This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Memalukan! (1)



Memalukan! (1)

0Lima hari setelahnya, ketenangan Kota Hanju kembali terusik.     
0

Satu hari setelah pleasure theatre, beberapa orang yang sedang membincangkan penyesalan mereka karena tidak bisa menonton pleasure theatre dari atas gerbang Tenkai-ya kemarin melangkah menuju pintu depan Distrik Yomi. Anehnya, pintu itu tertutup rapat dan tidak ada penjaga yang berdiri di depannya.     

"Apakah mereka sedang libur setelah acara besar?"     

Namun, sepanjang ingatan mereka, Distrik Yomi tidak pernah menutup gerbangnya di malam hari. Tidak ada juga hari libur setelah pleasure theatre. Semua pelacur Tenkai-ya bekerja tanpa adanya hari libur, kuat dan indah serta sensual seperti biasa.     

Mereka berdiskusi sejenak. Oleh karena tidak mendengar kabar apa pun mengenai hari libur, pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengetuk pintu gerbang. Setidaknya pasti ada penjaga yang keluar dari balik pintu dan mereka bisa menanyakan alasan penutupan hari ini. Mereka juga bisa tahu kapan Distrik akan dibuka lagi agar mereka tidak membuang-buang tenaga untuk berjalan menuju Distrik secara sia-sia.     

Kriet ….     

Tidak mereka sangka, dengan sentuhan kecil saja, pintu gerbang kokoh dan megah itu bergerak terbuka.     

Mereka saling menatap satu sama lain, penuh kecurigaan.     

Dengan was-was, mereka membuka pintu gerbang lebih luas lagi lalu mengintip ke dalam. Hawa dingin menerpa wajah, menggelitik seluruh tubuh mereka.     

Jalanan Distrik Yomi yang selalu ramai dan tidak senonoh itu sekarang berada dalam keadaan sunyi sepi, bagaikan sebuah kuburan. Tidak terlihat satu kepala pun yang melewati jalanan. Lentera-lentera pun tidak memancarkan terang apa pun, hanya bergoyang dalam kegelapan, menambahkan kesuraman tempat itu.     

Oleh karena gedung-gedung distrik Yomi yang dibangun pada level tanah yang lebih rendah dari sekelilingnya sementara dinding yang membatasi area distrik menjulang sangat tinggi, tempat itu memiliki kegelapan yang semakin pekat hingga mereka bahkan tidak dapat melihat siluet bangunan yang berjarak lebih dari satu setengah meter dari tempat mereka berdiri.     

'Apa yang sebenarnya terjadi?'     

Mereka celingak-celinguk mencari penjaga yang mungkin berada di dekat gerbang tapi juga tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di sana.     

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk melaporkan keanehan ini kepada petugas keamanan setempat. Lantaran mereka tidak membawa lentera bersama mereka dan juga keberanian mereka terlalu rendah untuk mengarungi jalanan gelap tadi.     

Para petugas keamanan awalnya tidak berpikir untuk melaksanakan penyelidikan.     

Lagi pula, itu adalah Distrik Yomi yang dimana mereka tidak memiliki hak untuk ikut campur.     

Sejak pertama kali didirikan 150 tahun yang lalu, aturan untuk tidak turun tangan dalam urusan Distrik Yomi telah ditetapkan oleh para atasan mereka. Secara samar-samar, para petugas lainnya pun paham bahwa pendiri Distrik yang bahkan dianggap tidak bemoral oleh mayoritas kaum half-beast itu sendiri merupakan orang berposisi kuat yang tidak dapat mereka singgung.     

'Tidak mungkin terjadi sesuatu di sana. Siapa yang berani mencari masalah dengan Distrik Yomi?' Pikir para petugas keamanan.     

Mereka pernah mendengar kabar bahwa Distrik Yomi pernah diserang oleh orang tak dikenal dua bulan yang lalu. Korban yang meninggal akibat insiden itu pun diketahui publik meninggal karena suatu kecelakaan tanpa ada penjelasan yang begitu detail karena walaupun mendapatkan penghasilan begitu besar dengan membuka usaha di Distrik Yomi, mengakui bahwa memiliki bisnis di Distrik tersebut pada kalangan luas tetaplah berisiko tinggi. Keluarga itu bisa dicaci maki oleh para half-beast yang mengagungkan prinsip kemurnian Klan Rubah.     

