This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Suap (1)



Suap (1)

0Pertemuan di kedai Distrik Lampu Merah bubar dengan keputusan bahwa rombongan Luca resmi diutus menumpas mixed blood sementara kelompok pemberontak lainnya tetap fokus pada rencana penyerangan kota-kota yang masih dikuasasi klan-klan kaum half-beast. Para tamu yang awalnya tidak menatap Luca sama sekali, ketika pertemuan selesai, berbondong-bondong mendekati Luca untuk mengajaknya berbicara. Intuisi mereka mengatakan bahwa Luca bukanlah orang biasa.     
0

Beberapa wanita muda juga mendekatinya untuk merayu Luca, siapa tahu ada yang berhasil menambatkan dirinya di hati Luca.     

Vasile harus mengeluarkan usaha keras untuk mengusir wanita-wanita itu dengan halus sehingga mereka bisa kabur dari sana.     

"Fyuh … akhirnya mereka mau pergi juga."     

Luca tertawa kecil melihat pamannya yang bersimbah peluh – keringat dingin karena beberapa wanita muda itu mulai mengubah mangsanya dari Luca ke Vasile yang juga tampan dan berhasil membuat Vasile gemetar ketakutan. Keduanya mendiskusikan perilaku-perilaku ekstrim para wanita incubus itu, penuh dengan gelak tawa. Akan tetapi, Lauren yang berjalan mengikuti mereka dari belakang tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk mengikuti percakapan mereka, bahkan tidak dengan seulas senyum.     

"Ada ada denganmu Lauren?" Luca akhirnya menyerukan pertanyaannya terhadap kemuraman Lauren ketika mereka sudah kembali ke kamar penginapan.     

"Mengapa kau mengambil tugas itu? Kau bisa memberikannya kepada kelompok lain." Cahaya merah memercik di mata Lauren. Pria ini marah besar.     

Kontras dengan suasana tegang tersebut, Luca menyeruput teh dengan santai. "Sudah kukatakan bukan? Aku curiga ini adalah jebakan. Jika kelompok lain yang melaksanakan tugas ini, aku ragu nyawa mereka dapat selamat ketika jebakan itu terbukti benar. Itu tentunya tidak berlaku untuk kita bukan? Kita semua kuat dan penuh pengalaman, terutama kau Lauren."     

Amarah Lauren tidak mereda seperti yang Luca duga. Lauren memicingkan matanya kepada Luca, tajam dan penuh selidik. Luca merasa sedang dikuliti oleh tatapan tersebut.     

"Aku tahu apa yang kau pikirkan Luca. Jika sampai ternyata itu bukanlah jebakan, kau pasti ingin mencari—"     

"Diam!" hardik Luca. Seperti ada awan hitam yang tiba-tiba singgah di wajah Luca, kegelapan memenuhinya. "Apa pun yang ingin kau katakan itu, yakinlah Lauren. Jika aku menemukannya pun, aku akan menghancurkannya!"     

Napas Luca memburu hingga dadanya bergerak naik turun dengan sangat cepat. Genggaman tangannya pada cangkir teh gemetar, begitu erat hingga rasanya cangkir itu akan pecah dalam sekejap.     

Lauren menatap Luca lekat-lekat, menjelajahi setiap ekspresi dan bahasa tubuh yang dikeluarkan oleh Luca. Ia tidak akan melewatkan satu pun tanda kebohongan, sekecil apa pun itu.     

Setelah beberapa saat, Lauren menghembuskan napas. "Baiklah. Aku akan percaya ucapanmu sekarang," ujarnya tidak terlihat puas. Keraguan masih tergores jelas pada sorot matanya.     

Luca hanya mengangguk dengan muram.     

Suasana ruangan itu menjadi berat dan menyesakkan. Vasile bahkan terpaksa membuka jendela kamar, berharap dengan begitu, kesesakan yang ia rasakan akan terobati.     

Untungnya, tidak lama kemudian, pintu kamar diketuk. Rombongan Ecatarina dan yang lainnya telah kembali.     

"Bagaimana? Apakah kalian menemukan sesuatu?" Setelah pintu dan jendela kembali ditutup rapat, Luca mulai bertanya.     

Yang pertama menjawab adalah Ecatarina dan anak-anaknya sementara Albert dan Lonel membersihkan wajah mereka dari makeup penyamaran. Daniel dan Daniela mengeluarkan satu tas kain berisi surat dan dokumen.     

Semua orang membaca isi surat-surat tersebut tanpa mengubah ekspresi wajah sedikit pun.     

Pengirim dan penerimanya tertulis dalam inisial tapi mereka bisa menduga dengan jelas siapa yang bertransaksi di dalamnya. Lagi pula, kecurigaan mereka itulah yang membuat Luca mengutus Ecatarina dan yang lainnya untuk bergerak terpisah untuk melakukan penyelidikan jadi tidak ada yang terkejut ketika kecurigaan itu terbukti benar.     

"Separo Olteanu sungguh bajingan. Dilihat dari tahun yang tertera di dalam surat-surat ini, dia telah mendapatkan suap dari tiga kepala keluarga tingkat atas itu beberapa saat sebelum Cross didirikan."     

