This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kau Berakhir Di Sini!



Kau Berakhir Di Sini!

0Plok! Plok! Plok!     
0

Tuan Tanah, Daigo Petre, menepuk tangan dengan penuh semangat. Tawanya bahkan tidak bisa berhenti.     

Sekarang di hadapannya, pertunjukkan di atas panggung mencapai penghujungnya. Para pelacur yang bermain di sana sudah hampir tidak memiliki akal sehat mereka setelah melakukan permintaan para tamu yang semakin lama semakin berlebihan.      

Wajah cantik para pelacur incubus yang Daigo Petre kumpulkan secara khusus selama bertahun-tahun, wajah-wajah yang merupakan tipe favoritnya, penuh dengan ekspresi tersiksa tapi juga sekaligus menyimpan secercah kenikmatan dan kegilaan akan gairah merangsangnya begitu kuat. Sudah lama ia tidak merasakan hal ini karena di rumahnya hanya terdapat istri galaknya yang ia nikahi hanya demi status. Demi kehormatannya juga, ia harus memperlihatkan diri sebagai seorang kepala keluarga yang terhormat dan berwibawa.     

Ia menjilat bibirnya, tidak sabar untuk menyantap hidangan kualitas tinggi hari ini.     

Bagian bawahnya sudah begitu keras dan besar. Ia tidak bisa bersabar lagi untuk memasukkannya ke dalam lubang-lubang manis itu.     

'Ke mana Domba Putih itu?!' Pikirnya tidak sabar.     

Acara telah selesai dan para tamu mulai menarik para pelacur untuk bermain bersama mereka di tengah aula. Seperti biasa, ada yang mulai menarik mereka keluar dan melakukannya di tengah alam terbuka yang menggigil.     

Baru saja Petre ingin menanyakan mengenai Domba Putih, wanita berambut putih bersih itu muncul tanpa aba-aba tepat di belakangnya.     

Petre terlonjak kaget. Wajah sawo matang wanita itu begitu dekat hingga Petre mengira ia telah melihat hantu. Ia bahkan tanpa sadar memekik seperti wanita. Wajahnya langsung merah padam karena malu.     

"Ehem! Bersuaralah jika kau sudah ada di sini," pesan Petre berusaha kembali terlihat berwibawa.     

Matanya diam-diam melirik Domba Putih yang bahkan lebih cantik dari pelacur nomor satu sebelumnya.      

Walaupun semua pelacur di dalam Tenkai-ya dibawa secara paksa atau dibeli oleh Petre secara pribadi, ia tidak ingat latar belakang mereka satu per satu. Namun, rambut putih dan bentuk tanduk yang dimiliki Domba Putih mengusik pikirannya, seperti ia telah melupakan sesuatu yang penting mengenai wanita ini.     

"Tuan?" Wanita itu akhirnya menyadari pandangan Petre. Bingung tertulis jelas di wajahnya karena bagian bawah Petre telah begitu jelas menginginkannya tapi pria itu tidak bergerak bagaikan patung.     

'Agh! Lupakan saja!' Petre akhirnya tersadar dari lamunannya dan memutuskan untuk tidak memikirkan hal tersebut.     

Hari ini adalah hari ia bisa berbahagia dan mengatasi seluruh ketidakpuasan yang ia rasakan di dalam rumah tangganya.     

"Kemarilah!" pintanya seraya melebarkan kakinya, menandakan kepada Domba Putih untuk memberinya layanan dengan mulut.     

Domba Putih mengangguk patuh. Kedua lengan pakaian lebarnya menutup sebagian dari wajahnya ketika ia berjalan pelan mendekati Petre.     

Petre menghentakkan kakinya dengan tidak sabar. Sepertinya Domba Putih ini cukup jahil untuk bermain dengan kesabaran pelanggannya. Namun, Petre tidak benci itu. Ia bahkan semakin terangsang.     

Domba Putih masih berjalan begitu lambat hingga Petre tidak lagi bisa menahan diri. Ia hendak berdiri dan menarik Domba Putih langsung ke dalam pelukannya tapi ….     

"?!"     

Matanya terbelalak lebar.     

'Aku tidak bisa bergerak?!'     

Bagaikan seluruh tubuhnya terbuat dari batu, Petre tidak dapat menggerakkan persendiannya sama sekali. Ia ingin bertanya secara langsung tapi mulutnya pun tidak mau bergerak.     

"Fufufufu … sebelum hidangan utama, bukankah lebih baik dimulai dari hidangan pembuka dulu?" Suara Domba Putih terdengar sangat jelas di tengah erangan-erangan yang begitu keras, bagaikan suaranya menggema langsung di dalam kepala Petre.     