Distrik Lampu Merah sendiri yang masih memiliki campuran pelacur manusia dan incubus saja masih sering mendapat cacian. Hal itu dikarenakan, tempat-tempat yang menawarkan jasa pelegaan gairah seksual mendorong orang-orang untuk bermain dengan incubus yang kotor dan mixed blood bisa terlahir kapan saja diakibatkan hubungan mereka. Tidak hanya itu, permainan di tempat seperti pelacuran sendiri sangatlah hina. Namun, jika dibandingkan dengan permainan di Distrik Yomi, Distrik Lampu Merah bagaikan anak kecil bau kencur. Itulah mengapa Distrik Yomi mendapatkan kritik yang sangat keras.     

Walaupun begitu, karena para pengunjung Distrik Yomi dapat menutupi identitasnya, mereka yang munafik pun tetap diam-diam menikmati layanan di dalam sana walaupun di mulutnya mencaci tempat tersebut.     

Oleh sebab itulah, keluarga korban menutupi semuanya yang berhubungan dengan DIstrik Yomi.     

Para petugas keamanan tidak begitu memikirkan laporan tersebut lagi hingga dua hari setelah laporan tersebut, mulai banyak laporan orang hilang.     

Setelah melakukan penyelidikan, mereka menemukan sebuah kesamaan dari para orang hilang itu. Semuanya terakhir kali dilihat di sebuah pertigaan atau perempatan tertentu.     

Para petugas menyusuri semua perempatan dan pertigaan yang dimaksud dan dibawa ke sebuah labirin yang membingungkan. Ketika mereka berhasil memecahkan labirin-labirin itu, ternyata semua perempatan dan pertigaan yang dimaksud itu membawa mereka ke sebuah tujuan yang sama, yaitu Distrik Yomi.     

Betapa terkejutnya para petugas itu ketika menemukan tempat itu gelap gulita bagaikan sebuah kuburan.     

Walaupun para petugas keamanan tidak pernah memasuki Distrik Yomi karena sumpah mereka terhadap Klan Rubah yang Agung, mereka tentunya mendengarkan banyak cerita mengenai tempat itu. Yang paling berkesan di hati mereka adalah bagaimana tempat itu selalu terang benderang bagaikan matahari menyinari tempat itu sepanjang tahun.     

Namun, Distrik Yomi yang mereka lihat sekarang sangatlah jauh dari cerita tersebut.     

Mereka akhirnya merasa curiga dan memutuskan untuk menelusuri tempat itu. Jika kecurigaan mereka salah, mereka akan menerima teguran apa pun dengan lapang dada. Yang penting sekarang, mereka harus memastikan dulu bahwa tidak ada yang bermasalah dengan tempat ini.     

Firasat buruk mereka pada akhirnya terbukti benar.     

Apa yang mereka lihat di area terdalam Distrik itu adalah sebuah cuplikan horor yang akan menghantui mereka seumur hidup ….     

*****     

"Apakah Kepala Keluarga belum pulang? Para tamu yang ingin bertemu dengan Tuan tidak lagi bisa bersabar. Mereka tidak ingin janji temu ditunda lagi setelah datang dari jauh." Seorang pria muda dari Klan Singa berucap dengan buru-buru sambil berlutut di depan Nyonya Besar Klan Singa, Daigo Ayaka.     

Air mata sudah mau jatuh dari pelupuk mata pria malang itu lantaran ia harus menghadapi tatapan-tatapan tajam yang menyeramkan selama lima hari ini dengan sebuah senyum dan kata-kata manis. Tubuhnya bersimbah keringat dingin dan entah berapa kali ia hampir mengumpat di depan para tamu sombong yang terus mencaci makinya padahal semua ini bukan salah dirinya.     

Ia menatap sang Nyonya Besar dengan penuh harap akan informasi keberadaan sang Kepala Keluarga tapi melihat Ayaka yang mengernyit dalam, harapannya pupus. Keberadaan Kepala Keluarga mereka belum ditemukan.     

