This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kekuatan yang Tidak Disadari (2)



Kekuatan yang Tidak Disadari (2)

0Vasile melirik pintu rumah yang bergeming sembari berjalan mondar mandir. Pria itu telah melakukan perilaku yang sama berulang-ulang kali sejak keluar dari rumah dan membiarkan Luca hanya berduaan dengan Lauren.     
0

Sebuah tangan tiba-tiba menekan bahu Vasile dengan kuat, memaksa pria itu berhenti.     

"Bisakah kau diam sejenak? Kau membuatku pusing!" Itu adalah Ecatarina yang dari tadi berdiri di samping Vasile.     

"O—oh … maaf …."     

Vasile kembali berdiri diam. Namun, kekacauan di dalam hatinya membuat ia kembali bergerak-gerak.     

Ecatarina memutar bola matanya dengan kesal. Baru saja ia ingin menghentikan Vasile lagi ketika cahaya tiba-tiba menguar dari dalam rumah tersebut.     

Di saat yang bersamaan, seluruh incubus di halaman merasakan suatu perubahan pada tubuh mereka. Seperti ada sesuatu yang menutrisi tubuh mereka sehingga mereka merasa lebih sehat dari biasanya.     

"Apa yang terjadi?"     

Steve, walaupun tidak dapat melihat cahaya tersebut, juga menyadari keanehan di tubuhnya. Ia tidak pernah merasa sesegar ini semasa hidup.     

Dari mereka semua, hanya Vasile yang tidak asing dengan sensasi ini.     

'Tidak mungkin ….' Vasile merasa ia telah berhalusinasi. Lagi pula, segel itu tidak mungkin terbuka secara tiba-tiba.     

Vasile mengerahkan kekuatan kecil pada bagian punggungnya. Ia yakin sekali tidak akan ada yang terjadi di sana seberapa besar ia mengerahkan kekuatan tapi …     

"Wuah!"     

Dua sayap hitam tiba-tiba muncul dari punggung Vasile. Sayap itu sangat lebar hingga Ecatarina dan yang lainnya harus mundur beberapa langkah agar tidak mengenainya.     

"Apa ini?" Semua orang terbelalak terkejut dan meminta Vasile menjelaskan.     

Vasile sendiri sangat terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa—     

Ia kembali teringat akan cahaya misterius yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Vasile buru-buru berlari masuk ke dalam rumah.     

"Lauren, apa yang sedang terja—"     

"Berhasil! Kau berhasil Luca!" Lauren mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi. Senyum lebar yang agak terdistorsi tergores di wajahnya.     

Di samping pria itu, Luca sudah terduduk di tepi tempat tidur. Luka hitam yang memenuhi sisi kiri tubuhnya telah hilang tanpa bekas. Luca mengobservasi seluruh tubuhnya sebelum menatap batu merah yang ada di dalam genggamannya. Batu itu tidak lagi bersinar merah. Bagaikan isinya ditarik keluar, sekarang batu itu bening transparan, seperti sebuah botol kaca.     

"Ini …." Tidak ada yang lebih mengenal benda di tangan Luca daripada Lauren dan Vasile. Tangan Vasile bergetar hebat. Ia menatap Lauren tajam. "Dari mana kau dapatkan benda itu?"     

*****     

Pagi itu, Lauren menjelaskan apa yang telah ia jelaskan kepada Luca kepada seluruh incubus yang hadir di sana. Tentunya para half-beast tidak dapat memasuki rumah hingga penjelasan dari Lauren selesai.     

Semua orang masih tidak bisa mempercayainya.     

Cerita Lauren lebih mirip dongeng sebelum tidur. Sangat mistis dan tidak bisa dipercaya eksis di dunia ini.     

Namun, kemunculan hal-hal yang tidak pernah dimiliki tubuh mereka merupakan sebuah bukti nyata dari cerita Lauren. Mereka mulai dapat mengeluarkan sayap setelah mendapatkan penjelasan singkat dari Vasile. Tidak hanya itu, beberapa dari mereka sengaja menggoreskan luka kecil di tubuh dan luka tersebut sembuh dalam hitungan menit.     

"Sungguh sulit untuk dipercaya!"     

Para half-beast yang tidak tahu seluk beluk cerita ini juga sangat terkejut ketika menyaksikan kejadian tersebut. Claudiu tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak bertanya. Ia sangat penasaran dengan cara kerja sayap tersebut. Sementara, En dan Rion, setelah berhasil menguasai rasa terkejut mereka, mulai menyadari bahwa bukan keberadaan sayap ini yang aneh.     

Bagi keduanya yang mengetahui cerita masa lalu kedua kaum, mereka tahu bahwa incubus pada dasarnya memiliki sayap dan seharusnya kemampuan itu tersegel.     

Berarti masalah utamanya adalah bagaimana segel itu bisa terlepas secara tiba-tiba?     

