This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pembawa Chainsaw (1)



Pembawa Chainsaw (1)

0Semakin dekat ke pusat Kota Kai, jalanan yang awalnya dipenuhi dengan rumah reyot terlantar menjadi semakin langka, digantikan dengan rumah-rumah lebar nan mewah yang dihiasi dengan lentera-lentera indah. Ketika seseorang mendongak, ia akan dapat melihat siluet pabrik tinggi yang menghasilkan produk-produk sumber penghasilan terbesar milik klan rubah, setidaknya hingga dua bulan yang lalu.     
0

Sekarang, bangunan itu gosong, hanya tersisa kerangkanya saja.     

Rumah-rumah lebar nan mewah yang seharusnya ditinggali para half-beast pemegang kekuasaan kota ini sekarang dipenuhi oleh para incubus. Mereka dilengkapi senjata. Dilihat dari proporsi tubuh yang lebih berisi dari incubus lainnya yang pernah Luca temui, para incubus di Kota Kai tentunya telah hidup cukup makmur selama dua bulan terakhir.     

Walaupun petugas keamanan melewati area tersebut secara berkala, tidak ada yang menyerang. Kedua kubu hanya saling melempar tatapan mengancam dan memprovokasi lalu berlalu begitu saja.     

"Hahahaha! Lihat wajah makhluk berbulu itu? sok-sok garang tapi mental tempe!" Seorang incubus yang terlihat kuat meletakkan gelas birnya dengan kuat di atas meja bar. Wajahnya sudah merah seluruhnya, mabuk di saat matahari masih bersinar terang di atas langit.     

"Benar! Benar!"     

"Siapa yang mau terpotong-potong keesokan paginya bukan?!" celetuk yang lainnya dan suara tawa serentak menggema di dalam ruangan itu.     

Bahkan pengurus di counter ikut tertawa terbahak-bahak.     

Tidak ada yang mempedulikan wajah masam para petugas keamanan yang bisa mendengar ucapan mereka dengan sangat jelas karena pintu serta jendela-jendela besar bar itu terbuka lebar.     

Tentunya mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan hal itu membuat para incubus tertawa semakin keras.     

Terlepas dari ucapan yang bermaksud mengejek, apa yang dikatakan para incubus tidaklah salah.     

Dua bulan yang lalu, para petugas keamanan masih begitu berani menyerang dan menangkap incubus-incubus yang dulunya menjadi budak sekaligus pekerja di pabrik untuk diinterogasi. Namun, petugas keamanan yang dikirimkan dua bulan lalu itu ikut dibinasakan dengan cara yang sama dengan anggota keluarga cabang klan rubah.     

Sejak saat itu, petugas keamanan yang dikirimkan selanjutnya tidak pernah bertindak gegabah. Apa lagi, para incubus yang dulunya kurus kering itu juga mulai terlatih sehingga jangankan menangkap pelaku utama yang sadis dan berhati dingin itu, para incubus yang duduk-duduk santai di tengah kota itu saja sudah cukup untuk menyulitkan para petugas keamanan.     

Keberadaan petugas keamanan begitu tidak mengancam hingga bahkan para incubus dengan santai membuka kedai.     

Pada salah satu meja di sudut ruangan dekat salah satu jendela besar, Vasile, Lauren, dan Steve ikut duduk santai di sana. Mereka sudah sampai di kedai itu beberapa menit sebelumnya dan mendengarkan seluruh ucapan mengejek tersebut.     

"Silakan menikmati!" seru pemilik kedai setelah mengantarkan tiga gelas minuman dan sepiring makanan berat untuk Steve yang lapar.     

Bertolak belakang dari cerita si kusir, ketika mereka memasuki kota pun, kedamaian meliputi seluruh tempat. Walaupun para petugas keamanan memenuhi area pintu masuk tapi tidak banyak yang berkeluyuran di tengah kota. Bahkan ketika mereka melihat Vasile dan yang lainnya, mereka mengira kelompok tersebut merupakan penduduk kota dan tidak berani melakukan apa pun selain mengamati mereka lekat-lekat saja.     

'Apakah pertumpahan darah hanya terjadi di malam hari?' Pikir Vasile.     

Melihat keadaan kota yang aman bagi incubus, mereka memutuskan untuk tidak mengirimkan pesan tertulis kepada Ecatarina dan Luca. Jika mereka duduk di dekat jendela, pastinya akan mudah ditemukan.     

"Pemilik kedai," panggil Vasile menahan sang pemilik kembali ke counter.     

"Ada masalah?"     

"Tidak ada masalah. Hanya ingin bertanya …." Vasile menanyakan rumor yang ia dengarkan mengenai pertumpahan darah dan perselisihan antara kubu incubus dan petugas keamanan.     

"Oh … dua bulan yang lalu memang begitu. Namun, sejak para petugas keamanan tidak menyerang lagi, selama mereka tidak melukai kami terlebih dahulu, Tuan kami juga tidak akan melakukan apa-apa."     

Lauren mendengus mendengarnya.     

Kepala kedai mengernyit mendengar dengusan yang terkesan mengejek itu. Impresinya terhadap rombongan Vasile menjadi buruk.     