Ayaka menghela napas. Ia tidaklah dekat dengan Petre dan mereka tidak terikat oleh cinta yang manis melainkan kontrak keuntungan antar keluarga utama dan keluarga cabang tapi Petre yang ia tahu adalah seseorang yang serius dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Pria itu telah berusaha begitu keras untuk menaikkan nama klan singa hingga dapat menaiki posisi kedua tertinggi dari enam klan half-beast tingkat atas, mengalahkan klan serigala yang menduduki posisi itu sebelumnya.     

Baru saja usaha Petre untuk mengambil posisi nomor satu klan rubah mulai membuahkan hasil dan pria itu terus membanggakannya di meja makan, sekarang ia malah menghilang padahal janji temu yang sudah tertunda-tunda ini sangat krusial untuk rencananya tersebut.     

'Walaupun kau bermain-main di luar, seharusnya kau tetap yang sangat serius dan bertanggung jawab dalam pekerjaan ….' Itulah yang menjadi poin positif suaminya sehingga Ayaka menutup mata pada kehidupan seksual pria itu. Selama Klan Singa berkembang, Ayaka tidak memerlukan apa pun lagi.     

"Ibu … Ayah belum pulang?"     

Di saat ia masih tenggelam dalam pikirannya, Tudor, putra tunggalnya yang berusia 12 tahun memasuki ruangan dengan wajah cemas.     

Ayaka adalah wanita yang kaku dan tegas. Dibandingkan dengan Petre yang lugas dan asyik, Ayaka menjadi sosok yang semakin menyeramkan jadi Tudor tidaklah dekat dengannya. Bagi Tudor, Petre adalah pahlawannya dan orang terkeren di dunia ini. Petre selalu menyombongkan dan melebih-lebihkan seluruh cerita mengenai pencapaiannya dan kekaguman Tudor terhadapnya semakin besar.     

Jika Petre akan pergi lama, ia akan memberi tahu Tudor akan hal itu tapi jelas sekali lima hari yang lalu, ketika Petre pergi, ia hanya pergi untuk bermain sebentar dan pastinya akan pulang di pagi harinya.     

Ayaka menggeleng sebagai jawaban. Telinga Tudor langsung terkulai lemas. Padahal ia memiliki hal yang ingin ia ceritakan kepada Petre dan ia yakin Petre akan memberikannya respon yang menyenangkan.     

Melihat itu, Ayaka kembali menghela napas dalam diam.     

Ia telah mengirimkan bawahan terpercayanya untuk mengecek Distrik Lampu Merah di penjuru Kota Hanju tapi hasilnya nihil. Tidak menyerah, ia memperluas area pencariannya di luar Kota Hanju tapi hasilnya tetaplah sama.     

Ia mulai berpikir apakah suaminya menjadi pelanggan Distrik Yomi walaupun sebenarnya ia tidak ingin mempercayai bahwa suaminya memiliki fetish aneh kepada incubus hingga harus menjadi pelanggan tempat tak bermoral itu. Namun, jika pencariannya tidak lagi membuahkan hasil, mungkin ia harus mempersiapkan hatinya dan mengirimkan bawahannya ke sana. Selama ia bisa menemukan suaminya, masalah lainnya bisa ia diskusikan setelah rencana besar Klan Singa telah berhasil dilaksanakan.     

"Nyonya Besar!"     

Bunyi langkah kaki yang terantuk pada lantai kayu terdengar terburu-buru mendekati ruangan Ayaka. Pintu geser dibuka dengan kasar dan seorang pelayan muncul dari baliknya.     

"Mengapa kau begitu tidak sopan?!" tegur pria muda tersebut.     

Pelayan itu buru-buru meminta maaf. "Pe—Petugas Keamanan Kota ingin bertemu dengan Nyonya Besar. Katanya, Tuan Besar telah ditemukan tapi …."     

"Tapi mengapa?! Cepat katakan!" pinta Tudor yang awalnya telah bahagia mendengar kabar mengenai ayahnya tapi kembali suram melihat gelagat pelayan itu.     

Pelayan tersebut menatap Tudor sebelum mengalihkan pandangannya kepada Ayaka dengan penuh keraguan.     

Firasat buruk mulai memenuhi dada Ayaka. Samar-samar ia tahu bahwa kabar ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.