This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Jika Kau Tidak Mau Pergi ….



Jika Kau Tidak Mau Pergi ….

0"Mama … bagaimana dengan yang lainnya?" tanya anak gadis Domba Putih yang sedang menonton tontonan tak senonoh itu bagaikan sedang menonton sebuah pertunjukkan teater nomor satu Kota Hanju.     
0

Domba Putih mengelus kepala kedua anaknya dengan lembut. Akhirnya ia menyelesaikan pembalasan dendamnya. Ia tidak lagi memiliki penyesalan apa pun.     

"Tusukkan afrodisiak lebih banyak lagi kepada mereka yang masih bergerak. Buat mereka mati karena overdosis. Kita tidak boleh membiarkan ada yang selamat. Reputasi Kepala Keluarga Klan Singa, Daigo Petre, itu harus kotor hingga tidak dapat dicuci dengan apa pun lagi!"     

"Baik Mama!"     

*****     

Luca dan Vasile yang menonton dari sebuah bukaan pada atap aula tidak lagi sanggup melanjutkannya. Luca menutup bukaan yang telah ia buat dengan sebuah papan dalam diam sementara Vasile berpikir bahwa ia tidak boleh membuat Domba Putih marah. Rencana wanita itu membuat bulu kuduknya naik seluruhnya. Hanya Steve yang sekiranya tahu apa yang terjadi tapi apa yang ada di dalam benaknya tidak pernah semenyeramkan yang terjadi sekarang.     

"Apa rencananya berhasil?" tanya Steve akhirnya karena tidak kunjung mendapatkan laporan. Lagi pula, ia masih bisa mendengar napas beberapa tamu Distrik sehingga ia berasumsi bahwa masih ada yang belum mati.     

"Berhasil," jawab Luca singkat.     

Bayangan tumpukan daging penuh gairah di tengah aula itu membuat Luca mual.     

Hingga ketika Luca melihat kedua anak Domba Putih yang dapat bertransformasi menjadi anak kecil, Luca masih berpikir bahwa kekuatan yang Domba Putih miliki tetap tidak akan sangat luar biasa dan ia masih gugup apakah rencana ini akan bisa selesai tanpa Luca, Vasile, dan Steve ikut campur tangan di hari H.     

Bulu kuduk Luca berdiri seluruhnya.     

Jika tidak ada pertunjukkan itu, bahkan Domba Putih bisa menghabisi Tuan Tanah dalam waktu kurang dari lima menit ….     

Kembali ke dua bulan lalu, ketika Luca pertama kali bertemu dengan Domba Putih, wanita itu menjelaskan rencana ini kepadanya, juga kekuatannya.     

Tepat sebelum wanita itu merebut posisi pelacur nomor 1 di Tenkai-ya, ia bertemu dengan sesosok yang memiliki kekuatan luar biasa. Domba Putih menggambarkannya sebagai sesosok hitam karena sosok itu diselimuti oleh kabut hitam hingga Domba Putih sulit mengidentifikasi wajahnya. Ia hanya tahu bahwa sosok itu merupakan seorang pria dari suaranya.     

Sosok itu memberi Domba Putih kekuatan yang dinamakan sihir. Namun, Domba Putih juga harus memberikan balasan yang setimpal berupa sesuatu yang berharga bagi Domba Putih. Pada akhirnya, usia kedua anak kembarnya yang saat itu telah dewasa yang menjadi bayarannya. Mereka kembali menjadi anak kecil berusia sekitar 7-8 tahun dan alasan mereka bisa berubah kembali menjadi sosok dewasa mereka adalah berkat kesepakatan dengan si sosok hitam itu.     

Ketika kedua anak itu berada di dalam Distrik, mereka bisa menjadi sosok dewasa karena jika tidak, para pekerja Tenkai-ya akan curiga. Jika kedua anaknya keluar dari Distrik sejauh radius 10 meter, barulah kedua kembar itu akan kehilangan sosok dewasanya.     

Cerita itu saja sudah cukup membuat Luca, Vasile, dan Steve berekspresi tidak percaya. Mereka hampir mempertanyakan kewarasan wanita ini. Jangan-jangan Domba Putih terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan seperti yang ia berikan kepada tamu-tamunya sehingga ia sendiri menjadi berhalusinasi.     

Rencana yang dibuat oleh Domba Putih lebih mengejutkan lagi hingga rahang Luca dan yang lainnya jatuh bebas.     

"Aku akan mengosongkan Distrik di hari H rencana kita. Pada saat itu, aku akan menggunakan sihir sehingga membuat para tamu berhalusinasi dan berdelusi bahwa mereka tetap bermain dengan para pelacur yang sebenarnya sudah tidak ada di sana. Pleasure theatre juga akan dilaksanakan dengan panggung kosong. Semua yang dilihat tamu akan dalam bentuk halusinasi. Hanya Tuan Tanah yang akan kulepas halusinasinya dan aku akan membuatnya …."     

