This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Persembunyian di Bukit Herme (2)



Persembunyian di Bukit Herme (2)

Mihai tidak pernah membayangkan bahwa ia akan bertemu dengan Luca setelah 11 tahun lamanya tidak pernah bertukar sapa.     
0

Sekarang ia telah berusia 18 tahun. Tubuhnya bertumbuh begitu tinggi hingga sekarang, ia memiliki ketinggian pandangan yang sama dengan Luca. Tidak perlu lagi untuk mendongak hanya untuk dapat menatap sepasang mata merah tua tersebut.     

Jantung Mihai berdetak kencang hingga sakit. Ia begitu merindukan pria di hadapannya hingga rasanya ingin menangis. Namun ….     

Menelan seluruh perasaaan sentimental tersebut, Mihai memaksakan wajah sangar dan tatapan tajam. "Mengapa kau ada di sini? Bukankah aku sudah bilang, aku tidak mau melihat wajahmu lagi selamanya?!"     

Wajah Luca tidak bergerak sedikit pun tapi sorot matanya terlihat sedih dan tersakiti. Hati Mihai pun ikut tersayat-sayat tapi ia tidak boleh lemah di sini.     

Luca menurunkan pandangannya, entah melihat apa, lalu berjalan mendekati Mihai.     

Mihai hendak mundur tapi hanya dengan satu langkah, ia akan kembali memasuki kolam.     

Luca menyadari bahwa Mihai ingin mundur, buru-buru mengulurkan tangannya untuk menangkap pergelangan Mihai.     

"Le—lepas!"     

Akan tetapi, Luca tidak melepaskannya. Genggamannya bahkan menjadi semakin erat. "Kau … tinggal di sini? Sendirian?" nada suara Luca terlalu lembut untuk ekspresi wajahnya yang sedikit menyeramkan.     

"A—aku …." Mihai hampir saja menjawab jujur. Buru-buru, ia mengubah jawabannya. "Apa pedulimu?!" Kali ini, Mihai menghempaskan tangannya dengan lebih kuat sehingga ia berhasil melepaskan diri dari Luca.     

"Aku … aku keluargamu, bukan? Apa aku tidak boleh tahu?"     

Mihai tidak tahan melihat Luca yang terlihat akan hancur kapan saja. Mengeratkan kepalan tangannya, Mihai memaksakan sebuah tawa mencemooh. "Keluarga? Kau bukan siapa-siapaku! Kau bahkan bukan orang yang menghamili ibuku! Kau bukan ayahku, bukan kakakku, bukan siapa-siapa! Dengar? Bukan siapa-siapa! Kau bahkan tidak menyayangiku dan hanya melihatku sebagai pembunuh ibu. Keluarga?" Mihai meludah. "Dalam mimpimu! Aku benci padamu. Jika kau tidak pergi dari sini sekarang juga, maka aku tidak akan sungkan lagi untuk mengusirmu secara paksa!" Mihai mengeluarkan pisau lipat dari kantong bajunya, menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang Luca.     

Luca bergeming, hanya menatap Mihai dari mata ke mata.     

Ketetapan hati Mihai mulai goyah. Tangannya yang menggenggam pisau bergemetar tapi apa pun yang terjadi, ia tidak akan mundur. Ia harus mengusir Luca dari tempat ini karena ada hal yang tidak boleh diketahui orang luar bersemayam di tempat ini.     

Tiba-tiba, Luca menghela napas. Kemudian, pria itu tertawa kecil. Tawa itu penuh dengan kesedihan.     

"A—apa yang kau tawakan?! Cepat pergi dari sini atau—"     

Suara perbincangan samar-samar terdengar dari arah belakang Mihai. Semak-semak di sekitar tempat itu mulai bergetar dan beberapa sosok bertanduk sekaligus bertelinga bulu samar-samar bermunculan dari baliknya.     

"Mihai? Kau di sana?"     

"Ah! Aku—"     

"Ternyata … hah … aku tidak punya pilihan lain." Luca tiba-tiba bergumam lalu berbalik pergi.     

Mihai tidak dapat melihat ekspresi wajah Luca sehingga ia tidak paham maksud ucapan pria itu. Melihat punggung lebar pria itu semakin menjauh, Mihai tidak bisa lagi menahan matanya untuk tidak berkaca-kaca.     

'Maafkan aku ….'     

"Mihai? Apa yang kau lakukan mematung di sana?"     

"Ah?! Mengapa kau menggunakan pakaian sebelum mengeringkan tubuhmu? Nanti masuk angin!"     

Beberapa mixed blood yang juga merupakan teman dekat sekaligus 'saudara' Mihai selama 11 tahun ini segera mendekatinya dengan penuh rasa cemas. Aura Mihai terasa berbeda sehingga mereka takut terjadi sesuatu kepada pria tersebut. Lagi pula beberapa dari mereka lebih tua dari Mihai dan sudah menganggap Mihai sebagai adik kecil yang berharga.     

Mihai buru-buru memasukkan kembali pisau lipatnya lalu mengusap bersih air mata yang belum sempat jatuh dari kelopak mata. "Tidak apa-apa! Tidak apa-apa! Aku hanya sedang merenungkan sesuatu," ujarnya memaksakan senyum lebar. Namun, suara paraunya tidak bisa menutupi bahwa ada sesuatu yang terjadi.     

"Kau yakin?" Salah satu saudaranya memastikan.     

Jika mereka mengamati dengan seksama, mereka bisa melihat mata Mihai yang sedikit memerah.     

