This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kekuatan yang Tidak Disadari (1)



Kekuatan yang Tidak Disadari (1)

0Albert kembali dengan obatnya.     
0

Setelah menyuapi Luca seluruh obat itu, Albert menawarkan makan malam kepada mereka semua. Walaupun sudah begitu terlambat untuk makan malam – saat itu sudah lewat tengah malam – tapi ia tetap menawarkan karena takut pengunjungnya ini belum mengisi perut semalaman itu yang tentunya tidak sehat bagi tubuh.     

Mereka memang belum mengisi perut dan karena Albert bersikeras, akhirnya mereka memaksakan makanan mengisi perut mereka walaupun tidak ada nafsu makan sama sekali.     

Albert memberikan mereka semua matras tidur tapi tidak ada yang mengantuk. Beberapa dari mereka hanya berbaring sementara yang lainnya duduk di samping Luca, terus mengharapkan keselamatannya.     

Barulah ketika matahari sudah hampir terbit, mereka kalah terhadap rasa penat dan tertidur pulas ….     

*****     

"… ang kau rasakan?"     

Samar-samar, Vasile dapat mendengar suara seseorang. Sepertinya itu suara si dokter? Sedang berbicara dengan siapa?     

Dokter itu terus melemparkan pertanyaan yang tidak dapat Vasile cerna karena otaknya belum bekerja secara penuh.     

"Aku tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kiriku dengan baik. Tubuh bagian kiriku juga pegal dan sakit tapi aku rasa hanya itu. Tidak masalah."     

'Suara itu?!'     

"Luca!" Vasile langsung bangun dan berteriak. Akibatnya, gerakan yang terlalu tiba-tiba itu membuatnya pusing.     

"Paman? Kau mengagetkanku."     

Teriakan Vasile juga mengagetkan yang lainnya, menyentak mereka semua bangun dari tidur. Namun, ucapan Luca lebih mengangetkan mereka lagi. Seluruh rasa kantuk sirna tak berjejak.     

Mereka menghambur tempat tidur Luca dengan heboh.     

"Kau sudah siuman?!"     

"Luca?!"     

"Syukurlah!"     

Mereka dapat melihat Luca yang walaupun masih berbaring di atas tempat tidur dengan lukanya yang mengenaskan, tapi telah membuka kedua matanya.     

Luca tertawa kecil melihat kehebohan itu.     

"Maaf aku sudah mengkhawatirkan kalian."     

"Tidak! Aku yang minta maaf karena sudah membuatmu terluka!" Claudiu sudah menangis tersedu-sedu saking leganya. Akhirnya, seluruh beban di dadanya terangkat.     

Luca tersenyum lembut. Menggunakan tangan kanannya yang masih bisa bergerak, ia mengelus pelan kepala Claudiu.     

"Syukurlah!" Albert juga ikut terharu dan lega. Matanya sudah berkaca-kaca, pemandangan yang sangat tidak cocok dengan tubuh besarnya.     

Luca menjawab pertanyaan yang lainnya dengan santai sambil mengedarkan pandangan. Ketika ia menemukan sosok Lauren, ia berhenti.     

Biasanya Lauren akan menjadi yang pertama mendekati dan merecokinya tapi pria itu sekarang berdiri paling jauh dengan wajah suram.     

"Lauren? Mengapa kau berdiri di situ sendirian?"     

Pertanyaan Luca menarik perhatian semuanya pada Lauren.     

Lauren menggigit bagian bawah bibirnya. Penyesalan terlihat jelas. Namun, ia memiliki gengsi yang tinggi sehingga ia kesulitan untuk mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan di depan begitu banyak orang.     

Luca mengerti apa yang sedang terjadi. "Boleh kalian tinggalkan aku berdua dengan Lauren?"     

Dalam hitungan detik, ruangan itu hanya memiliki Lauren dan Luca di dalamnya.     

Luca melambaikan tangan kanannya, mengisyaratkan Lauren untuk mendekat.     