Domba Putih tidak menjelaskan apa-apa lagi setelahnya. Ia hanya berjanji bahwa semua tamu yang datang di hari H akan kehilangan nyawanya yang tentunya sangat menguntungkan mereka. Luca bisa melihat dari 50 tamu yang memasuki pleasure theatre, hampir semuanya merupakan keturunan, kerabat, bahkan beberapa kepala keluarga klan half-beast, tersebar dari klan tingkat bawah hingga atas.     

Tugas yang Domba Putih berikan kepada Luca, Steve, dan Vasile adalah untuk menyebarkan sebuah lilin hitam. Satu rumah bordil minimal memiliki satu lilin itu dan harus dinyalakan di hari H.     

Ketiganya harus memasuki semua bangunan Distrik Yomi dengan memesan pelacur nomor satu di setiap tempat itu untuk membagikan lilin yang dimaksud. Untungnya Domba Putih memberi mereka uang yang cukup, jika tidak, mereka sudah bangkrut sekarang.     

Lilin hitam itu berfungsi untuk memperbesar efek dari sihir halusinasi dan delusi milik Domba Putih. Domba Putih juga menggunakan sihirnya untuk menyembunyikan pintu masuk Distrik Yomi. Ketika pintu telah kembali terlihat oleh mata banyak orang, itu adalah ketika semua tamu telah mati dalam posisi melecehkan sang Tuan Tanah.     

Beberapa jam sebelum Distrik Yomi dibuka untuk pleasure theatre ini, setelah menyalakan lilin hitam, mereka membantu semua pelacur keluar dari pintu rahasia yang telah diam-diam Domba Putih buat sejak dua tahun lalu.     

Dan setelah seluruh misi itu selesai, ketiganya hanya menonton dari atas hingga sekarang ini.      

Kekuatan wanita itu benar-benar luar biasa menyeramkan sekaligus sulit untuk dipercaya. Luca tidak pernah berpikir bahwa terdapat orang yang memiliki kekuatan misterius seperti ini.     

'Jika aku memiliki kekuatan seperti ini, tentunya dulu ….' Luca menggeleng kuat.     

"Ada apa Luca?" tanya Vasile yang terkejut karena tiba-tiba keponakannya menggeleng tanpa aba-aba.     

"Tidak ada apa-apa."     

'Tidak ada gunanya menyesali masa lalu yang sudah tidak bisa diubah …,' batin Luca. Ia akan berfokus pada kehidupannya sekarang ini dan rencananya.     

Ia telah berpikir matang-matang dan ia juga telah menceritakan keseluruhan rencananya kepada Steve dan Vasile. Keduanya mendukungnya dengan senang hati dan penuh semangat, walaupun Vasile masih terlihat cemas. Ia juga telah menentukan targetnya selanjutnya.     

Bunyi pergerakan di dalam aula semakin kecil dan sunyi. Sepertinya semuanya akan selesai dalam hitungan menit.     

Luca menghembuskan napas lega. Ia mendongak, menatap pada bulan purnama yang bersinar terang di atas langit yang tak berawan, begitu cerah seperti ikut merayakan keberhasilannya.     

Walaupun rencana kali ini tidak seperti yang Luca bayangkan tapi hasil yang ingin ia capai telah terkabulkan.     

'Ah … bintang jatuh ….'     

Sesuatu yang bersinar bergerak jatuh di atas langit, melewati pandangan Luca. Itu adalah sebuah bintang. Menurut legenda, jika seseorang membuat permohonan kepada bintang jatuh, permohonannya akan terkabulkan.     

Bukan berarti Luca percaya dengan legenda itu. Ia adalah orang yang logis dan tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti ini.     

Namun, pada saat itu, entah mengapa ia terdorong untuk menutup matanya dan bergumam di dalam hati, mengeluarkan isi hatinya yang paling jujur tanpa terganggu oleh pikiran apa pun ….     

'Semoga aku dapat mengubah tempat ini menjadi tempat yang dapat membahagiakan ….'     

Luca tertegun.     

'Begitu … ya ….' Ia tersadar ia telah melewatkan sesuatu yang penting.     

"Paman, Steve … aku berpikir untuk mengubah sedikit rencana kita …."     

*****     

Di tengah lorong yang terapit oleh dinding bata tinggi, asap hitam muncul dari udara kosong. Dua sosok keluar dari asap tersebut, yang satu begitu hitam hingga tidak terlihat jelas sementara yang satunya lagi mungil dan gembul.     

"Hihihi … bagaimana menurutmu pertunjukkan tadi?"     

Sepasang telinga berbulu pada sosok mungil itu berdiri tegak sebelum kembali terkulai lemas. Wajahnya sedikit pucat dan ia tidak terlihat baik-baik saja. "A—apa yang mereka lakukan di sana? Orang-orang banyak itu, mereka …."     

