This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kembalikan!



Kembalikan!

0"Claudiu sudah menghilang dua hari ini?!"     
0

Victor terduduk pada kursi. Kedua kakinya seperti kehilangan energi secara tiba-tiba. Helaan napas panjang kabur dari mulutnya ketika mendengar pertanyaan kepala keluarga klan rubah itu.     

Kepalanya mengangguk lemas.     

"Aku berjanji akan merawat Tuan Muda tapi sepertinya ia tidak begitu menyukai ideku. Ketika dia mendengar ide tersebut, ia langsung pergi dengan penuh amarah. Awalnya kukira ia akan kembali ketika lapar tapi setelah hari sudah malam pun, ia tetap tidak kembali. Aku dan Lonel – ah, itu temanku yang duduk di sana – sudah mencarinya ke mana-mana tapi tetap tidak menemukan jejaknya."     

Itulah mengapa juga Victor memutuskan untuk bertemu dengan En walaupun ia terancam akan ditangkap.     

Takase Claudiu, walaupun lahir di keluarga yang begitu keji dan kejam, merupakan satu-satunya anak muda yang berlaku baik kepada para budak, termasuk Victor. Lonel yang dapat meracuni seluruh anggota keluarga Takase tanpa merubah ekspresi wajahnya sedikit pun tidak akan sudi melukai tuan muda itu.     

Seluruh budak menyukai tuan muda Claudiu dan alasan mengapa Victor memutuskan untuk membantai penguasa Kota Kai hari itu juga dikarenakan Claudiu yang sedang tidak berada di kota. Jika ia tahu Claudiu akan pulang hari itu, ia pastinya akan menunda rencananya hingga hari tuan muda itu pergi ke Kota Hanjuu selanjutnya.     

Selama tuan muda tidak menjadi saksi langsung pembantaian tersebut, Victor dan yang lainnya dapat mengelabui sang tuan muda bahwa semua itu kecelakaan kerja dan mereka pun bisa berakting. Yang penting, tuan muda itu tidak mengetahui yang sebenarnya.     

Namun, kenyataannya tidak begitu.     

Para budak walaupun tidak menyesali pembantaian itu tetap saja tidak dapat menatap sang tuan muda lagi. Victor sendiri sulit mengangkat wajahnya ketika berhadapan dengan Claudiu.     

Lagi pula, seberapa keji pun Keluarga Takase, darah yang mengalir di pembuluh mereka, darah yang telah bercampur dengan air hujan hari itu tetaplah darah yang sama yang mengalir di pembuluh sang tuan muda. Seberapa para budak membenci keluarga Takase, mereka tetap keluarga yang Claudiu cintai.     

Pastinya Claudiu membenci mereka, terutama Victor yang telah memotong seluruh anggota keluarga Takase dengan tangannya secara langsung.     

Claudiu tidak akan mau dirawat oleh pembunuh keluarganya.     

Yang membuat Victor lebih khawatir lagi adalah incubus lainnya juga tidak menemui jejak Claudiu. Jika Claudiu muncul di depan budak lainnya, mereka pun akan dengan senang hati memberi Claudiu makanan. Namun, jika tidak ada yang melaporkan telah melihat Claudiu, berarti tuan muda itu kemungkinan besar belum makan apa pun dua hari ini. Victor menjadi semakin cemas.     

"Tuan muda mu itu rubah berbulu putih?" tanya Luca membuat Victor langsung mendongak.     

Matanya berbinar penuh harap. "Ya! Kau melihatnya?" Victor mengangguk kuat hingga lehernya terasa akan putus.     

Luca menatap Vasile dan Vasile juga membalas tatapan itu. Mereka ingat telah melihat rubah putih yang membimbing mereka ke rumah Victor. Jika itu adalah sang tuan muda ….     

Luca mengangguk. "Aku melihatnya pagi ini tapi hanya sebentar. Aku tidak tahu ke mana dia sekarang."     

Mendengar itu, Victor tidak bisa menutupi kekecewaannya.     