Awalnya Lauren masih terlihat ragu tapi akhirnya ia mendekat. Ketika Lauren sudah berada dalam jangkauan, Luca menggenggam tangan pria itu dengan erat.     

"Jangan memasang wajah begitu. Aku tidak apa-apa."     

"Bohong! Aku tahu kekuatanku sendiri dan aku tahu bagian kiri tubuhmu akan lumpuh total jika begini terus. Seharusnya aku lebih mengendalikan diriku! Seharusnya aku melihat anak rubah itu sebelum menyerang! Aku sudah mengingkari janji kita dan kau harus mengorbankan tubuhmu hanya untuk akting bodoh ini!"     

Luca tertawa ringan. "Tidak masalah. Akting itu sangat meyakinkan sehingga aku yakin seratus persen Victor akan menjadi teman kita setelah ini."     

"Pengorbanannya terlalu besar! Tidak setimpal!" Lauren tidak setuju. Walaupun kenyataan bahwa Luca terluka untuk melindungi half-beast yang disayangi Victor akan memastikan Victor menjadi anggota mereka dan membantu rencana mereka ke depannya tapi apa gunanya jika Luca akan kesulitan bergerak sekarang?     

"Tidak perlu begitu serius. Aku melihat dokter itu juga memiliki kemampuan yang bagus. Mungkin dia bisa menemukan cara untuk menyembuhkanku jika kita merekrutnya juga. Lagipula, kita membutuhkan seorang ahli medis melihat lawan kita akan lebih kuat lagi setelah ini, bukankah begitu?" Luca mengeratkan genggaman tangannya.     

Lauren sedikit terbujuk tapi ia tetap kesal dan tidak bisa menerima. "Lain kali, berpikir terlebih dahulu sebelum mengorbankan dirimu. Tidak masalah jika Victor itu tidak menjadi anggota kita. Yang menjadi masalah adalah jika kita kehilangan kau sebagai kepala dari rencana ini. Camkan itu!"     

"Baiklah. Aku mengerti. Aku tidak akan segegabah itu lagi."     

Lauren mengangguk, walaupun tetap tidak merasa puas. Ia punya firasat bahwa Luca akan mengingkari janjinya, melihat betapa keras kepalanya Luca ketika sudah memutuskan sesuatu, tapi ia tidak bisa memperpanjang topik ini lagi dan bersikeras.     

"Sebenarnya, aku punya satu cara untuk menyembuhkanmu tapi aku tidak tahu apakah kau akan berhasil."     

Mata Luca terbelalak, terkejut. "Kau punya cara?"     

Lauren mengangguk. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah batu sebesar genggaman tangan. Batu itu berwarna merah terang dan mengilap. Di permukaannya, terukir simbol yang tidak pernah Luca lihat.     

"Apa ini?"     

Lauren menatap tajam batu merah tersebut. Luca dapat menangkap secercah kebencian di dalam sinar matanya tapi disaat yang bersamaan, kebahagiaan juga terpancar di sana.     

"Kau pernah mendengar mengapa incubus dan half-beast saling bermusuhan?"     

Alis Luca terangkat. Ia menggeleng.     

Lauren mulai menceritakan mengenai bagaimana dulunya, incubus memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Bahwa terdapat incubus abadi termasuk Lauren dan ayah Luca – Luca sangat terkejut mengetahui kenyataan ini. Juga bagaimana kaum incubus kehilangan kekuatan setelah kalah dari para half-beast kemudian kemampuan mereka disegel.     

"Segel itu terbagi menjadi tiga. Salah satunya adalah batu merah ini. Di dalam sini, tersegel ketangguhan tubuh kita yang jauh lebih tinggi dari manusia. Jika segel ini terbuka, tubuhmu akan beregenerasi dengan lebih cepat dan jika terdapat bekas luka tersisa pun, pergerakan tubuh bagian kirimu pasti akan kembali secara total."     

"Sekuat itu?"     

Lauren mengangguk tegas. "Jika kau abadi seperti diriku, kemampuan regenerasinya akan lebih kuat lagi. Bekas luka satu pun tidak akan tersisa di sana. Namun, aku tidak tahu apakah ayahmu mewariskan keabadian itu kepadamu atau tidak."     

