This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Biarkan Aku Mengambil Tugas Ini (1)



Biarkan Aku Mengambil Tugas Ini (1)

0Suasana kediaman Klan Singa suram bagaikan sebuah kompleks kuburan. Para pelayan bergerak dengan langkah selembut mungkin terutama ketika melewati kamar milik sang Nyonya Besar, tidak ingin mengganggu wanita malang itu. Tidak ada yang berani berbicara sehingga hanya suara tangisan sang nyonya yang terdengar di seluruh penjuru kediaman – mereka takut ucapan dan suara mereka hanya akan membuat sang nyonya semakin menderita.     
0

Di luar kediaman, para penjaga di hukum berat oleh kepala keluarga klan singa, Daigo Kou. Sementara beberapa penjaga yang ditemukan telah menerima suap dari grup pemberontak diinterogasi, disiksa, kemudian dipenggal.     

Namun, apa pun hukuman yang Kou berikan, hal ini tidak bisa menghapus maupun menebus kesedihan dan penghinaan yang dialami oleh kakaknya, seorang wanita yang begitu anggun dan penuh kebanggaan. Kejadian ini telah merobek harga diri Daigo Ayaka.     

Kou harus menghentikan Ayaka dari membunuh dirinya sendiri dan ia harus menugaskan beberapa pelayan wanita pribadi untuk menjaga Ayaka dari melakukan tindakan bodoh itu lagi. Tidak hanya itu, ia juga harus mengurus Tudor, putra kakaknya yang berubah diam dan muram sejak meninggalnya Petre.     

Yang menyakiti hati Kou adalah bagaimana Tudor tidak bereaksi apa pun ketika mendengar musibah yang menimpa sang ibu, seperti tidak ada setitik kecil rasa sayang pun di dalam diri Tudor terhadap Ayaka. Anak itu tidak berusaha mendatangi sang ibu untuk menghiburnya.     

"Tuan … Kepala Keluarga Klan Rubah dan Klan Serigala telah menunggu Anda di ruang tamu."     

Mendengar pesan dari sang pelayan, amarah memercik di mata Kou. Dengan langkah besar dan berat, ia mencapai ruang tamu.     

BRAK!     

Sebelum pelayannya dapat mengumumkan kedatangan sang tuan rumah, Kou telah membuka pintu geser dengan kasar. Wajahnya merah padam oleh amarah dan napasnya memburu bagaikan seekor banteng yang bersiap menyundul setiap orang yang menghalangi jalannya. Tatapan tajam jatuh pada En yang tidak seperti biasanya, tidak dapat tersenyum hangat.     

"Tinggalkan kami!" pinta Kou tanpa basa-basi.     

Seluruh pelayan yang sedang menyusun gelas teh dan makanan riangan di atas meja segera keluar dari ruangan. Mereka telah melihat betapa sadisnya Daigo Kou bisa menjadi melalui hukuman yang didapat para penjaga rumah. Jika mereka bergerak begitu lambat hingga menyulut amarah Kou, entah hukuman apa yang akan mereka dapatkan juga.     

Orang terakhir yang keluar buru-buru menutup pintu menyisakan Kou, En, dan Rion di sana.     

"Aku butuh penjelasan!" ketus Kou. Tangannya menampar meja hingga seluruh perabot di atasnya meloncat kecil sebelum kembali mendarat di atas permukaan meja. Rion buru-buru menangkap gelas yang kehilangan keseimbangan sebelum isinya tumpah.     

En tidak berusaha tersenyum untuk menenangkan hati gelisah Kou. Ia sendiri tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Kepalanya tertunduk dalam, memperlihatkan seberapa besar penyesalannya.     

"Aku tidak punya alasan untuk menenangkan hatimu Tuan Kou. Aku sungguh menyesal dan sekarang pun aku masih berusaha menyelidiki apa yang sedang terjadi."     

Seluruh rasa frustrasi dan stress yang telah Kou timbun segera meluap keluar. Tubuhnya tidak sanggup lagi menyimpan seluruh kekesalan itu hingga merembes keluar dalam bentuk air mata.     

"Aku … mempercayaimu dan …."     

Kou sudah begitu stress dengan seluruh urusan politik keluarganya. Segala bentuk pekerjaan yang selama ini tidak pernah ia sukai harus ia kerjakan. Ditambah dengan seluruh masalah pemberontakan, ia terus mendapatkan tekanan tapi ia tetap mempercayai perkataan kepala keluarga klan rubah yang telah mendapatkan seluruh kekaguman dan penghormatan dari Kou. Hal ini juga yang membuatnya sangat kecewa hingga tidak bisa menutupi seluruh emosinya lagi.     

En menyodorkan sapu tangannya. Kou tidak mendorong tangan itu pergi tapi juga tidak menerima sapu tangan tersebut dan lebih memilih untuk mengusap air matanya menggunakan lengan lebar pakaian.     

"Tuan, kau telah dijebak. Mereka membuat semuanya terlihat seperti yang kau inginkan dan setelah mereka mendapatkan kekuatan besar, mereka mengkhianatimu! Buktinya adalah apa yang terjadi pada kakakku!"     