Di sisi lain, Vasile memelototi Lauren sebelum kembali tersenyum ramah. "Begitu. Karena kau menyinggung mengenai Tuan kalian, aku tidak akan sungkan bertanya apakah kami dapat bertemu dengan Tuanmu itu?"     

Ekspresi wajah kepala kedai semakin dipenuhi ketidaksukaan. "Apa tujuanmu? Wajah kalian asing jadi pastinya kalian tidak berasal dari kota ini, bukan? Jika kalian bekerja sama dengan makhluk-makhluk berbulu itu untuk memancing Tuan keluar, kalian harus melewati kami terlebih dahulu!"     

Tanpa basa-basi, si kepala kedai bersiap mengeluarkan pedang dari sarung. Pemabuk yang dari tadi tertawa-tawa pun telah berdiri dari kursi, bersiap bertarung.     

Percikan geli bercampur bahagia muncul pada mata Lauren. Ia sudah berdiri hendak meladeni mereka jika Vasile tidak menahannya.     

Vasile buru-buru melambaikan tangannya pada pemilik kedai. "I—ini salah paham! Salah paham! Kami tidak datang untuk menangkap Tuan kalian. Kami hanya ingin berbicara." Akan lebih mudah jika Vasile menyatakan identitas aslinya sebagai pemburu half-beast. Namun, seperti para incubus di kota ini yang tidak mempercayai mereka, Vasile juga tidak bisa mempercayai para incubus ini seluruhnya.     

Bisa saja para incubus ini bersekongkol dengan para petugas keamanan untuk memancing Vasile dan yang lainnya menjadi lengah dan mengeluarkan identitas asli mereka. Lagi pula, bukan rahasia lagi bahwa pemburu half-beast akan muncul di kota-kota. Hanya saja kota mana yang akan menjadi mangsa selanjutnya tidak diketahui secara pasti.     

Pemilik kedai dan Vasile saling menatap satu sama lain untuk beberapa saat sebelum akhirnya pemilik kedai melepaskan pegangan pedangnya. "Akan kulepas kalian sekarang dan aku juga akan menginformasikan keinginan kalian kepada Tuan. Tapi apakah Tuan akan bertemu dengan kalian atau tidak itu akan menjadi keputusan Tuan."     

"Terima kasih."     

Mereka kembali beraktivitas seperti biasa di dalam kedai tapi ketegangan belum mereda. Para pemabuk itu masih mengawasi rombongan Vasile dengan saksama.     

Vasile tidak mempedulikan mereka. Kedua matanya memicing tajam pada Lauren.     

"Apa maksud dengusanmu itu?" tegurnya.     

Lauren mengangkat bahunya, acuh tak acuh. "Bodoh sekali membiarkan kaum jahanam itu masih bisa berkeliaran di kota ini. Jika itu aku, kota ini sudah seluruhnya berada di bawah kuasaku."     

Vasile dan Steve tidak terkejut. Walaupun Vasile bertanya apa maksud dari dengusan itu, ia sendiri sudah menduga bahwa jawaban Lauren akan seperti ini.     

"Mereka pasti punya pemikiran sendiri." Vasile tidak lagi berusaha membahas lebih lanjut seraya menenggak minumannya.     

Lauren mencibir, "Aku tidak pernah menyukai pikiran lembekmu itu."     

Vasile tidak menghiraukannya. Ia tidak pernah butuh Lauren menyukainya dan ia tahu Lauren tidak pernah menyukainya juga.     

Keheningan melanda meja itu untuk beberapa saat.     

Kaki Lauren mulai menghentak-hentak dengan tidak sabar. "Bukankah tempat ini mudah ditemukan? Ke mana Luca?"     

Ecatarina juga belum kembali tapi Lauren tidak peduli. Hanya Luca yang penting untuk dirinya.     

"Luca mungkin memanjat dinding yang agak jauh jaraknya dari sini jadi agak terlambat," duga Steve berusaha menenangkan.     

"Bisa juga dia sedang diserang sekarang. Aku akan pergi mencarinya!" Lauren telah berdiri dari kursinya. Vasile buru-buru menarik lengannya.     

"Kau sudah lihat bahwa para petugas itu tidak menyerang kita sama sekali. Pasti Luca sedang berjalan ke sini. Tenang dan duduklah kembali! Jika kau pergi dan ternyata Luca sampai tanpa bertemu denganmu, kita akan menghabiskan waktu lebih banyak kali ini untuk menunggumu."     

Walaupun kesal, ucapan Vasile benar. Jadi, dengan penuh keberatan hati, Lauren kembali duduk. "Itulah mengapa aku ingin mengikutinya saja. Kau benar-benar menyebalkan!" gerutu Lauren teringat kembali bagaimana Vasile menariknya pergi tanpa persetujuannya saat itu.     

"Kau tahu Luca lebih senang bergerak sendiri."     

"Aku tahu itu tapi tetap saja … egh! Kau benar-benar menyebalkan!"     

"Dari pada itu, Lauren …." Vasile meletakkan gelasnya pelan. Kedua matanya berkilat serius. "Aku rasa sudah waktunya kau memberitahuku, dari mana kau mendapatkan kekuatanmu itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.