This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pembawa Chainsaw (3)



Pembawa Chainsaw (3)

0"Hah … hah …."     
0

Rubah putih yang masih muda, kira-kira baru berumur 15 tahun itu, berhenti berlari ketika menyadari ia tidak lagi dikejar. Ia menopang kedua tangannya pada lutut, membungkuk dalam sambil mengatur napasnya yang pendek-pendek.     

"Kerja bagus," komentar sebuah suara. Suara tersebut terdengar sangat datar untuk sebuah pujian tapi rubah putih itu tidak keberatan.     

"Apa dengan begini, semuanya akan lebih baik seperti yang kau katakan?" Rubah putih mendongak, menatap lurus sesosok half-beast serigala berpakaian kimono hitam yang sedang duduk di atas batang pohon. Rubah putih tidak mengenal dengan baik serigala ini tapi entah mengapa apa yang dikatakan si serigala terdengar sangat meyakinkan sehingga akhirnya ia setuju untuk membantu.     

Serigala itu menyingkirkan helai rambut abu-abunya dari wajah, membiarkan helaian itu diterpa angin lembut ke belakang. Sepasang mata abu-abu membalas tatapan rubah putih itu. Serigala mengangguk pelan sebagai jawaban.     

Rubah putih termenung sejenak. Serigala ini sulit untuk dibaca dan ia tidak tahu apakah benar-benar bisa mempercayainya atau tidak. Namun, dalam keadaannya sekarang yang tanpa kekuatan maupun kekuasaan, tawaran dari serigala itu memberinya jalan keluar.     

'Jika memang dengan begini, dia bisa hidup dengan tujuan untuk dirinya sendiri ….'     

Sebuah tas tiba-tiba jatuh menimpa bahunya. "Eh?" Rubah Putih menatap si serigala, menduga bahwa tas itu pastinya berasal dari pria tersebut. Namun, Rubah Putih tidak paham apa maksud dari gerakan ini.     

"Makan. Perutmu terus bunyi dari tadi."     

Perut Rubah Putih kembali bergemuruh keras, menyatakan persetujuannya.     

Benar juga … Rubah Putih belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya selain air selama dua hari ini. Ia terlalu sibuk kabur sehingga gemuruh perutnya pun ia abaikan.     

Dengan wajah memerah malu, Rubah Putih membuka tas tersebut dan mulai melahap seluruh makanan yang ada di dalamnya.     

*****     

Pria jangkung yang sedang memotong kayu itu memasang ekspresi wajah kelam. Alis matanya mengernyit dalam dan mulutnya tidak berhenti mengkomat-kamitkan sesuatu yang tidak bisa Luca dengar karena teredam oleh suara mesin. Dilihat dari gerak geriknya, sepertinya pria jangkung itu sedang menggerutukan sesuatu.     

Dilihat dari bentuk fisiknya, pria ini memiliki umur yang tidak jauh dari Luca, mungkin hanya sedikit di bawah Luca. Ia memiliki rambut berwarna biru muda panjang yang terikat satu longgar. Kulitnya putih pucat. Tubuhnya juga terlihat ringkih jika dibandingkan dengan tinggi badannya. Meskipun begitu, melihat betapa mudahnya ia memperlakukan benda-benda berat di sekitarnya, pria ini cukup … tidak … bisa dibilang sangat kuat.     

Pria jangkung menghentikan chainsaw-nya seraya mengangkat seluruh kayu hasil potongannya sekaligus – jumlahnya sangat banyak. Bahkan Luca tidak begitu percaya diri bisa mengangkat semuanya dengan satu tangan tapi pria jangkung itu bisa melakukannya. Pada saat itulah mereka mulai dapat mendengarkan gerutuan pria itu dengan jelas.     

"… dia begitu keras kepala? Aku sudah bilang aku akan mengurus kebutuhannya tapi dia malah marah! Apa yang perlu dia ma—"     

"Permisi …." Melihat pria itu benar-benar terokupasi dengan pikirannya, Luca tidak buang-buang waktu dan segera menginterupsi.     

Pria jangkung terlonjak kaget. Kayu-kayu di tangannya hampir jatuh tapi untungnya ia berhasil mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Kedua matanya yang awalnya tertutup rapat – entah bagaimana ia melihat dengan mata tertutup rapat – terbelalak lebar, memperlihatkan sepasang bola mata merah tua khas incubus.     

"Siapa?" tanyanya dengan was-was setelah berhasil menghilangkan keterkejutannya. Matanya kembali terpejam tapi dari gerak-geriknya sepertinya ia sedang mengamati Luca dan rombongan dengan seksama.     

