This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Apa Aku akan Menghalangi Kakak?



Apa Aku akan Menghalangi Kakak?

0Entah berapa lama telah berlalu tapi wanita bernama Himijime yang sedang menggendong Mihai tidak berbicara satu kata pun lagi. Wanita itu hanya terus berjalan menguak keramaian.     
0

Mihai sempat heran tapi sekaligus lega.     

Otaknya sudah penuh dengan pikiran mengenai keselamatan Luca. Ditambah kejadian tadi, ia diingatkan kembali dengan kecemasan lainnya.     

Ia tidak mood untuk bermain maupun diajak berbincang santai.     

Tanpa aba-aba, tubuh Mihai diturunkan dari gendongan. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Mihai merasa akan jatuh dan buru-buru menggapai apapun yang bisa ia capai di dekatnya. Pada akhirnya, tangannya berhasil mencengkeram lengan pakaian Himijime.     

"Maaf-maaf, aku mengejutkanmu? Aku hanya ingin mendudukkanmu di sini." Himijime mengira tujuan dari pergerakannya telah sangat jelas sehingga ia tidak mengucapkan apa-apa untuk memperingatkan Mihai terlebih dahulu.     

Tidak ia sangka, Mihai akan terkejut seperti ini. Sepertinya pikiran anak ini sedang berkelana ke mana-mana.     

Mendengar ucapan wanita itu, Mihai menatap sekelilingnya dengan seksama. Wajahnya langsung memerah ketika ia tersadar bahwa tidak ada hal lain selain tempat duduk kayu di hadapannya.     

Tanpa mengatakan apa pun, Mihai melepaskan genggaman dari lengan pakaian sehingga Himijime dapat mendudukkannya.     

Himijime menatap anak itu yang terus menundukkan kepala. Pandangan mata anak itu kembali kosong.     

Himijime tidak bisa untuk tidak menggeleng. Anak ini masih begitu muda tapi ia terlihat seperti orang tua yang begitu banyak pikiran.     

Anak-anak seharusnya tertawa dan bermain dengan riang, bukan mengernyitkan dahinya dengan begitu dalam layaknya orang dewasa.     

Tiba-tiba, Mihai merasa rambutnya diacak dengan kasar. Ia buru-buru menarik tudungnya agar tidak jatuh oleh pergerakan itu lalu mendongak, menatap tajam pelaku tersebut. Pada saat yang sama, ia bertemu pandang dengan Himijime yang tersenyum nakal. Ternyata wanita itu adalah pelakunya.     

"A—apa yang Bibi lakukan? Nanti tudungnya lepas lagi!" tegur Mihai yang benar-benar terlihat kesal.     

'Bukankah Bibi yang memanggilku menjaganya? Mengapa Bibi malah membuatnya hampir jatuh?' Gerutunya dalam hati.     

Melihat wajah cemberut itu, bukannya menyesal, Himijime malah mencubitnya dengan gemas.     

Mihai meronta, berusaha melepaskan cubitan itu. Namun, kekuatan tubuh mungilnya tidak akan bisa mengalahkan kekuatan Himijime. Pada akhirnya, ketika Himijime melepaskan cubitannya, kedua pipi Mihai sudah bengkak dan merah.     

"Bibi ngapain sih?!" Mihai tidak bisa untuk tidak memonyongkan mulutnya. Kedua pipinya masih terus berdenyut sakit.     

Tidak menghiraukan kekesalannya, Himijime malah menepuk punggung Mihai dengan sangat kuat hingga ia merasa akan terjatuh dari tempat duduk.     

"Masih kecil sudah berwajah suram seperti itu. Masa depanmu nanti ikutan suram loh!" tegur Himijime, tidak peduli dengan wajah Mihai yang dengan jelas menuliskan keluhan 'sakit!'.     

Mihai tidak menjawab. Kata 'masa depan yang ikut suram' sempat mengguncangnya sedikit. Walaupun ia memiliki pemikiran yang lebih matang dari anak-anak seumurannya, ia tetaplah anak kecil. Tentunya walaupun kata-kata Himijime sangatlah tidak logis – lagipula apa hubungan berwajah suram di saat kecil dengan masa depannya? – Mihai tetap merasa takut sehingga sudut mulutnya sedikit terangkat.     

Melihat anak ini berusaha menghilangkan kesuraman di wajahnya tapi karena masih kesal dan marah, ia tidak bisa tersenyum, Himijime berpikir bahwa Mihai adalah anak yang imut dan menggemaskan.     

Jika ia tidak memikirkan suasana hati Mihai sekarang yang sudah sangat buruk, Himijime pasti mencubit pipi Mihai lagi.     

Berdehem kecil, Himijime berkata dengan tatapan lembut, "Apa yang sedang kau cemaskan? Mungkin Bibi ini bisa membantumu menyelesaikannya."     

Ucapan Himijime memiliki kemampuan persuasi yang tinggi.     

Seluruh kecemasan yang melanda Mihai begitu besar bagi usianya yang masih muda. Ia tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini dengan kemampuannya sendiri sehingga ketika mendengar ucapan Himijime, ia terdorong untuk bercerita.     

Namun, detik kemudian, ia teringat bahwa ia belum tahu apakah ia bisa mempercayai Himijime atau tidak sehingga kata-katanya tercekat di tenggorokan.     

Ia kembali menutup mulutnya dan menundukkan kepala.     

