This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Sebelum Rencana Besar



Sebelum Rencana Besar

0Kontras dengan pergolakan di dalam hati Luca, rencana pemberontakan berjalan dengan mulus.     
0

Pertahanan yang disiapkan half-beast dengan mudah dibobol dan setiap pemegang kekuasaan yang korup telah mati di tangan Luca.     

Dalam waktu setengah tahun, tepat hari ini di tengah kobaran api dan sorakan, para pemberontak berhasil menjatuhkan tiga kota yang tersisa. Akhirnya mereka mencapai target terakhir, Kota Hanju!     

Mata setiap pemberontak berbinar terang membayangkan masa depan cerah mereka yang sebentar lagi akan bisa dicapai.     

Melihat itu, Luca sedikit merasa bersalah – tentunya ia berhasil menutupi perasaan itu dari ekspresi wajahnya. Ketika semuanya selesai, orang-orang yang telah membantunya memberontak pastinya akan menganggap Luca sebagai pengkhianat.     

Namun, tidak masalah!     

Luca yakin tujuannya ini akan memberikan kehidupan yang lebih sejahtera kepada seluruh kaum. Walaupun kaumnya akan menganggap dirinya pengkhianat pun, Luca tidak akan memberikan kerugian kepada kaumnya dan ia yakin, seiring berjalannya waktu, kaumnya akan paham bahwa dunia yang ada di dalam mimpi Luca itu di mana seluruh kaum dapat hidup damai secara setara adalah pilihan yang terbaik untuk mereka.     

Di arah yang berlawan dari tempat Luca berada, di tengah halaman belakang yang telah ternodai oleh genangan darah, Lauren menarik pisau dari dada salah satu petinggi kota secara kejam. Matanya dingin dan tawa menyeramkan kabur dari mulutnya.     

Setelah memastikan semua tubuh yang tergeletak di sekelilingnya tidak lagi bernapas, ia hendak kembali bertemu dengan Luca ketika sudut matanya menangkap sosok yang sedang berlari.     

"Tch!" Lauren langsung meloncat ke arah sosok-sosok itu.     

Tanpa memperhatikan siapa identitas mereka, Lauren mengangkat pisaunya siap menusuk mereka tanpa ampun.     

Tidak ia sangka, salah satu dari sosok yang bermantel putih bersih itu mengangkat tangannya dan angin kencang menghantam tubuh Lauren. Bagaikan bilah pisau, bagian tubuh Lauren yang terkena angin tersebut langsung robek. Darah segar mengucur dari sana.     

Menyadari angin itu tidak normal, Lauren langsung menghindar dari serangan selanjutnya. Di saat yang bersamaan, dua sosok lainnya sudah berlari pergi melalui semak-semak – sepertinya mereka memiliki jalur tersembunyi untuk kabur dari kota.     

Oleh karena terlalu terburu-buru, tudung yang menutupi kepala kedua sosok itu sedikit terbuka membuat Lauren dapat melihat sedikit dari wajah mereka. Mata Lauren langsung dipenuhi penghinaan.     

Kedua sosok itu adalah kepala klan rubah dan klan serigala!     

Lauren ingin membunuh kedua sosok kunci kaum half-beast itu sekarang juga tapi sosok ketiga yang menyerangnya menggunakan angin itu membuat Lauren was-was.     

Angin itu tentunya merupakan sihir!     

Sementara selain klan rubah yang memiliki kemampuan dalam sihir ilusi, tidak ada half-beast yang dapat menggunakan sihir lagi karena darah mereka yang tidak lagi murni setelah perkawinan campuran yang terjadi tujuh turunan.     

"Siapa kau?!" Lauren memicingkan mata, mengamati sosok penyerangnya dari pangkal kepala hingga ke ujung kaki.     

Sosok itu tidak menjawab dan tidak memiliki keinginan untuk menjelaskan apa pun. Ketika ia memastikan kedua sosok besar klan half-beast telah berhasil lari, ia mengayunkan satu tangannya lagi untuk memanggil angin lalu berbalik seraya berlari kencang untuk kabur.     

