajah Mihai.     

Mihai tahu ia terlalu kekanakan jadi cemberut di wajahnya segera tergantikan oleh senyum lebar. "Aku tahu! Aku janji tidak akan melakukan hal yang berbahaya!"     

Luca mengangguk. Tangannya masih mengelus kepala Mihai.     

Mihai merasa sangat nyaman sehingga ketika Luca akan menarik tangannya, Mihai buru-buru menahan tangan Luca dan mengeluskan kepalanya pada telapak tangan Luca.     

Semburat merah menghiasi wajah Luca. Melihat keimutan di depannya, jantung Luca meloncat hingga terasa akan keluar dari tenggorokannya.     

Setelah menikmati elusan untuk beberapa saat lagi, barulah Mihai melepaskan tangan Luca dengan penuh kepuasan.     

Ia mendongak, mengamati langit malam untuk beberapa saat sebelum bangun dari tempat tidur.     

"Kau sudah mau pergi?" tanya Luca yang terdengar sangat kehilangan dari nada bicaranya.     

Mihai merasa telinganya sudah rusak hingga mendengar halusinasi sementara Luca mengutuk dirinya di dalam hati karena telah kehilangan kontrol dirinya. Mihai buru-buru menoleh ingin memastikan apakah ia benar berhalusinasi atau tidak.     

Luca terlihat seperti biasa. Wajah tampannya terlihat dingin tanpa senyum hangat yang biasa ia perlihatkan kepada Mihai. Akan tetapi, jika Mihai mengamati lebih seksama, ia dapat menemukan sirat kesepian pada mata Luca.     

Jantung Mihai berdegup kencang. Kebahagiaan membuncah di dalam dirinya, untuk pertama kalinya merasa bahwa usahanya selama ini tidaklah sia-sia. Ia mulai mendapatkan hasil dari usaha keras tersebut.     

Tentunya Mihai tidak terang-terangan mengeluarkan kebahagiaannya karena tidak ingin dibilang kege-eran. Menahan sudut bibirnya untuk naik melebihi yang diperlukan, Mihai mengangguk. "Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu. Besok adalah hari penting dan kau perlu energi yang cukup."     

Luca mengangguk. Ia berusaha mengatur ekspresi wajahnya dengan sedemikian rupa tapi tidak menyadari bahwa hanya dengan gerakan pandangan matanya yang jatuh ke arah kaki, Mihai merasa dapat melihat sepasang telinga anjing yang tertekuk dalam di kepala Luca.     

Tidak ingin melihat pria kesayangannya bersedih, Mihai memeluk Luca erat.     

Seluruh tubuh Luca membatu. Napasnya tanpa sadar ia tahan. Napas panas membelai daun telinganya, memberikan sensasi aneh di area perutnya.     

"Cepat selesaikan semua ini dan pikirkan perasaanmu kepadaku. Aku akan menunggu walaupun tidak sabar!" Setelah membisikkan itu, Mihai melepaskan pelukannya, memperlihatkan senyum lebar yang tampak gigi.     

Di tangan kanan Luca sekarang terdapat sebuah jimat kecil. Dilihat dari bentuknya yang tidak rapi, Luca tahu bahwa ini adalah buatan tangan Mihai. Kebahagiaan membuncah di dalam dirinya hingga rasanya ia melambung tinggi.     

Mihai mendaratkan kecupan ringan di pipi Luca lalu buru-buru lari dari kamar itu. Tidak membiarkan Luca melihat wajahnya yang sudah merah padam.     

Luca mematung sejenak. Ketika ia kembali tersadar, senyum lebar menghiasi wajahnya.     

Ia mengangkat jimat di tangannya pada bibir lalu mengecupnya ringan. Kabut yang menyelimuti hatinya telah hilang, memperlihatkan sebuah jalur yang terang benderang. Di ujung jalur itu hanya ada sesosok mixed blood yang begitu berharga, melambai dengan senyum lebar kepadanya.     

'Setelah semua ini selesai … aku janji!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.