Luca juga memperhatikan si pria jangkung, lebih tepatnya bagian mata pria itu. Jelas-jelas mata itu tertutup rapat, mengapa pria itu bisa melihat mereka? Apakah ini bentuk kekuatan misterius?     

"Luca?" Lauren menatap Luca dengan bingung. Yang lain juga ikut bingung. Biasanya Luca tidak akan mengambil waktu begitu lama karena mereka tahu pria itu selalu ingin hal yang praktis.     

Steve akhirnya membuka suara, menggantikan Luca. "Kau pria yang memusnahkan penguasa kota ini bukan?"     

Pria jangkung itu tidak terlihat kaget. Ekspresi wajahnya bahkan memperlihatkan keheranan, seperti mengatakan 'bukankah itu jelas?'     

"Oh, apakah mungkin dia buta seperti Steve?" Luca tiba-tiba bergumam memotong Steve yang ingin menjelaskan lebih lanjut.     

"Ha?"     

"Eh?"     

"Mm?" Luca merasakan seluruh pandangan tertuju padanya, celingak-celinguk dengan bingung. "Mengapa kalian membeku menatapku seperti ini?"     

Pria jangkung yang pertama kali berucap, "Aku tidak buta!"     

Luca mengerjap bingung. 'Mengapa pria ini bisa membalas pikiranku?'     

Butuh beberapa detik hingga ia tersadar apa yang telah ia lakukan. "Maafkan aku. Apakah aku mengucapkan pikiranku?"     

Yang lainnya serentak mengangguk.     

"Baiklah. Aku tidak buta ok? Memang banyak yang bingung karena aku terlihat menutup mata tapi …." Pria jangkung bergerak mendekati Luca dengan langkah lebar lalu menundukkan wajahnya agar Luca bisa melihat dengan jelas. Ia menunjuk bagian matanya. "Kau bisa lihat mataku sedikit terbuka."     

Pria itu benar. Ketika Luca melihat dengan baik, masih ada bagian dari kelopak matanya yang terbuka.     

"Kau melihat dari bagian sekecil itu?" Luca benar-benar kagum dan heran.     

Melihat respons Luca yang benar-benar tulus, pria jangkung itu mendengus bangga. "Tentu saja! Aku sudah lahir dengan keadaan seperti ini. Ini sudah biasa!"     

"Baiklah! Baiklah! Masalah mata sudah terselesaikan. Ada yang lebih penting dari itu, Luca." Lauren menginterupsi.     

"Oh ya! Maaf. Aku terlalu penasaran dengan matanya hingga melupakan tujuan kita."     

Alis pria jangkung terangkat. "Ho? Jadi siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di sini? Jika dilihat dari kalian yang tidak mengenalku, sepertinya kalian bukan dari kota ini. Apa kalian disuap oleh para petugas keamanan itu?"     

"Tentu saja tidak. Kami datang untuk menghancurkan penguasa kota ini," ujar Luca blak-blakan.     

"Lu—Luca?!" Yang lainnya sangat terkejut.     

'Apakah dia bisa dipercaya?!'     

Luca tidak mempedulikan rombongannya sementara si pria jangkung sepertinya telah memahami identitas rombongan itu.     

"Kalian … pemburu half-beast yang dirumorkan itu?"     

Rombongan masih bingung bagaimana menjawab tapi Luca dengan santai mengangguk.     

"Hee … begitu." Si pria jangkung membalas dengan acuh tak acuh. Responsnya benar-benar sangat cuek membuat rombongan itu heran.     

Mereka mengira akan mendapatkan respons seperti si kusir itu atau setidaknya ada rasa antusias yang diperlihatkan.     

"Dia sudah menghancurkan penguasa kota seperti yang kita lakukan. Bagaimana mungkin ia akan terkesima dengan perbuatan kita yang tidak jauh berbeda dari yang ia lakukan? Dan jangan khawatir. Walaupun dia tahu identitas kita pun, dia tidak akan menjual kita ke half-beast yang ia benci," ujar Luca santai.     

"Tentu saja. Kau bergerak untuk kaum kita bukan? Aku tidak punya keluhan untuk itu." Si pria jangkung mengangguk.     

Ia meletakkan kayu yang dari tadi masih ia bawa di tangan pada tumpukan kayu yang telah selesai ia potong kemudian menarik kursi untuk duduk. Ia tidak terlihat akan mempersilahkan Luca dan rombongannya untuk masuk jadi Luca dan rombongan tetap berdiri di ambang pintu.     

"Tugas kalian sudah kulaksanakan jadi untuk apa kalian masuk ke kota?"     

"Kami ingin merekrutmu menjadi anggota kami."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.