Yang berarti, organisasi Cross memang didirikan untuk mengontrol para incubus yang ingin memberontak dan menggagalkan seluruh usaha mereka untuk memadamkan api perjuangan itu, tambah Luca dalam hati.     

Ketiga kepala keluarga tingkat atas ini tentunya sangat jelas. Mereka adalah mantan kepala keluarga klan singa, Daigo Petre beserta dua kepala keluaga komplotannya: klan macan tutul dan klan musang. Dalam surat-surat tersebut, Petre hanya melakukan komunikasi di awal saja sementara sisanya dilakukan oleh kedua klan lainnya. Melihat Kou, sang kepala klan singa yang sekarang, tidak menyerang atau menghubungi Cross dalam cara apa pun, berarti rekam jejak komunikasi Petre dengan Separo telah hilang.     

Setelah kematian Petre pun, kepala kedua klan itu masih terus berkomunikasi dengan Separo dan memberinya berbagai instruksi.     

"Ha! Jadi ternyata ini alasannya mengapa mereka berusaha membeli barang kita dalam jumlah yang sangat besar," sinis Victor. Ia tidak pernah memiliki impresi yang baik terhadap organisasi Cross.     

Di dalam surat tersebut, tertulis jelas bahwa kepala klan musang memerintahkan Separo untuk memonopoli penjualan racun dan ramuan obat dari Pemburu Half-beast kemudian mengutak-atik isinya sebelum dijual kembali. Sayang sekali rencana itu tentunya akan gagal. Menggunakan kekuatan Lauren, sistem keamanan telah diberlakukan pada setiap barang yang mereka jualkan kepada kelompok lain. Jika ada yang berusaha mengutak-atik benda tersebut, benda itu akan otomatis meledak dan menguap di udara. Jika itu hanya ramuan obat, masih aman tapi jika yang meledak adalah racun … siapa pun bisa membayangkan betapa berbahayanya hal tersebut.     

Yah … hal yang sama terjadi pada anggota klan musang yang ditugaskan untuk mengutak-atik ramuan tersebut. Pada akhirnya, Cross hanya bisa menjual ulang benda-benda itu tanpa mengutak-atik isinya.     

Hal buruknya adalah kejadian ini memberikan kesempatan bagi Cross untuk meyakinkan banyak orang bahwa mereka merupakan Pemburu Half-beast yang terkenal itu. Ditambah dengan Luca yang tidak pernah ingin mengumumkan identitasnya kepada publik, Separo dan dua kepala klan yang berdiri di belakangnya mendapatkan beberapa keberuntungan, seperti kepercayaan dari beberapa kelompok, terutama yang bergerak di dekat Kota Hanju.     

"Terdapat beberapa penguasa kota di sekitar Hanju yang awalnya dinyatakan meninggal ternyata masih hidup dan sedang bersembunyi. Semua ini dikarenakan ramuan yang dibeli dari Cross. Cross telah diam-diam mendistribusikan ramuan bohongan yang dibuat mirip dengan milik kita sehingga tidak banyak yang curiga. Namun, aku tidak bisa menemukan jejak tempat persembunyiannya," jelas Ecatarina yang disambut dengan seruan menyesal dari kedua anak kembar.     

Luca mengangguk paham. "Tidak masalah. Surat-surat ini kalian ambil begitu saja?"     

Ecatarina menggeleng. "Aku sudah membuat ilusi sehingga tidak akan ada yang tahu bahwa surat aslinya telah diambil dari tempat tersebut."     

Luca tersenyum puas lalu mengalihkan perhatiannya kepada Albert dan lainnya. "Bagaimana dengan kalian?"     

Albert mengangguk. "Kami sudah memutus transaksi dengan Cross."     

*****     

Separo menghentakkan kakinya penuh kekesalan. "KEPARAT!" Tidak bisa menampung kemarahannya lebih dari ini, ia menjatuhkan seluruh barang di atas meja kerja pribadinya. Bunyi barang tumpul yang terpantul di atas lantai kayu serta bunyi kaca yang pecah membuat bawahan kepercayaan Separo yang sedang mengejar sang tuan buru-buru mempercepat lari mereka.     

"Tuan, tolong tenangkan amarahmu!" Salah satu dari mereka buru-buru menahan Separo yang ingin melempar barang lain ketika ia sampai di ruangan. Yang lainnya menutup pintu rapat-rapat agar tidak ada yang bisa mendengar mereka.     

Separo sudah dikuasi oleh amarahnya. Ia dengan kasar menghempaskan tangannya hingga bawahan yang menahannya terhuyung lima langkah ke belakang sebelum jatuh terduduk di atas sisa beling yang pecah. Rekannya buru-buru menahan tubuh itu, menyelamatkannya dari luka.     

"Bagaimana aku bisa tenang?! Mereka pasti akan mencekikku!"     

Ketakutan begitu besar menghantui dirinya hingga Separo bahkan tidak menyadari bahwa ia hampir melukai orang terpercayanya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.