Menyadari keraguan anak itu, Himijime tidak mendesaknya. Ia hanya mengucapkan satu kata, "Kalau kau ingin bercerita, silakan," lalu menunggu dengan sabar di samping Mihai.     

Entah berapa lama telah berlalu. Yang pastinya, sudah terdapat puluhan lebih orang yang lewat di depan Mihai sebelum akhirnya anak itu mengeraskan tekadnya.     

"Apakah …."     

Mendengar anak itu mulai berbicara, Himijime yang sedang menatapi pemandangan indah di hadapannya pelan-pelan mengalihkan pandangan itu pada sosok mungil di sampingnya.     

Sepasang mata bulat kuning keemasan bertemu dengan Himijime, jernih dan kuat tapi sedikit buram oleh cairan bening. Sepertinya masalah yang disimpan anak ini begitu berat hingga membuatnya ingin menangis tapi Mihai masih mampu menahan seluruh luapan perasaan itu.     

"Apakah keberadaanku di samping Kak Lucio akan menjadi penghalangnya mencapai tujuannya itu?" Mihai mengucapkan nama samaran Luca karena Luca memperkenalkan dirinya kepada Himijime dengan nama itu.     

"Tujuannya?"     

Himijime mengernyit sejenak. Ingatan mengenai ucapan Luca kembali terngiang di benaknya, menyadarkannya atas apa yang dimaksudkan anak ini.     

Luca ingin memberontak dan menjadikan Kota Hanju sebagai tempat yang ramah dan damai bagi para incubus. Namun, Luca bukanlah siapa-siapa. Ia tidak memiliki identitas yang menonjol untuk dapat menarik banyak orang mewujudkan impiannya. Bahkan untuk mempercayainya saja mungkin memerlukan usaha besar. Lagipula, jika incubus lain ingin mendukungnya dan ternyata mereka gagal atau dijebak, hidup mereka akan menderita. Hidup mereka sebagai budak bahkan akan terlihat lebih baik dari penderitaan setelah tertangkap sebagai pemberontak jadi mereka tidak bisa mengambil keputusan secara sembrono.     

Dengan posisi Luca yang tidaklah kuat, keberadaan Mihai disampingnya memperburuk keadaan.     

Tidak hanya kaum half-beast, kaum incubus juga membenci mixed blood. Mungkin hanya mengenai mixed blood inilah dimana kedua kaum dapat memiliki kesepakatan yang sama.     

Jika mereka mengetahui Luca menjaga seorang anak mixed blood, seberapa luar biasa ide dan tekad Luca, orang lain akan langsung meragukan tekadnya.     

Lagipula, mixed blood lahir dari pencampuran gen kedua kaum yang saling bermusuhan itu.     

Di benak semua orang, jika ada yang menjaga mixed blood, maka mereka adalah orang-orang yang ingin kedua kaum hidup berdampingan secara damai dengan kasih sayang terhadap satu sama lain.     

Itu tentunya merupakan ide yang menggelikan bagi kedua kaum.     

Kebencian kedua kaum telah terakumulasi selama berabad-abad. Incubus maupun half-beast tidak akan sudi hidup berdampingan. Jika incubus ingin memberontak maka ketika mereka berada di posisi atas, kaum half-beast-lah yang akan mereka injak agar kaum jahanam tersebut tahu penderitaan mereka.     

Oleh karenanya, jika para incubus melihat Luca memiliki Mihai, maka kepercayaan yang bahkan belum sempat terbentuk itu akan runtuh seluruhnya dan Luca pasti tidak akan didukung. Bahkan, mungkin ia akan dihina dan dibenci oleh sesamanya hanya karena keberadaan Mihai.     

Tidak hanya Himijime, wanita itu yakin Luca juga memahami keadaannya dan pria itu sepertinya telah membulatkan tekad untuk tetap merawat Mihai dan melaksanakan rencananya apa pun yang terjadi.     

Yang membuat Himijime heran adalah bagaimana anak kecil ini dapat memahami hal yang begitu rumit? Himijime bahkan kagum ketika mengetahui Mihai dapat memahami tujuan yang ingin Luca capai.     

'Apakah anak ini menganalisanya sendiri? tapi ia masih terlalu muda. Ataukah ada yang pernah mengatakan sesuatu kepadanya?'     

Himijime mempertimbangkan sejenak. Ia ingin berkata jujur tapi melihat sikap keras yang dimiliki anak ini, Himijime tidak tahu risiko apa yang akan muncul dari ucapannya.     

Setelah memutar otaknya, akhirnya Himijime memutuskan untuk berkata, "Mengapa kau berpikir begitu? Apakah Kakakmu mengatakan bahwa kau menghambatnya?"     

Mihai menggeleng kuat. "Kakak tidak akan mengatakan hal itu!"     

Seberapa bencinya Luca terhadap Mihai pun, Mihai tahu sifat Luca dengan baik. Luca merasa bertanggung jawab untuk menjaganya karena ia adalah anak dari Emilia yang pria itu cintai. Jadi, apa pun yang terjadi, Luca akan menyelesaikan tanggung jawabnya.     

Itulah mengapa Mihai berpikir apakah ia yang harus menjauh agar ia tidak menghambat Luca. Jika ia yang menjauh, Luca bisa menggunakan alasan tersebut untuk lepas dari belenggu tanggung jawab dan masa depan rencananya akan lebih cerah.     

"Sebenarnya aku … sebelum bertabrakan dengan Bibi half-beast yang tadi, satu minggu sebelumnya aku pernah tanpa sengaja menabrak incubus."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.