Lauren menceritakan bagaimana incubus dapat menjadi abadi dan keabadian itu dapat diwariskan kepada keturunan mereka. "Namun, itu tergantung kehendak sang pemilik keabadian."     

Setiap incubus yang abadi akan membentuk sebuah inti. Inti tersebut menjaga jantung incubus agar tidak menua dan tempatnya bersemayam sangatlah tersembunyi. Hanya incubus abadi tersebut yang mengetahui lokasinya secara tepat. Ketika mereka masih memliki sihir, incubus abadi kerap kali mengaburkan keberadaan inti tersebut dengan sihir.     

Ketika incubus abadi memiliki keturunan, jika ia ingin mewariskan keabadiannya, ia akan membentuk inti kecil untuk anak mereka. Anak tersebut hanya perlu mengkonsumsi energi kehidupan secara konstan untuk menutrisi inti kecil itu dan ketika ia sudah dewasa, inti tersebut akan sekuat milik incubus abadi lainnya.     

"Dalam kasusmu, jika ayahmu benar mewariskan inti tersebut, keadaan inti itu tentunya sangat lemah sekarang. Aku tahu kau tidak pernah berhubungan intim dengan seseorang."     

Wajah Luca sedikit memerah tapi ia mengangguk membenarkan.     

"Aku akan membantumu menyelidiki intimu nanti. Untuk sekarang …." Lauren memasukkan batu merah ke dalam genggaman Luca. "Kau harus membuka segel ini."     

"Bagaimana caranya? Bukankah kekuatan sihr kaum kita disegel?"     

Lauren mengangguk. "Memang kekuatan sihir kaum kita disegel tapi bahkan jika kekuatan sihir kita tidak disegel, kita tidak akan bisa melepaskan segel batu merah ini dengan sihir kaum incubus."     

Luca menjadi semakin bingung.     

"Apakah kau ingat kebakaran yang terjadi di sisi kiri Bukit Luito dan kediaman keluarga utama klan rubah?"     

"Tidak begitu. Ketika aku tersadar, api sudah mulai padam."     

"Itu adalah perbuatanmu. Kau tahu?"     

Luca bingung antara harus mengangguk atau menggeleng. "Aku mendengar itu perbuatanku tapi karena aku tidak punya ingatan itu, aku tidak yakin."     

"Ya. Wajar kau tidak ingat. Pada saat itu, emosimu telah menguasai seluruh kesadaranmu dan kekuatan yang biasanya terpendam tertarik keluar oleh fluktuasi emosi itu."     

Alis Luca mengernyit semakin dalam. "Aku tidak paham."     

"Ibumu bukanlah seorang incubus."     

Luca terbelalak. "Tidak mungkin!"     

"Tapi itu kenyataannya. Ibumu merupakan makhluk yang tidak termasuk dalam kaum manapun, makhluk dari dunia yang jauh dari sini. Ia menyamarkan identitasnya menggunakan sihir ketika menikah dengan ayahmu. Kekuatan milik wanita itu dapat membuka segel batu merah ini dan kau sebagai keturunannya mewarisi kekuatan itu."     

"Aku …." Luca membuka kemudian menutup kembali mulutnya. Ia tidak bisa percaya ini. Selama ini, ia tidak pernah mengeluarkan kekuatan apa pun, setidaknya selama ia sadar. Dikatakan ia punya kekuatan sihir sekarang secara tiba-tiba … ia tidak tahu harus memberikan respons seperti apa.     

"Kau akan percaya jika melihatnya secara langsung. Aku tahu cara membuka segel ini tapi aku tidak memiliki kekuatan sihir ibumu. Sekarang, pejam matamu dan ikuti arahanku …."     

Luca melirik Lauren dengan ragu. Lauren menatapnya penuh keyakinan. Ia mengangguk kuat untuk meyakinkan Luca.     

"Baiklah." Luca memejamkan matanya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.