This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kebenaran (2)



Kebenaran (2)

0Lantai satu rumah makan itu berisi meja dan kursi untuk para pelanggan makan dan minum serta bermain dengan bunga-bunga (wanita) yang mereka pesan. Bunga yang tersebar di tengah lantai satu adalah mereka yang tidak memiliki ruangan pribadi, artinya mereka berada di tingkatan terendah.     
0

Luca mengamati sekelilingnya, menemukan beberapa wajah yang tidak begitu asing berbaur di antara tamu-tamu lainnya. Ia mencibir di dalam hati ….     

'Menjadi petugas berpangkat tinggi tapi bermain di depan umum dengan begitu tak tahu malunya!'     

Ia menahan ekspresi wajahnya untuk tidak mengeluarkan pikirannya secara jelas.     

Pria yang menyambut Luca selanjutnya segera membawa Luca menaiki tangga menuju lantai-lantai berikutnya yang terisi dengan ruangan-ruangan. Sama seperti dengan sistem Tenkai-ya, semakin tinggi lantai yang Luca naiki, semakin sedikit dan luas setiap ruangannya.     

Pria itu tidak berhenti hingga mereka mencapai lantai teratas lalu menepi sebelum membungkuk dalam. Tangannya terulur ke arah pintu ruangan berlukiskan bunga akasia yang tertutup rapat. "Semoga malammu menyenangkan, Tuan." Setelah mengatakan itu, ia menuruni tangga.     

Luca memastikan pria itu tidak lagi terlihat sebelum akhirnya membuka pintu geser. Aroma lembut bunga langsung berlomba-lomba memasuki hidungnya.     

"Selamat datang, Tuan." Seorang wanita – manusia – berpakaian merah menyala menyambut Luca dengan anggun. Kecantikannya yang memberikan kesan kemurnian dan tak tercela membuat Luca tidak heran bahwa wanita di hadapannya itu merupakan pelacur nomor satu di rumah makan ini. Lagi pula, banyak pria-pria mesum yang sangat bergairah untuk menodai wanita-wanita yang terlihat murni di mata.     

Pelacur nomor satu, Bunga Akasia, berlenggak-lenggok dengan anggun sebelum berlutut di depan sebuah pintu geser. "Silahkan," ujarnya singkat sembari membuka pintu.     

Dari dalam ruangan, telah duduk beberapa orang yang membentuk dua kelompok berbeda. Satu kelompok yang duduk paling jatuh dari pintu terdiri dari tiga orang. Dua dari tiga orang itu telah menjadi sosok familiar bagi Luca sejak bertemu di Kota Kai, sementara satu orang lainnya tidak pernah Luca temui langsung tapi Luca kenali identitasnya.     

Kelompok kedua terdiri dari dua orang pria yang tidak Luca kenali sama sekali. Namun, dilihat dari salah satu anggota kelompok itu yang memiliki tanduk dan telinga berbulu sekaligus, Luca bisa menduga identitas mereka.     

"Terima kasih Nona telah memberiku ijin menggunakan tempatmu malam ini. Aku janji akan membawa beberapa orang yang akan menyukai layananmu lain kali," ujar salah satu dari kelompok pertama yang berpakaian sederhana dengan telinga dan ekor rubah. Ekspresi wajahnya lembut dan sebuah senyum tersungging, mempesona wanita tersebut untuk sesaat.     

Bunga Akasia membungkuk pelan – bahkan pergerakan kecil itu juga memperlihatkan keanggunannya. "Tidak perlu, Tuan En. Pelacur kecil ini telah berhutang budi terhadap Tuan jadi permintaan Tuan hari ini memberikan kesempatan bagi saya untuk membalas budi. Tuan tidak perlu melakukan lebih banyak untuk pelacur kecil ini."     

En meletakkan gelas tehnya. "Baiklah kalau begitu."     