Tidak ada yang memberitahu mereka jawabannya jadi mereka hanya bisa menyelidiki hal ini secara diam-diam. Namun, sampai ketika mereka berbincang dengan Victor mengenai masalah Claudiu pun, mereka masih tidak menemukan jawaban apa pun.     

"Jadi, kami bisa pergi sekarang?"     

Luca yang ikut dalam perbincangan mengangguk. "Selama kalian berjanji untuk tidak membocorkan identitas kami, kalian bisa pergi."     

Tujuan Victor ingin bertemu dengan kedua kepala keluarga tingkat atas hanyalah untuk menitipkan Claudiu kepada mereka. Tujuan itu telah terpenuhi jadi kedua kepala keluarga klan tingkat atas itu tidak lagi diperlukan di sini.     

"Dan kalian berjanji untuk tidak melukai para incubus di dalam Kota Kai," tambah Victor yang mendapatkan anggukan setuju dari En.     

En sendiri memang tidak bermaksud melukai para incubus di sana. Itulah mengapa ia datang sendiri dan menukar para petugas keamanan dengan kru yang dapat ia percaya.     

Sebenarnya Lauren tidak begitu setuju dengan keputusan Luca tapi pada akhirnya, ia tidak memprotes. Ia akan percaya pada keputusan Luca untuk sekarang.     

Ketika hari sudah hampir sore, kedua kepala keluarga membawa Claudiu pergi sesuai janji mereka. Sembari berjalan pergi, Claudiu sesekali menoleh kepada Victor. Victor tidak mengatakan apa-apa dan hanya melihat kepergian ketiga sosok itu hingga tidak lagi terlihat.     

"Kau yakin?" tanya Luca yang entah sejak kapan telah berdiri di samping Victor.     

Victor meloncat kaget. "A—apa maksudmu?"     

"Tuan muda itu. Kau terlihat sangat menyayanginya."     

"Justru karena itulah lebih baik dia pergi." Victor refleks menjawab sebelum tersadar bahwa ia tidak perlu menjawab terlalu jujur kepada Luca. "Lupakan saja. Itu bukan urusanmu."     

Victor buru-buru berbalik, hendak memasuki rumah dan membantu yang lainnya menyiapkan makan malam tapi Luca menahannya.     

"Kita belum membicarakan mengenai kesepakatan kita, Victor."     

"Oh ya … kau sudah menepati janji jadi aku secara otomatis bergabung menjadi anggotamu, bukan?" Victor merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.     

Luca menggeleng. "Ada hal yang ingin kubicarakan terlebih dahulu sebelum kau bergabung. Ikut aku!"     

Victor mengikuti Luca menyusuri jalan hutan yang penuh bau busuk. Ketika mereka dapat melihat aliran sungai, Luca berhenti. Di sana, tidak hanya Victor saja, Lonel dan Albert pun berada di sana.     

"Mengapa kalian ada di sini?"     

Jawaban keduanya sama. Luca yang meminta mereka menunggu di sini.     

Ketiganya menatap punggung tegap Luca. Pria itu tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, hanya menatap langit jingga, entah sedang memikirkan apa.     

"jadi, begini …." Luca berbalik dan ia mulai mengucapkan tujuannya ….     

*****     

"Paman."     

Ketika malam tiba, Luca mengumumkan keanggotaan Victor dan Lonel ke dalam kelompok. Tidak hanya kedua orang tersebut, Albert juga bersedia bergabung menjadi anggota.     

Mereka makan malam bersama sambil memutuskan langkah mereka selanjutnya. Setelah berdiskusi cukup lama, mereka memutuskan kota selanjutnya yang akan mereka serang. Setelah mengumpulkan bahan makanan yang cukup, mereka akan melanjutkan perjalanan.     

Sekarang, waktu sudah tengah malam. Hampir semua dari mereka kekurangan tidur karena mengkhawatir keadaan Luca kemarin malam. Oleh sebab itu, tidak seperti biasanya, kebanyakan dari mereka telah tertidur pulas sebelum malam begitu larut.     

Terbalik dari mereka, Luca telah tertidur cukup lama sejak kemarin sehingga tubuhnya masih sangat segar. Ketika ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan menikmati langit malam, ia menemukan Vasile juga berada di sana sendirian.     

Vasile menoleh ketika mendengar panggilan itu. "Kau belum tidur?"     

Luca mengangguk lalu duduk di samping Vasile. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, masing-masing menikmati langit malam.     

"Paman juga incubus abadi?" Luca tiba-tiba bertanya.     

"Kau mendengar cerita itu dari Lauren?"     

Luca mengangguk.     

"Begitu …."     

Vasile tidak mengatakan apa-apa lagi tapi Luca yakin jawaban dari pertanyaannya adalah ya.     

"Mengapa ayah dan paman mau menjadi abadi?" Menurut yang Luca dengar, untuk menjadi incubus abadi membutuhkan perjuangan yang begitu besar. Apa yang menjadi tujuan ayah dan pamannya untuk mencapai hal yang begitu sulit?     