"Baiklah!" En tiba-tiba menepuk tangannya sekali. "Mari kita ganti suasana suram ini! Aku akan membantumu mencarinya. Tidak perlu begitu cemas!"     

Victor menatap kepala keluarga klan rubah itu sejenak sebelum mengangguk pelan. Jika En yang pergi mencari Claudiu, mungkin tuan muda akan muncul.     

En berdiri, menyunggingkan senyum tipis yang menenangkan.     

"Itu saja yang ingin kau sampaikan?"     

Victor mengangguk.     

"Baiklah! Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Ketika aku menemukan Claudiu, aku akan memberitahumu."     

Semua orang mematung di tempat sementara En melangkah menuju kusen pintu masuk. Menyadari bahwa Rion tidak mengikutinya, ia menoleh. "Rion! Apa yang kau lakukan di sana? Ayo!"     

"Eh?" Rion masih terguncang.     

Yang lainnya pun terbelalak lebar menatap En.     

"Rion?"     

"Eh? Heh?! Tunggu sebentar!" Rion tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi dengan baik.     

"Kau tidak akan menangkapku? Aku telah membantai keluargamu, kau ingat?" Victor juga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.     

"Benar! Bukankah ini tujuan kita ke sini?" Rion menambahkan.     

En mengerjapkan matanya beberapa kali. Sudut bibirnya terangkat semakin tinggi hingga kedua matanya membentuk garis lengkung. "Kau ingin kutangkap?"     

Victor dengan jujur menggeleng.     

"Kalau begitu aku tidak akan melakukannya!"     

"Eh?! Tuan En?!" Rion tidak tahu harus menangis atau tertawa akan kekonyolan ini.     

"Ayo Rion!"     

"Tunggu Tuan!"     

Tidak ada di antara mereka yang dapat membaca pikiran kepala keluarga klan rubah itu. Semuanya terkejut dan dipenuhi dengan perasaan yang bercampur aduk. Victor sendiri tidak tahu harus bersyukur atau menegur kepala keluarga itu untuk lebih bertanggung jawab atas tugas dan posisinya.     

BAM!     

Tiba-tiba, bunyi ledakan terdengar dari luar rumah.     

Suasana kembali menegang. En yang telah berdiri di ambang pintu dapat melihat ledakan tersebut dengan jelas. Untungnya jarak ledakan itu tidak begitu dekat sehingga tidak ada puing-puing yang mengenainya.     

"Tuan!" Rion menarik En ke belakang untuk melindunginya.     

Luca dan yang lainnya buru-buru keluar dari rumah.     

Ketika debu-debu jalanan yang terangkat karena ledakan itu mulai memudar, mereka dapat melihat dua buah sosok. Satu sosok adalah incubus berkulit pucat yang merupakan Lauren. Senyum di wajahnya terlihat menyeramkan dan tatapan matanya terasa dapat menembus daging.     

Di seberangnya, sesosok half-beast berlutut dengan satu kaki. Dilihat dari bentuk telinga dan ekornya, ia adalah serigala dengan bulu abu-abu. Pakaiannya kotor dan beberapa bagiannya robek. Di ujung robekannya terdapat bercak merah darah.     

"Hihihi … HAHAHAHA! Akhirnya aku mendapatkannya!" Lauren tertawa semakin kencang. Satu tangannya terangkat dan dari dalam genggaman tangannya terdapat sesuatu yang tidak pernah Luca lihat. Benda itu sedikit berkilau tapi Luca tidak bisa melihat bentuknya dengan jelas dan di permukaannya, terdapat simbol-simbol aneh yang juga sangat asing bagi Luca.     

"Kembalikan!" half-beast itu menggeram. Tangannya menghasilkan cahaya dan dengan satu ayunan, cahaya itu terlempar pada Lauren.     

Lauren dengan santai menghindar, masih sambil tertawa. "Lemah! Lemah! Kekuatan dari Tuanmu itu sudah hampir habis. kau benar-benar menjadi seperti rongsokan sekarang! Menyedihkan … benar-benar menyedihkan. Hahahahaha!"     