Wajahnya semakin pucat. Sosok mungil tersebut, Mihai, tiba-tiba dibawa oleh sosok hitam menyeramkan ini. Pandangan Mihai kabur dan ketika ia bisa melihat lagi, ia telah melayang di atas udara, menonton sebuah tempat yang ramai dan kacau.     

Mihai tidak tahu apa yang terjadi tapi banyak orang-orang tanpa busana melakukan sesuatu yang MIhai tidak pahami. Ketika beberapa saat, sedikit demi sedikit orang-orang tersebut tidak lagi bergerak. Namun, MIhai tidak melihat darah jadi seharusnya mereka tidak ….     

"Mati!" seru sosok hitam itu sambil tertawa terbahak-bahak seperti semua tontonan tadi adalah film komedi     

Mihai semakin pucat.      

"Kau tahu? Itulah yang dilakukan Kakak Luca mu yang tercinta. Ia akan membunuh semua half-beast jahanam itu hingga tak bersisa dan membentuk dunia di mana incubus berkuasa!"     

Sosok hitam terus mengoceh mengenai membunuh half-beast sementara Mihai tidak lagi bisa mengikutinya.     

Air mata jatuh dengan deras. Ia tahu Luca terus membunuh selama ini tapi ia tidak tahu bahwa semua itu sangat kejam.     

Ia masih terlalu kecil untuk memahami dengan benar arti dari kebencian itu. Ia tidak paham mengapa mereka harus saling membunuh untuk melampiaskan kebencian tersebut.     

'Bukankah Kak Luca hidup denganku yang bukan incubus?' Tapi ia ingat belum lama ini Luca juga membencinya.     

Mihai tidak tahu apa yang membuat Luca berubah pikiran tapi jika Luca bahkan bisa berubah pikiran mengenai Mihai, tentunya orang lain juga bisa.     

"Agh!"     

Tiba-tiba, sosok hitam membanting tubuh Mihai pada dinding batu bata, menahannya pada dinding dengan kedua tangan. Mata merah gelapnya bersinar terang, menatap tajam pada Mihai.     

"Jadi, jika kau tidak mau berakhir dalam keadaan yang sama, tinggalkan Luca sekarang juga!"     

Genggaman sosok itu semakin erat membuat Mihai meringis kesakitan. Mihai dengan susah payah menggeleng. "Tidak … mau …! Kakak … ti … dak akan … melakuka … n itu … kepadaku!"     

Mihai berusaha menutupi rasa takutnya dan berlagak berani dengan membalas tatapan tajam sosok hitam itu.     

Sosok hitam berdecak kesal. Ia benar-benar membenci anak sok kuat satu ini!     

"Kau pengganggu, kau tahu itu?! Jika kau ada di sebelah Luca, kau akan menghancurkan semua rencana agung yang Luca buat! Kuperintahkan kau untuk pergi, SE-KA-RANG!"     

Mihai terus menggeleng kuat. Ia tidak mau! Ia sudah memutuskan selama Luca tidak memintanya pergi secara langsung, ia tidak akan mendengarkan permintaan siapa pun!     

"Tch! Baiklah jika kau memaksa …." Sosok hitam itu mengacak rambutnya yang juga hitam legam, membuat asap-asap di sekelilingnya sedikit mengejang dan tersebar jauh sebelum kembali berkeliling di dekat sosok itu.      

"Aku tidak terlalu suka cara ini tapi kau yang memaksaku. Jika kau tidak mau pergi dari Luca, maka aku akan membunuhnya!"     

*****     

"… bunuhnya!"     

Domba Putih berhenti melangkah. Ia dari tadi mencari sosok hitam itu dan samar-samar merasakan keberadaannya di sini. Tidak ia sangka, ketika ia sampai di sana, ia menemukan sosok hitam itu sedang mengancam sesosok mungil dengan kata-kata yang begitu kejam.     

Secercah hawa dingin mengelilingi wanita itu.     

"Aku mencarimu," ujarnya menyadarkan kedua sosok tersebut akan keberadaan Domba Putih.     

Melihat bahwa sosok hitam sedang lengah, Mihai buru-buru menggigit tangan sosok hitam kuat-kuat hingga pria itu mengumpat dan melepaskan MIhai. Mihai buru-buru berlari pergi.     

Sosok hitam ingin mengejar Mihai tapi sedetik kemudian ia berubah pikiran. Tidak akan sulit mencari anak itu dan ia bisa mengancamnya lagi ke depannya. Lagi pula ….     

"Hihihi …." Mengingat rencananya ke depan, sosok hitam itu terkikik bahagia.     

Domba Putih hanya menatap datar pada pria itu tanpa menggerakkan alisnya sama sekali ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.