"Ayahmu adalah kepala keluarga Mocanu sejak ia lahir. Namun, keluarga Mocanu sangatlah miskin. Kelaparan di mana-mana. Melihat hal itu, ayahmu ingin mengangkat posisi keluarga agar memiliki keadaan yang lebih baik. Cara yang paling gampang adalah menjadi incubus abadi karena dengan memiliki gelar itu, keluarga apa pun akan langsung menjadi keluarga terpandang. Incubus abadi adalah pemilik kekuasaan di dunia kami saat itu. Jadi, walaupun kami harus membunuh demi mendapatkan energi kehidupan yang besar, kami harus mencapai keabadian."     

"Begitu …." Membayangkan ayah dan pamannya membunuh demi tujuan tersebut membuatnya merasa asing dan aneh karena sedikit tidak cocok dengan image yang ia miliki terhadap kedua orang tersebut. Lagipula, ia tahu ayah dan pamannya memiliki hati yang lembut. Ia tidak bisa memikirkan kesakitan yang mereka rasakan untuk bisa berlaku begitu keji.     

Tapi ia tahu terkadang seseorang dapat berlaku begitu keji ketika tidak memiliki pilihan lain. Luca juga sedang berada dalam keadaan yang sama ….     

"Apa paman bisa menyelidiki keberadaan inti di dalam tubuhku?"     

"Aku tidak bisa tapi sepanjang pengetahuanku, kau memiliki inti itu."     

"Bagaimana paman bisa yakin?"     

Mata Vasile menerawang, mengingat kembali masa lalunya. "Sejak kehilangan sihir, inti di dalam tubuh kami tidak dapat kami kendalikan dengan baik. Menurut ayahmu, inti itu secara otomatis membentuk inti baru pada keturunannya. Untuk alasan jelasnya, kami pun tidak tahu."     

"Begitu …." Luca tidak begitu puas tapi ia tahu Vasile tidak bisa menjelaskan lebih dari ini.     

"Paman tahu ibuku bukan incubus?"     

"Ya. Kami sudah mengenal ibumu jauh sebelum ayahmu menikah dengannya."     

Luca samar-samar mengingat wajah ibunya yang selalu tersenyum lebar penuh kebahagiaan. Hatinya menghangat. "Teman lama?" tanyanya penuh rasa penasaran.     

Di luar dugaannya, Vasile tertawa seperti pertanyaan Luca itu sangat lucu.     

"Oh maafkan aku," ujarnya ketika menemukan Luca yang kebingungan. "Hanya saja dibandingkan teman lama, ibumu lebih cocok disebut musuh lama."     

"Musuh?" Luca terbelalak tak percaya.     

"Ya. Mengapa ibumu memiliki kekuatan yang dapat membuka segel itu jika ia tidak memiliki hubungan dengan orang yang menyegel kekuatan kaum kita, bukan?"     

Sulit bagi Luca mencerna kenyataan ini tapi apa yang Vasile katakan itu benar. "Apa ibu merupakan beast yang hidup ribuan tahun lalu itu?"     

"Bukan." Vasile menggeleng. "Orang yang menyegel kekuatan kami memang merupakan beast tapi beast yang telah naik ke dunia lebih tinggi. Ibumu juga penduduk dunia itu dan merupakan bawahan dari beast tersebut. Ibumu tidak memiliki hubungan darah dengan sang beast."     

"Begitu …." Cerita ini masih bagaikan dongeng di telinga Luca. Ia tidak pernah membayangkan latar belakang keluarganya akan begitu mistis.     

Luca masih bingung bagaimana kedua orang tuanya yang adalah musuh dapat menikah. Dalam ingatan termuda yang ia miliki, ia selalu bisa melihat wajah tersenyum kedua orang tuanya. Ia tidak percaya bahwa semua senyum itu adalah hasil akting.     

Vasile hanya bisa tertawa ketika mendengar pertanyaan Luca. "Tanyakan kepada ayahmu untuk itu. Aku tidak tahu dia berada di mana sekarang tapi aku yakin dia masih hidup dan jika kau terus berpetualang, aku yakin suatu saat kau akan bertemu dengannya."     

Jantung Luca melonjak semakin cepat ketika ia membayangkan kemungkinan tersebut. Ia bahkan mulai memikirkan apa yang ingin ia ceritakan kepada ayahnya ketika mereka bertemu kembali dan hal itu membuatnya tidak sabar.     

'Tapi bagaimana aku bisa menceritakan mengenai ibu yang meninggal? Ayah pasti akan sangat sedih mendengarnya.'     

Memikirkan itu membuat Luca ikut bersedih.     

Keheningan kembali melanda keduanya. Vasile menatap langit yang dihiasi bulan sabit dengan senyum tipis menghiasi wajah.     

"Luca …," panggilnya, entah setelah berapa lama waktu berjalan.     

"Mm?"     

"Janganlah gegabah, mengerti?"     

Luca mengangguk. "Tenang saja, Paman. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.