'Oi! Aku tidak bisa bergerak! Kau tidak sadar?!' Gerutu Petre yang semakin panik.     

Ia bisa melihat wanita itu menggerakkan tangannya seperti memerintahkan sesuatu tapi karena Petre sedang duduk, area pandangnya sekarang tidak cukup untuk menangkap ekspresi wajah Domba Putih.     

Petre terus berusaha bergerak tapi hasilnya nihil.     

"Oh … hidangan pembuka telah datang, Tuan … fufufu …."     

"!!!!!"     

Nafas tiba-tiba menerpa belakang telinga Petre. 'Wanita itu … sejak kapan ia ada di belakangku?!'     

Baru saja ia melihat Domba Putih berdiri tidak jauh darinya. Mengapa wanita ini bisa bergerak begitu cepat tanpa mengeluarkan suara?     

Petre merasa tengkuknya dingin seketika. Darah meninggalkan kulitnya.     

'Ada yang aneh di sini!'     

Suara napas yang terengah-engah terdengar semakin jelas. Hidangan pembuka itu telah sampai tapi bukannya merasa senang, jika Petre dapat bergerak ia sudah menggigit lidahnya sendiri untuk bunuh diri.     

Suara napas itu sangat berat dan jelas-jelas itu adalah pria-pria yang menjadi tamu pleasure theatre hari ini.     

'Bagaimana mungkin mereka menjadi hidangan pembuka?! Apa maksudmu Domba Putih?! Kau--!'     

"!!!"     

Pria-pria yang seharusnya datang untuk bermain dengan para pelacur mulai merobek paksa pakaian Petre. Semuanya terjadi begitu cepat hingga Petre tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi. Ketika ia tersadar, semua yang biasa ia lakukan kepada para pelacur itu telah dilakukan kepada tubuhnya sendiri.     

'i—ini penghinaan!'     

Para pria itu dapat menggerakkan tubuh Petre dengan sangat mudah tapi Petre bahkan tidak bisa menoleh kepada Domba Putih untuk memelototinya bagaikan jiwanya telah kehilangan kontrol akan tubuhnya sendiri.     

"Bagaimana? Kau suka, Tuan?!"     

'Suka pantatmu! Kau akan kubunuh setelah ini selesai!'     

Domba Putih tertawa lembut seperti dapat membaca pikiran Petre. Tawanya penuh dengan cemoohan.     

"Tuan, ingin lihat apa yang terjadi di aula?"     

'Apa ya—'     

Tiba-tiba para pria yang melecehkannya mendorong tubuhnya secara paksa ke pagar balkon. Ia ingin marah dan memukul orang-orang itu tapi pemandangan yang memasuki matanya bagaikan sebuah film horor.     

Di tengah aula itu, ratusan pria half-beast berbondong-bondong masuk ke dalam dan mulai melecehkan satu sama lain – tidak hanya para tamu yang diundang tapi juga tamu-tamu lainnya yang tidak mendapatkan kesempatan mengikuti pleasure theatre. Bahkan para penjaga yang seharusnya menjaga gerbang juga berada di dalam dalam keadaan tidak pantas.     

Mata mereka bagaikan orang mati, tidak memiliki cahaya sama sekali tapi senyum di wajah mereka semakin lebar dan erangan mereka semakin kuat seperti mereka sangat menikmatinya.     

'Apa ini?! Di mana pelacur-pelacur tadi?! Mengapa mereka semua bermain dengan sesama tamu?!'     

Petre juga terus mengeluarkan erangan dari bibir yang seharusnya tidak bisa ia gerakkan itu. Ia hampir gila.     

Seharusnya hari ini adalah surganya. Mengapa menjadi begini?! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!     

"Ingatkah kau ketika mengunjungi sebuah kedai kecil di Kota Kai? Kau membunuh suami wanita itu, melecehkan dirinya dan dua anaknya yang masih begitu belia bersama dengan teman-teman politisimu?!"     

Ucapan Domba Putih semakin penuh oleh tekanan dan amarah.     

Petre tidak ingat. Ia telah melakukan hal yang sama kepada begitu banyak wanita untuk menarik paksa mereka ke dalam Tenkai-ya. Namun, Domba Putih ini ….     

"Fufufu … hahahahahahahaha … tentunya kau tidak ingat, bukan?! Aku tahu itu! Kau memang brengsek!" Domba Putih tidak lagi bertindak begitu sopan dan submisif. Ia mengeluarkan seluruh emosinya yang telah ia tahan selama bertahun-tahun.     