Luca memasuki ruangan kemudian pelacur itu menutup pintu rapat-rapat. Ia duduk di satu-satunya bantal duduk yang masih kosong. "Maaf telah membuat kalian menunggu." Ia menurunkan tudungnya, memperlihatkan sebuah wajah asing – Luca telah membubuhkan make up penyamaran di wajahnya.     

"Tidak masalah," ujar En seraya melambai ringan. Ia selalu terkejut dan sedikit terpukau dengan kemampuan penyamaran Luca. Tentunya ia tidak ragu walaupun wajah Luca selalu berubah tiap kali pertemuan mereka karena telinganya telah mengenali kekhasan suara Luca secara jelas. Di sebelahnya, Rion tidak berkomentar sementara Kou, kepala klan singa yang baru pertama kali bertemu dengan Luca, mengamati Luca dengan seksama.     

Tidak menghiraukan pandangan yang penuh penilaian, Luca mengalihkan fokusnya kepada kedua pria lainnya. Satunya merupakan incubus yang berbadan mungil sementara yang lainnya merupakan mixed blood bertubuh jangkung. "Kau pasti Sen Stoica dan di sebelahmu adalah putramu, Reno Stoica."     

Kedua orang itu mengangguk singkat.     

Luca menggeser posisinya hingga sejajar dengan kedua pria tersebut lalu membungkuk dalam.     

Melihat itu, keduanya buru-buru ikut membungkuk.     

"Salam kenal. Terima kasih sudah mengasuh Mihai hingga sekarang."     

Mendengar nama itu muncul dari mulut Luca, Sen dan Reno sedikit terkejut tapi mereka segera keluar dari keterkejutan dan tersenyum hangat. Sen menggeleng kecil. "Tidak perlu berterima kasih. Dia adalah anak yang manis dan tidak sulit merawatnya."     

Ucapan Sen tulus dan penuh kasih sayang. Mendengar itu, tanpa sadar ekspresi wajah Luca melunak dan senyum hangat yang tidak pernah En lihat menghiasi wajah Luca.     

"Baiklah. Kita tidak bisa menghabiskan terlalu banyak waktu dan menarik kecurigaan. Mari kita mulai dari kemajuan rencana pemberontakan kalian, Luca. Apakah target selanjutnya sudah ditetapkan?"     

*****     

Luca tidak pernah bermaksud menaklukkan dunia ini hanya untuk kemakmuran kaumnya saja. Tidak, lebih tepatnya, ide itu pernah tertambat di benaknya tapi pada akhirnya ia berubah pikiran.     

Hari itu merupakan malam pemusnahan Distrik Yomi. Merenung di bawah sinar rembulan, ketika ia mengirimkan permohonan kepada bintang jatuh yang kebetulan lewat, ia tersadar bahwa menaklukkan dunia untuk memberikan kehidupan yang sejahtera kepada kaumnya bukanlah hal yang paling ia inginkan.     

Ia memang tidak ingin ada satu pun incubus yang mengalami perlakuan seperti Emilia lagi tapi bukan berarti ia ingin menjadi pahlawan kebenaran bagi kaumnya.     

Tidak ia sadari atau lebih tepatnya, ia menolak untuk menyadarinya hingga malam itu, bahwa posisi orang paling berharga di dalam hatinya saat itu telah bergeser. Tentunya Emilia tetap merupakan sosok yang ia sayangi dan kasihi, sosok yang selalu membuatnya terpukau selama kehidupan singkat gadis tersebut. Namun, sekarang, terdapat satu sosok yang ia harapkan lebih besar dari siapa pun untuk dapat hidup bahagia dalam dunia yang damai baginya dan sosok itu adalah Mihai.     

Bayi itu telah menerangi kembali hatinya yang gelap. Jika tidak ada Mihai, mungkin Luca sudah lama bunuh diri untuk mengejar gadis pujaan hatinya ke alam baka.     

Mihai lah yang membuatnya masih tetap bertahan di dunia ini dan sekarang, ia tidak menyesali keputusannya untuk mengasuh Mihai.     

Selama ini, Luca telah mendapatkan begitu banyak dari sosok mungil itu.     