Luca dan yang lainnya belum bisa memahami apa yang sedang terjadi. Luca menatap Ecatarina yang muncul dari semak-semak tapi hanya mendapatkan gelengan sebagai jawaban. Steve dan Ecatarina serta kedua anak kembarnya yang sedang bersembunyi sambil mengawasi keadaan juga tidak mengetahui apa yang sedang terjadi karena mereka tidak bergerak di dekat Lauren ketika pertengkaran ini dimulai.     

Tanpa mendapatkan jawaban apa pun, pertengakaran itu terus berlanjut.     

Lauren mengumpulkan energi gelap di tangannya. Tidak ada yang tahu apa itu tapi siapa pun bisa merasakan akhir hidup mereka jika terkena energi tersebut.     

Luca ingin melakukan sesuatu tapi kedua kakinya seperti terpaku di tanah. Yang lainnya pun tidak sanggup bergerak.     

"Hehehe! Mati kau!"     

Semuanya seperti sedang bergerak dalam slow motion.     

Lauren menggerakkan lengannya, hendak melepaskan kekuatan ganas itu kepada half-beast serigala. Tepat saat itu, sebuah sosok muncul dari semak-semak. Itu adalah rubah putih!     

Ia berlari ke depan serigala tersebut, berusaha melindunginya. Serigala itu terbelalak kaget. Ia berusaha menarik rubah itu pergi.     

"TUAN MUDA!" Victor merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia ingin berlari melindungi rubah itu tapi kakinya tidak mau mendengarkan perintah otaknya.     

Luca berusaha memperingati Lauren tapi pria itu jelas-jelas telah kehilangan akal sehatnya akibat kebencian yang begitu mendalam.     

Kekuatan di tangan Lauren sudah hampir meluncur. Luca buru-buru berlari. "Lauren! Berhenti!"     

Melihat Luca berlari ke arah rubah dan serigala itu, Lauren tersadar. Ia berusaha menghentikan serangannya tapi tidak berhasil. Pada akhirnya, serangan itu hanya sedikit meleset dari sasaran aslinya.     

Luca berhasil mencapai si rubah dan mendekapnya untuk melindungi pria muda itu dari serangan. Di sisi lain, serigala itu mundur beberapa langkah kemudian lari dari tempat itu secepat kilat.     

"Tunggu!" Lauren ingin mengejar si serigala tapi seluruh amarahnya langsung dingin ketika yang lainnya meneriakkan nama Luca.     

Matanya mencari sosok Luca dan ketika ia menemukan sosok tersebut, seluruh tubuhnya mendingin.     

Luca masih mendekap rubah putih itu erat-erat. Setengah tubuh Luca bersimbah darah karena ia tidak berhasil menghindari serangan Lauren.     

"Luca! Luca! Kau dengar aku?!" Vasile terus memanggil keponakannya.     

Rubah putih yang hanya mendapatkan lecet ringan juga buru-buru mengecek keadaan penyelamatnya. Namun, yang ia lihat di hadapannya sangatlah tragis.     

Setengah tubuh Luca benar-benar menyedihkan. Pria itu telah kehilangan kesadaran dan napasnya sangat lemah.     

"Lauren!" teriak Vasile. Matanya bersinar merah, penuh dengan amarah. "Cepat lakukan sesuatu dengan ini!"     

Lauren sendiri kalang kabut. Ia tahu dan handal dalam sihir penyerang tapi ia tidak tahu sihir penyembuhan.     

Ecatarina bisa melakukan penanganan luka awal tapi keadaan Luca terlalu sulit untuk kemampuannya. Steve dan kedua kembar juga tidak bisa melakukan apa-apa.     

Vasile sudah begitu marah dan frustrasi hingga ia hampir mematahkan leher Lauren jika En tidak masuk untuk menengahi.     

"Ketika aku datang ke sini, aku mendengar rumor mengenai dokter hebat yang tinggal di hutan tidak jauh dari sini. Mari kita coba ke sana …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.