This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kota Kai (2)



Kota Kai (2)

0"Maafkan aku kawan tapi aku hanya bisa mengantar kalian sampai di sini," si kusir terlihat menyesal karena ia tidak bisa bercerita lebih banyak lagi kepada para penumpang asingnya. Namun, tugas dari majikannya harus segera ia laksanakan jika tidak ingin dihukum ketika keterlambatan terjadi.     
0

Luca dan lainnya segera turun dari gerobak.     

"Terima kasih."     

"Sampai jumpa!"     

"Bye Bye!"     

Rombongan Luca pun berjalan menuju gerbang masuk Kota Kai. Dari kejauhan, terlihat puluhan half-beast bersenjata berlalu lalang di depan gerbang.     

"Sepertinya kita harus memanjat dinding kota," saran Vasile.     

Agar tidak terlalu ramai dan membuat keributan, mereka memutuskan untuk berpencar. Lauren ingin mengikuti Luca tapi Vasile segera menarik kawan lamanya itu ke arah lain. Steve juga mengikuti Vasile sementara Ecatarina dan kedua anaknya pergi ke arah lain.     

Luca tidak berkomentar apa-apa. Ia segera mengendap memasuki area yang penuh semak-semak, berputar ke sisi samping dinding Kota Kai tanpa menarik perhatian para petugas keamanan.     

Celingak-celinguk, memastikan tidak ada petugas yang berkeliaran di area tersebut, Luca buru-buru keluar dari semak-semak. Dengan lihai, ia memanjat – ia telah memanjati dinding-dinding kota selama dua tahun ini. Dalam sekejap mata, ia telah mencapai bagian tertinggi lalu setelah memastikan tidak ada penjaga di area dalam, ia meloncat turun.     

Satu-satunya hal yang tidak ia duga adalah keberadaan sesosok bermantel putih yang berdiri menempel pada sisi dinding. Ketika Luca melihat dari atas, kemungkinan besar sosok ini berdiri di area titik buta pandangannya.     

Sosok itu kebetulan menoleh ke atas. Mata emasnya langsung terbelalak lebar. Luca juga memekik tertahan karena terkejut tapi ia tidak bisa merubah arah jatuhnya.     

BRUK! SRAK!     

"Suara apa itu?!"     

Keduanya langsung menubruk satu sama lain. Bunyinya begitu kencang hingga di kejauhan, suara heran para petugas yang sedang berpatroli terdengar. Langkah kaki terdengar mendekat dengan terburu-buru.     

Luca menjadi panik. Ia baru saja ingin mencari tempat untuk bersembunyi ketika sosok bermantel putih itu menarik pergelangan Luca lalu melemparnya ke dalam semak-semak tinggi yang tumbuh dengan liar tidak jauh dari mereka.     

Pada saat itu juga, para petugas mencapai tempat tersebut.     

"Tu—Tuan! Apakah Anda baik-baik saja?!"     

Jantung mereka hampir jatuh ke perut ketika melihat mantel putih sosok itu kotor. Kulit wajah mereka pucat pasi lantaran mereka tidak ingin dihukum berat karena telah lalai tugas melindungi sosok penting.     

Di sisi lain, sosok itu hanya tertawa-tawa santai sambil menepuk-nepuk mantelnya.     

"Aku hanya kurang berhati-hati dan tergelincir jatuh. Tidak perlu begitu khawa—"     

"Tidak bisa begitu! Kami akan memanggil Tuan Rion untuk mengecek keadaan Anda!"     

"Eh? Ti—"     

Belum sempat mencegahnya, para petugas itu sudah berlari pergi.     

Sosok bermantel putih tertawa pasrah. Padahal ia benar-benar tidak apa-apa tapi ia sendiri memahami ketakutan para petugas itu jadi ia hanya memaklumkannya.     

"Sebelum mereka kembali, ayo kita bergerak dari sini," ujarnya kepada Luca.     

Luca yang menonton seluruhnya dalam diam segera keluar dari persembunyian. Raut wajahnya penuh keheranan. "Kita?"     

Sosok bermantel putih yang masih menggunakan tudung besar di kepalanya mengangguk kecil. "Ya, kita. Aku tidak ingin diomeli Rion jadi ayo kita kabur!" Ia menoleh pada Luca lalu mengedipkan sebelah matanya dengan jenaka.     

Tanpa menunggu respons Luca lagi, pria yang sedikit lebih pendek dari Luca itu segera menarik pergelangan Luca.     

Mereka berlari kecil selama beberapa saat sebelum berhenti di sebuah teras rumah yang terlihat terbengkalai. Tidak hanya rumah itu sebenarnya. Selama mereka berlari, Luca mengamati sekelilingnya dan menemukan banyak sekali rumah yang tidak memiliki penghuninya.     

"Kau penasaran mengapa?" tanya pria bermantel setelah berhasil mengatur kembali napasnya.     

Luca refleks menyentuh wajahnya, bertanya-tanya apakah wajahnya begitu mudah mengeluarkan pemikirannya.     

Pria bermantel tertawa kecil. "Aku menyadari kau celingak-celinguk dari sejak kita masih berlari jadi aku menduga kau penasaran dengan keadaan ini," jelasnya seraya menyibak tudung yang membuatnya kepanasan.     