"Tidak akan kubiarkan!" Lauren menggunakan sihirnya untuk melawan angin tersebut. Dengan satu hentakan kuat, ia menghilangkan jarak di antara keduanya. Tangan yang bagaikan cakar mengayun tajam, hendak menangkap sosok tersebut.     

Menyadari aura membunuh, sosok itu mempercepat larinya sehingga cakar itu tidak berhasil menangkap anggota tubuhnya tapi Lauren tidak menyerah dan akhirnya berhasil menangkap ujung mantel sosok tersebut.     

Tudung yang menutupi kepala ikut tertarik, memperlihatkan rambut hitam panjang yang diikat ekor kuda. Garis wajah pria itu tegas dengan bibir tipis dan hidung mancung. Sepasang matanya memiliki sudut yang sedikit jatuh, memberikan sensasi lembut dan di dalam kelopak mata itu, terdapat sepasang pupil emas yang bercahaya.     

"Kau!!" Kebencian di dalam hati Lauren semakin kuat.     

Pria itu tidak memberikan kesempatan untuk Lauren melampiaskan kebenciannya. Dengan lihai, ia melepaskan mantel dari tubuhnya dan segera berlari menuju arah kabur kedua sosok lainnya.     

Lauren buru-buru mengejarnya tapi hanya dalam sekejap mata, sosok pria itu tidak lagi terlihat di mana pun.     

*****     

Malam itu, para pemberontak berkumpul di salah satu kedai yang telah dibuang oleh penduduk kota untuk merayakan kemenangan mereka. Mereka mengumpulkan bahan makanan yang tertinggal lalu mulai memasak hidangan-hidangan yang berhasil menumpahkan air liur di seluruh sudut mulut para pemberontak.     

Ditambah dengan alkohol yang menghilangkan batasan setiap orang, ketika malam semakin larut, keadaan di dalam kedai semakin meriah. Atau lebih tepatnya, sangat kacau!     

Bahkan hampir setengah dari mereka yang mabuk sudah mulai melepaskan baju dan menari-nari di tengah kedai seperti orang tidak waras.     

Melihat seluruh kekacauan yang tidak senonoh itu, Luca memijit pelipisnya sembari berjalan keluar. Ia ingin kembali ke penginapan dan segera tidur.     

Akan tetapi, belum sempat ia keluar, Lauren tiba-tiba menarik lengannya.     

"Ada apa?"     

Lauren tidak menjawab. Luca melirik wajah pria itu dan tidak biasanya, wajah Lauren penuh dengan keseriusan yang suram. Luca dapat menangkap aura menyeramkan menguar dari Lauren.     

Luca ditarik ke dalam sebuah ruangan pribadi dengan dekorasi yang seharusnya mewah – karena kekacauan dari pemberontakan, perabot-perabot mewah telah lecet hingga pecah sehingga tidak lagi meninggalkan kemewahan dan keindahan yang seharusnya.     

Di dalam ruangan telah berkumpul rekan-rekannya: Vasile, Ecatarina dan kedua anaknya, Steve, Victor, Albert, dan Lonel. Luca berjalan masuk dan Lauren segera menutup pintu erat.     

Luca berkontak mata dengan semua orang di dalam ruangan, bertanya apakah mereka tahu mengapa Lauren mengumpulkan mereka di sana. Mereka semua juga terlihat bingung, tidak ada yang tahu tujuan Lauren.     

Untungnya Lauren tidak membuat mereka menunggu terlalu lama dalam rasa penasaran.     

"Aku bertemu dengan Carme."     

"Carme?" Semua orang mengernyit kecuali Vasile.     

Vasile menatap Lauren dengan tidak percaya. "Bagaimana mungkin? Bukankah dia tidak mengawasi dimensi ini?"     

Lauren menggeleng. "Aku tidak tahu apa yang ingin ia lakukan di sini tapi ini kesempatan kita! Dia pasti menyimpan segel sihir kaum kita."     

Vasile dan Lauren terus berbicara, membiarkan yang lainnya dalam tanda tanya besar. Melihat kedua orang itu benar-benar akan memperbincangkan masalah ini tanpa maksud menjelaskan terlebih dahulu, Luca menghentikan mereka.     