Mihai tetap bersikeras bahwa ia tidak apa-apa sehingga saudara-saudaranya itu tidak dapat berbuat apa-apa. Jika Mihai ingin bercerita nanti, mereka akan mendengarkan.     

"Baiklah kalau begitu!" seru salah satu dari mereka seraya mengacak rambut basah Mihai. Padahal dulunya Mihai begitu mungil dan imut tapi sekarang, Mihai bahkan telah tumbuh melebihi tinggi badannya.     

"Ugh! Kau benar-benar tinggi sekali! Hmph tidak bisa dimaafkan!" seru mixed blood tersebut yang selalu iri dengan tinggi badan Mihai itu. Ia langsung membungkus leher Mihai ke dalam lingkaran lengannya.     

Yang lain tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan saudara mereka itu. Mihai pun ikut tertawa sambil sesekali meringis.     

Mereka semua berjalan ke kedalaman bukit, hendak kembali ke tempat tinggal mereka. Tidak ada yang menyadari dua sosok yang bersembunyi di balik pepohonan, mengamati kelompok itu dengan seksama.     

"Anak yang tidak tahu berterima kasih," komentar Lauren dengan senyum miring. Walaupun ia tersenyum, senyum itu tidak mencapai matanya.     

Di sampingnya, Luca mendengus. "Bukankah kukatakan padamu untuk mengerjakan tugasmu? Mengapa mengikutiku?"     

Lauren mengedikkan bahunya, acuh tak acuh. "Kau tahu aku tidak pernah mempercayaimu jika itu sudah menyangkut anak bernama Mihai itu."     

"Lalu, apa kau mempercayaiku sekarang setelah melihat ini?"     

"Hmm … 3 dari 10. Itu nilaimu sekarang."     

Luca melirik Lauren singkat. "Nilaiku sebelum ini?"     

"Minus 1"     

"Hmm … tidak buruk."     

Keduanya diam-diam mengikuti kelompok mixed blood tersebut. Tidak butuh waktu lama, beberapa bangunan sederhana memasuki pandangan mereka. Hiruk pikuk menyelimuti tempat tersebut. Banyak yang berlalu lalang, sibuk dengan kesibukan masing-masing. Semuanya memiliki tanduk dan telinga berbulu secara bersamaan.     

Benar-benar ada kediaman mixed blood di tengah bukit terbuang ini.     

"Keputusanku sudah bulat," bisik Luca.     

Lauren mendekatkan telinganya dengan penuh rasa penasaran tapi Luca tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu hanya berbalik dan berjalan pergi, kembali ke kaki bukit ….     

*****     

Ketika Mihai berjalan kembali ke kediamannya, ia disapa oleh begitu banyak orang yang memiliki karakteristik unik sama seperti dirinya, memiliki tanduk incubus dan telinga half-beast. Benar! Ini adalah kediaman yang menampung kaum terbuang yang dicemooh oleh seluruh kaum lainnya, kaum mixed blood.     

Sebelas tahun yang lalu, setelah melukai Luca, Mihai kecil yang hanya memiliki sedikit kenalan di luar keluarganya segera mencari Himijime untuk meminta bantuan.     

Tidak Mihai sangka bahwa Himijime, seorang half-beast yang bahkan memiliki usaha besar di Kota Hanju dan terkenal di tengah masyarakat menutupi sebuah kenyataan yang mungkin akan membuat wanita itu kehilangan nyawa jika diketahui banyak orang.     

Himijime memiliki suami seorang incubus! Bahkan mereka telah menikah selama 200 tahun lamanya. Tidak hanya itu, pasangan tersebut memiliki seorang anak laki-laki yang merupakan mixed blood dan anak tersebut telah tumbuh dewasa tanpa pernah ditemukan oleh siapa pun.     

Yang lebih mencengangkan lagi, Himijime dan suaminya diam-diam membangun rumah di tengah Bukit Herme untuk menyembunyikan mixed blood. Sepasang suami-istri itu telah melakukan hal ini sejak 100 tahun lalu dan ketika Mihai dibawa ke Bukit Herme, jumlah mixed blood yang tertampung telah mencapai 45 orang. Setelah 11 tahun, jumlah mereka bertambah menjadi 60 orang.     

Mihai berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang dibangun di area terdalam. Rumah itu kecil tapi setiap kali Mihai melihatnya, ia akan merasa sangat hangat.     

Celingak-celinguk, ia mencari sebuah sosok. Ketika ia mendapati seorang pria bertanduk yang hanya setinggi pinggangnya sedang berjalan keluar dari halaman belakang rumah, Mihai buru-buru memanggilnya, "Paman Sen!"     

Pria incubus mungil bernama Sen Stoica, suami Himijime itu tersenyum lebar. Menggunakan kaki pendeknya, ia berlari kecil menuju Mihai. Berada di dekat Mihai yang bertubuh tinggi besar, Sen tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak mencubit lengan Mihai. "Kau sudah besar ya," ujarnya penuh kasih sayang dan nostalgia, mengingat kembali sosok Mihai yang baru setinggi pinggangnya ketika pertama kali sampai di Bukit Herme. Sekarang, Sen lah yang setinggi pinggang Mihai. Waktu benar-benar cepat berlalu.     

Mihai tersenyum. "Ada yang ingin aku diskusikan dengan Paman."     

"Apa itu?"     

"Egh …." Mihai mengamati sekelilingnya, ragu.     

Memahami apa yang Mihai pikirkan, Sen menarik lengan Mihai pelan. "Ayo kita bicarkan di dalam."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.