Sepasang telinga rubah berbulu coklat berdiri tegak. Rambut coklat yang panjang terikat satu ke belakang. Helaian rambut coklatnya bergerak lembut diterpa angin. Salah satu telinganya ditindik, dihiasi oleh sebuah anting berliontin bola api berwarna merah. Ketika ia menoleh pada Luca, sebuah wajah lonjong berkulit putih bersih segera terlihat. Sepasang mata emas yang memancarkan keramahan, hidung mancung, dan bibir tipis merah yang tersenyum menghiasi wajah tersebut.     

"Pembantai itu membuat seluruh half-beast yang masih selamat kabur terbirit-birit menyisakan hanya para incubus yang berstatus budak mereka. Tanpa adanya majikan, rumah-rumah mewah terbengkalai tapi sumber daya untuk menghidupi mereka jauh lebih dari cukup tertinggal di sana. Jadi, para incubus semuanya berpindah ke rumah-rumah yang lebih layak. Itulah mengapa rumah-rumah reyot di sekitar sini sudah tidak dihuni lagi."     

Luca tertegun tapi bukan karena ceritanya melainkan wajah sang pembicara. Wajah pria itu sangat familiar, hanya saja yang ada di ingatannya adalah versi yang lebih muda.     

"Anda … tuan muda En?"     

Mendengarnya, sudut bibir si pria terangkat semakin tinggi.     

"Senang kau masih mengingatku. Kau keponakan Vasile, bukan?"     

Luca mengangguk singkat.     

Pria yang berada di hadapannya adalah Tuan Muda dari keluarga cabang klan rubah yang menjadi majikan Vasile, Fuyuki En. Menurut Vasile, kedua orang tua En memperlakukan setiap incubus di rumah mereka layaknya pekerja yang terhormat. Bahkan Vasile dapat memasuki ruang kerja tuan besar keluarga itu saat itu dan menjadi asistennya dalam pekerjaan.     

Fuyuki En yang menjadi putra tunggal dari sepasang suami-istri baik hati tersebut tentunya sama baik hatinya.     

Ketika Luca dan ibunya, Liliane, sedang dalam masa hukuman karena perbuatan ayah mereka yang merupakan pemberontakan, hanya En dan keluarganya-lah yang bersedia membantu Vasile untuk membujuk kepala keluarga utama saat itu untuk melepaskan Luca dan ibunya.     

Ketika sang ayah tidak sempat, En yang akan pergi membujuk menggantikan sang ayah.     

Namun, keluarga En sudah terkenal sangat lembek terhadap incubus dan walaupun posisi mereka sebagai keluarga cabang adalah nomor satu dari seluruh keluarga cabang yang dimiliki oleh klan rubah karena hasil pekerjaan mereka yang tidak terbandingkan kesuksesannya, kelembekan mereka itu membuat keluarga utama tidak terlalu menyukai keluarga En. Permohonan mereka pun tidak pernah dikabulkan.     

Barulah ketika ibu Luca meninggal, keluarga utama akhirnya mengendorkan keputusan dan mengkabulkan keinginan keluarga En untuk melepaskan Luca.     

Saat itu, Luca yang masih kecil dan berduka tidak bisa berterima kasih kepada En. Ia terus berpikir mengapa En tidak bisa menyelematkan ibunya juga dan sempat membenci sosok Tuan Muda tersebut.     

Namun, dirinya yang dewasa sekarang ini, setelah lebih memahami posisi keluarga En, ia menyadari bahwa keluarga En sudah berusaha sangat keras hingga Luca bisa selamat. Jika tidak, mungkin Luca juga akan mati di penjara tersebut.     

"Untuk usahamu bertahun-tahun yang lalu, terima kasih."     

En tidak berkata apa-apa. Wajahnya menuliskan keterkejutanya dengan jelas.     

Luca jadi sedikit tidak nyaman. Tangannya tanpa sadar menggaruk tengkuk. "Aku hanya mengingat bahwa dulu aku tidak bersikap baik terhadap usaha kerasmu jadi maafkan aku dan … terima kasih." Wajahnya tidak bisa tidak memerah.     

En tersadar dari rasa kejutnya. Sebuah senyum menyesal menghiasi wajahnya seraya menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku tidak berhasil menyelematkan ibumu."     

"Tidak." Luca buru-buru menggeleng. "Anda telah berusaha keras. Menyelamatkan diriku saja pastinya sudah menyulitkanmu."     

"Tidak. Dengan kemampuan keluarga kami, seharusnya ibumu juga bisa selamat."     

"Itu …."     

Luca ingin menyangkal lagi karena ia tahu dari Vasile bahwa untuk menyelamatkan Luca saja, keluarga En harus membayar cukup besar kepada keluarga utama sehingga Vasile bekerja keras untuk menebusnya. Namun, seberapa banyak kali ia menyangkal, tuan muda ini tentunya tidak akan menerimanya sehingga Luca memutuskan untuk diam.     

"Oh ya … untuk apa kau datang ke Kota Kai? Bahkan harus memanjat dinding?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.