BUAK!     

"!!!"     

Satu tendangan jatuh pada perut Petre dilanjut dengan tendangan lain di wajahnya. Petre terguling kecil hingga sekarang, posisi tubuhnya berubah menjadi terlentang. Ia bisa melihat langsung wajah Domba Putih di atasnya.     

Sepasang mata merah tuanya bersinar terang bagaikan haus oleh darah.     

'Wanita ini … tatapan tajam ini ….'     

Dari semua wanita yang Petre tangkap, memang ada satu wanita yang begitu berkesan di dalam hatinya karena wanita itu tidak kehilangan ketajaman matanya bahkan setelah dilecehkan berkali-kali di kedai tersebut. Biasanya, wanita-wanita yang ia tangkap akan menyerah dan kehilangan semua semangat berontaknya setelah beberapa saat.     

'Aku ingat!' Wanita ini merupakan penari kecil yang menarik matanya ketika ia berkunjung ke sebuah kedai. Ketika ia berusaha mendekatinya, ia menemukan bahwa wanita ini telah memiliki suami dan sepasang anak kembar.     

Petre tentunya tidak akan menyerah hanya karena itu. Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi, ia membawa beberapa teman terpercayanya dan menyewa satu kedai untuk aksinya. Ia membunuh suami wanita itu dan membawa wanita itu beserta kedua anaknya yang berwajah cantik ke Tenkai-ya.     

"A--!"     

'Ini adalah pemberontakan!'     

Petre ingin berteriak pada wanita itu tapi ia tidak dapat mengontrol mulutnya dan yang keluar hanyalah erangan akibat pelecehan yang ia alami sekarang.     

Domba Putih terus tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana perasaan dilecehkan? Bukankah kau suka itu?"     

Itu hanyalah sarkasme. Petre tahu itu dan ia ingin mengumpat. Ia tidak pernah memikirkan konsekuensi dari apa yang selama ini ia lakukan dan mengalaminya sendiri sekarang, ia tahu ia telah melakukan sesuatu yang tidak termaafkan.     

Sepertinya ia telah mengalami karmanya sendiri.     

Rasa takut mulai menyergapinya. 'Aku tahu aku salah! Aku akan menebusmu jadi lepaskan aku, ok?'     

Ia tidak yakin apakah Domba Putih dapat membaca pikirannya tapi ia terus memohon.     

Wajah Domba Putih berangsur-angsur menjadi semakin menyeramkan. Ia mengapit kedua pipi Petre dan menariknya kuat hingga keduanya bertatapan secara langsung. "Nyawa harus ditebus dengan nyawa. Suamiku tidak akan bisa kembali lagi jadi kau juga …."     

Senyum manis tersungging lebar di wajah wanita itu.     

Petre biasanya menyukai senyum seperti itu tapi hari ini jantungnya hampir berhenti berdetak hanya dengan melihat senyum tersebut.     

Domba Putih tidak melanjutkan kata-katanya melainkan ia membuka pintu menuju balkon semakin lebar.     

"Mama sudah siap?!"     

"Makanan utama sudah siap!"     

Dua anak kecil tiba-tiba muncul dari balik pintu. Bagaikan pinang di belah dua, keduanya sangat mirip dengan satu sama lain juga dengan Domba Putih.     

Senyum mereka bahkan sama persis dengan si Domba Putih.     

"Waktunya hidangan utama, Tuan."     

Tepat ketika Domba Putih mengatakan itu, Petre ditarik oleh pria-pria di sekelilingnya ke tengah-tengah aula.      

'Biarkan aku mati saja sekarang! Bunuh aku saja dengan pisau!' Petre tahu apa yang akan terjadi ketika ia berhenti di tengah aula.     

Hidangan utama yang Domba Putih sebut-sebut adalah semua pria-pria ini. Ia akan dilecehkan di sini oleh ribuan pengunjung Distriknya.     

"Aku tidak akan membunuhmu secara langsung. Matilah di tengah seks yang paling kau sukai."     

Mendengar itu Petre tahu ia akan mati dalam keadaan yang paling tidak terhormat … semua usaha kerasnya ….     

Petre tidak lagi bisa berpikir jernih. Ia hampir gila di tengah keadaan yang lebih gila lagi. Entah berapa lama telah berlalu ketika ia mulai tertawa-tawa keras. Ia tidak lagi peduli dan seluruh akal sehatnya telah hilang tak bersisa ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.