Waktunya bagi Luca untuk memberikan sesuatu yang dapat membahagiakan Mihai.     

Saat itulah ia merubah rencana pemberontakannya, kali ini bukan hanya demi kaum incubus, tapi untuk kehidupan makmur bagi seluruh kaum yang hidup di dunia ini. Untuk itu, Luca bermaksud untuk membentuk dunia di mana seluruh kaum dapat saling menghargai perbedaan satu sama lain dan saling hidup rukun.     

Luca tahu hal yang ingin ia capai itu merupakan sesuatu yang bahkan tidak berani diimpikan seekor semut. Satu kata untuk mendeskripsikan rencana ini adalah sulit.     

Dengan kekuatan Luca sendiri, ia tidak yakin dapat mencapainya. Namun, Luca tidak akan menyerah. Seberapa sulitnya itu, jika ia bisa memberikan tempat yang aman dan damai untuk Mihai hidup bahagia, ia rela untuk bekerja keras.     

Luca tidak sabar untuk kembali ke rumah reyotnya dan mengurung diri di ruangan pribadinya untuk merombak kembali rencana yang telah berubah.     

Ketika rencana mereka telah berhasil, Luca sudah hampir berlari pulang tapi Ecatarina menghentikannya.     

Saat itulah Luca diperkenalkan kepada Lauren.     

"Salam kenal, Luca." Lauren mengulurkan tangannya sambil tersenyum lebar.     

Luca mengangguk singkat seraya membalas uluran tangan tersebut. Matanya mengamati tampilan fisik Lauren yang terlihat begitu pucat dan tidak sehat. Hati Luca merasa tidak nyaman setiap kali ia melihat senyum di wajah Lauren tapi Luca tidak memperlihatkan ketidaknyamanannya.     

Setelah Ecatarina menyatakan bahwa ia tidak memiliki tujuan lain dan bersedia untuk membantu Luca ke depannya dengan rencana apa pun yang Luca miliki, Luca akhirnya memutuskan untuk membawa Ecatarina, kedua kembar, dan Lauren ke rumah reyot. Ia berpikir tidak ada salahnya memiliki tenaga lebih untuk membantunya menyatakan mimpi tersebut.     

Akan tetapi, ketika ia mengambil Mihai kembali dari tempat Himijime, anak itu berlaku aneh.     

Mihai terbelalak kaget melihat keberadaan Lauren. Buru-buru, ia memasuki pelukan Luca lalu membola di dalam pelukan tersebut dengan tubuh gemetaran. Luca menanyakan alasannya tapi Mihai hanya bisa meminta Luca untuk menemaninya jalan-jalan setelah ini.     

Luca mendongak, menatap langit yang masih gelap. Hanya sedikit sisi langit yang baru mulai terkena sinar matahari pagi. Mengamati itu, Luca menduga waktu menunjukkan sekitar pukul 5 atau 6.     

Terlalu pagi. Seluruh tubuh Luca mengeluh karena kelelahan dan rasa kantuk memenuhi dirinya.     

Akan tetapi, keadaan Mihai terlalu aneh. Luca cemas jadi pada akhirnya, ia menyetujui permintaan Mihai.     

Setelah mengarahkan tempat Ecatarina dan yang lainnya dapat tidur, Luca pergi mencari Mihai yang ketika mereka kembali ke rumah reyot segera berlari ke dalam kamar. Melihat Luca, Mihai meletakkan jari telunjuk pada bibir lalu menarik Luca keluar dari pintu belakang secara diam-diam. Seluruh tubuh Mihai masih bergemetar tapi entah mengapa, punggung mungil itu terlihat sangat gagah dan dapat diandalkan.     

Mihai membawanya ke kedalaman hutan gersang. Luca mengikuti tanpa bertanya.     

Saat Mihai berhenti, ia mendongak ke sana kemari sebelum bertanya, "Apa Paman ada di sana?"     

Luca mengernyit dalam. "Siapa yang kau cari, Mihai?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.