"Aku sungguh menyesal mengenai kakakmu, Kou. Sungguh. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa yakin bahwa semua ini hanyalah jebakan sebelum memastikannya secara langsung kepada 'orang itu'. Lagi pula, kau tahu 'orang itu' bukanlah pemimpin mutlak."     

Kou tidak bisa menerima alasan ini. Jelas-jelas 'orang itu' tidaklah menepati janjinya lagi. Ia tidak pernah mengenal 'orang itu' yang disebut oleh En sehingga ia tidak memiliki kepercayaan setinggi En dan ia juga tidak punya kesabaran sebesar itu untuk mendapatkan kepastiannya.     

Bibirnya mengerucut dalam, tidak puas dan tidak mengerti mengapa En bisa begitu percaya dengan orang tersebut.     

"Kalau begitu, bawa aku bertemu dengannya! Aku ingin mendengar alasan dari mulutnya secara langsung dan jika aku merasa tidak bisa mempercayainya, maafkan aku Tuan En tapi aku akan mundur sebagai pendukungmu."     

En mengangguk. Ia tidak punya pilihan lain karena ia sendiri tidak bisa memastikan posisi apa yang akan ia ambil setelah bertemu kembali dengan 'orang itu'.     

"Tuan …."     

Tanpa mereka sadari, Rion telah bergerak keluar dari ruangan untuk sesaat sebelum kembali dan memanggil En. Di tangannya terdapat sepucuk surat kecil.     

En segera mengambil secarik kertas itu dan membacanya dengan seksama ….     

*****     

Ketika matahari terbenam, Luca, Vasile, dan Lauren sampai ke sebuah kedai besar di tengah Distrik Lampu Merah. Menurut para incubus yang tinggal di Kota Hanju, Distrik Lampu Merah telah menjadi markas bagi para pemberontak sejak penguasa Distrik tersebut berhasil dilukai kepala kelompok pemberontak Cross.     

Sekarang, tidak ada penguasa dari klan half-beast yang berani masuk ke distrik untuk merebut kembali tempat tersebut.     

Seorang penjaga kedai mengecek surat yang dipegang oleh Luca lalu mengarahkan mereka pada sebuah pintu berukir tubuh bugil half-beast – perabotan dan hiasan di dalam distrik tersebut sudah diubah dalam beberapa tahun ini sehingga seluruh ukiran di dalamnya telah berbentuk penghinaan bagi kaum jahanam tersebut.     

Luca mengernyit samar ketika melihat penjaga tersebut memegang dada wanita di ukiran tersebut – yang telah digunakan sebagai gagang pintu – lalu mendorong pintu itu terbuka.     

Hawa panas segera menerpa wajah Luca.     

Sekarang sedang pertengahan musim panas dan di dalam ruang makan lebar yang Luca masuki, seluruh jendela ditutup rapat agar tidak ada yang dapat mendengar perbincangan di dalamnya. Di tambah dengan ratusan pria dan wanita incubus di dalamnya membuat ruangan itu sesak dan panas. Banyak yang mengipasi tubuhnya mengenakan tangan dan bahkan ada yang secara tidak malu membuka bajunya, menyisakan hanya pakaian dalam.     

Kernyitan di dahi Luca semakin dalam tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia memilih satu kursi di sudut ruangan lalu duduk diam di sana dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tidak ada keinginan untuk mengajak siapa pun berbicara.     

Menggantikannya, Vasile dan Lauren lah yang mengajak orang-orang di sekitar mereka berbicara untuk mendapatkan sedikit informasi.     

Beberapa menit berlalu dan ruangan itu menjadi semakin sesak oleh incubus. Kepala Luca mulai pening.     

Untungnya kepala organisasi pemberontak Cross muncul saat itu juga, mengenakan pakaian yang cukup mewah untuk statusnya sebagai budak. Ia naik ke atas panggung kecil yang dikhususkan untuk atraksi hiburan lalu duduk di sebuah kursi yang telah disiapkan di sana.     

Bagaikan ia adalah seorang raja sebuah negeri, ia melebarkan lengannya ke atas lalu berseru dengan lantang, "Selamat datang Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya yang telah berjuang untuk kemakmuran kita semua! Sebelum kita mulai, mari kita bersulang untuk kemenangan yang telah kita dapatkan hingga sekarang ini!"     

Para tamu segera berteriak menyaut pidato pembukaan yang membakar semangat. Satu per satu mulai mengangkat gelas mereka sementara kepala organisasi Cross juga mengangkat gelasnya dari nampan yang diantarkan bawahannya.     

Semuanya bersulang dan meneguk habis anggur yang mengisi gelas mereka. Luca juga melakukan hal yang sama dan rasa manis segera membasahi tenggorokannya. Matanya tetap tidak melepaskan sosok kepala organisasi tersebut yang terlihat sangat angkuh.     

Luca bisa merasakan bagaimana pria tersebut menatap seluruh pengunjung di sana sebagai bawahannya, bagaikan mereka semua adalah prajurit belaka yang melayani pria tersebut yang adalah raja.     

'Orang ini ….' Luca menyipit tajam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.