"Jelaskan dulu. Kami bahkan tidak tahu siapa Carme ini."     

Vasile baru tersadar dan segera menjelaskan.     

"Carme adalah salah satu dari dua bawahan yang dibawa oleh Rubah Mistis untuk melawan kaum incubus ribuan tahun yang lalu. Ketika Rubah Mistis berhasil menjatuhkan kaum kita dan menyegel kekuatan kaum kita, ia membagi segel kekuatan itu menjadi tiga: satu di tangan sang rubah mistis dan dua lainnya di tangan kedua bawahannya. Satu sudah dibuka olehmu, yaitu yang menyegel kemampuan fisik kita. Satu lagi ada di tangan Carme dan kemungkinan segel itu berisi kemampuan kaum kita menggunakan sihir."     

Mata Luca langsung berbinar. "Jika kita berhasil mendapatkan kembali segela itu maka kita semua bisa menggunakan sihir?"     

Vasile berpikir sejenak, tidak tahu harus mengangguk atau menggeleng.     

Menyadari keraguan sang paman, binar di mata Luca sedikit meredup. "Apa aku salah?"     

Vasile menatap Luca sejenak, merenung sebelum menggeleng. "Tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar. Kau ingat segel itu ada tiga bukan?"     

Luca mengangguk.     

"Segel yang dijaga oleh Rubah Mistis secara pribadi adalah segel kekuatan para incubus abadi."     

Mata Luca membulat. Mulutnya terbuka menyerukan "Ah!", paham apa yang dimaksudkan oleh Vasile.     

Lauren mengangguk menyetujui ucapan Vasile. "Jika segel di tangan Carme bisa kita buka, kaum kita secara umum akan dapat menggunakan sihir. Dengan begitu, kekuatan kita akan lebih besar dibandingkan half-beast! Jika mereka ingin melawan kita di masa depan, mereka tentunya tidak akan berhasil!" Binar matanya semakin terang dan semakin menyeramkan. Vasile merasakan hawa dingin di punggungnya ketika menatap mata Lauren.     

"Apa kau tahu dimana dia sekarang?"     

Lauren menggeleng. "Tapi aku tahu dia bergerak bersama kepala klan rubah dan serigala."     

"Kalau begitu, kita bisa merebut segel itu ketika menyerang Kota Hanju."     

Sebenarnya Lauren ingin merebut segel itu sebelum penyerangan di Kota Hanju. Lagipula, jika segel itu dibuka secepatnya, semua orang bisa belajar menggunakan sihir dan penyerangan di Kota Hanju pun akan lebih mudah.     

Akan tetapi, Luca tidak berpikir itu ide yang bagus. Carme bergerak bersama kedua sosok besar kaum half-beast dan melihat bagaimana kedua sosok itu tiba-tiba muncul di depan Lauren, Luca merasa ini bisa jadi sebuah jebakan.     

Lagi pula, kedua sosok besar itu bertempat tinggal di Hanju dan walaupun kedua sosok itu dapat mengirimkan bantuan kepada petinggi di kota tersebut untuk melawan pemberontak, untuk apa kedua sosok besar itu sendiri pergi ke kota yang sudah jelas-jelas sedang di serang?     

Semakin Luca mengucapkannya, semua orang semakin yakin bahwa kedua sosok besar berusaha memancing Luca dan yang lainnya.     

Carme juga tahu bahwa Lauren mengenalinya dan sangat menginginkan segel itu. Bisa saja Carme menggunakan taktik ini untuk memancing kelompok pemberontak dan menjatuhkan mereka ke dalam perangkap.     

"Jika kita tetap menyerang Kota Hanju sesuai rencana awal kita, kita tetap akan bisa bertemu dengan Carme karena tujuan kita adalah kepala klan rubah. Dengan begitu, kita bisa menjatuhkan half-beast sekaligus mendapatkan kembali kekuatan kita."     

Mengusap dagu, Lauren mengangguk-angguk. "Kau benar. Kita tidak boleh gegabah dan merusak semuanya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.