This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Domba Putih (2)



Domba Putih (2)

0[Seorang wanita berambut putih bersih, berlutut di atas sebuah panggung kayu. Di atas lututnya terbaring sesosok pria yang biasanya selalu menyunggingkan senyum bahagia bahkan ketika harus bertahan dalam kelaparan.     
0

Akan tetapi, pria itu tidak lagi bisa memberikannya senyum indah tersebut.     

Di bawah bibir pria itu seluruhnya penuh oleh merah darah, mengotori hingga pakaian bahkan rambut putih murni wanita itu.     

Air mata jatuh tanpa henti, membasahi wajah kaku sang pria yang telah dingin.     

Di belakang wanita itu, sepasang anak kembar meringkuk, berlindung di sana. Air mata juga membasahi wajah mereka tapi tidak ada isak tangis yang terdengar karena jika mereka membuat suara, half-beast di sekeliling mereka pasti akan berlaku kekerasan lagi.     

"Papa …," gumam mereka dengan suara sekecil mungkin, penuh rasa sakit.     

Sang wanita berusaha mengelus wajah pria tercintanya tapi jari jemarinya tidak bisa bergerak dengan baik, terus bergemetar hebat.     

Ia sedih. Ia marah. Ia murka.     

Mata merahnya yang kosong berangsur-angsur memiliki kembali sinarnya. Ia diam-diam menatap tajam pada puluhan half-beast yang tertawa terbahak-bahak mengelilingi panggung. Salah satu dari mereka menjilati tangan yang dipenuhi dengan warna merah, penuh dengan darah milik orang tercinta wanita tersebut.     

Api amarah berkobar semakin besar tapi dengan tubuh ringkihnya yang tidak mengasup makanan selama hampir satu minggu selain air minum, wanita itu tidak memiliki energi yang cukup bahkan untuk meluncurkan satu tonjokan.     

Para half-beast yang seluruhnya kekar dan berpakaian mewah itu tidak bisa berhenti menjelajati tubuh sang wanita. Sedikit demi sedikit mereka bergerak semakin dekat. Mereka tidak menutupi rasa haus gairah mereka sama sekali.     

"Tidak!"     

Wanita itu ingin meronta. Ia ingin melawan. Namun, semua orang itu dengan mudah menariknya dan menjauhkannya dari mayat orang tercintanya. Kedua anaknya juga ditarik oleh half-beast lain membuat mereka menangis ketakutan.     

"Mama! Mama!"     

"Sial! Jangan sentuh anakku! Dasar renda—"     

BUAK!     

Satu tonjokan jatuh di wajah wanita itu. Tubuhnya tak lagi memiliki tenaga yang tersisa dan apa yang terjadi setelahnya menjadi sumber kebenciannya yang mendalam.     

Ia tidak peduli dengan cara apa, yang pastinya ia bersumpah akan membalaskan kebenciannya itu berkali-kali lipat dari penghinaan yang ia rasakan hari itu ….]     

****     

"Kalian membawa pakaian pesananku?"     

Mendapatkan pertanyaan ringan tersebut, ketiganya kembali tersadar dari keadaan bengong.     

Vasile buru-buru berjalan masuk seraya mengangkat tas kecil yang berisi pesanan khusus penghibur nomor satu Tenkai-ya itu. "Kami sudah membawanya."     

Mata merah sang Domba Putih berbinar bahagia. Ia langsung meloncat dari kursi malasnya lalu mengambil tas itu dari tangan Vasile seraya meloncat-loncat kecil beberapa kali. "Bagus!"     

Pria berambut putih yang membimbing ketiganya ke tempat ini serta wanita berambut putih yang menyambut mereka di gerbang masuk Tenkai-ya buru-buru menyiapkan dinding lipat bermotif bunga. "Mama silahkan!" seru keduanya dengan nada, ketinggian, dan ritme suara yang sama persis.     

Sambil bersenandung ringan, Domba Putih berlenggak-lenggok memasuki area yang dipagari oleh dinding lipat.     

Semuanya bergerak begitu cepat hingga kerja otak Vasile dan Luca menjadi lambat. Ketika mereka tersadar, bayangan siluet Domba Putih yang sedang berganti pakaian telah terpantul pada dinding lipat itu membuat wajah mereka memanas dan buru-buru berbalik memunggunginya. Hanya Steve yang tidak begitu paham apa yang sedang terjadi.     

Wanita dan Pria yang sepertinya merupakan anak Domba Putih itu hanya tertawa kecil tanpa berusaha mengatakan apa pun.     

Suasana di sekitar mereka menjadi hening dan canggung.     

Selama itu, Luca dan Vasile juga akhirnya tersadar akan rasa familiar yang mereka rasakan ketika melihat pria yang membimbing mereka ke tempat ini. Wajah pria itu sama persis dengan milik wanita yang menyambut mereka di gerbang masuk. Artinya, kedua wanita-pria yang memanggil sang Domba Putih sebagai Mama itu tidak hanya bersaudara tapi seharusnya merupakan kembar.     

Bukan sesuatu yang aneh ketika seorang pelacur memiliki anak. Bekerja di dalam bidang seperti ini, kecelakaan sering sekali terjadi. Namun, kebanyakan dari mereka akan memilih menggugurkan anak tersebut bahkan sebelum janin itu dapat berubah bentuk karena pertama, biasanya para pemilik tempat pelacuran akan menghukum mereka dengan berat dan kedua, ketertarikan terhadap pelacur tersebut akan menurun sehingga perhasilan pun menurun.     

Oleh sebab itu, Vasile cukup heran karena si Domba Putih itu, tidak hanya memiliki anak tapi juga dapat berada di posisi nomor satu di Tenkai-ya.     

'Trik apa yang dia lakukan sampai bisa berada di posisi ini?'     

"Oh ya! Hampir saja lupa. Aku sudah dengar dari Himijime bahwa kalian memiliki sesuatu yang ingin kalian minta kepadaku?" tanya Domba Putih tiba-tiba.     

Luca yang sedang berpikir bagaimana caranya meminta bantuan kepada si Domba Putih segera menjawab, "Benar sekali!" dengan tegas. Ia tidak menyangka Himijime akan mengirimkan pesan terlebih dahulu kepada Domba Putih dan diam-diam berterima kasih kepada wanita itu.     

Pada saat yang sama, Domba Putih telah selesai berganti dan berjalan keluar dari dinding lipat. Tubuhnya yang berkulit sawo matang dibalut pakaian berlapis enam berwarna putih dengan motif ungu kebiruan yang elegan. Syal bulu yang lebat tersampir di kedua lekukan lengannya, menambahkan kemewahan.     

"Ceritakan maksud kedatangan kalian!" pintanya seraya kembali berbaring malas di atas kursi panjang.     

Anak kembarnya membawa tiga bantalan dan menjajarkannya di hadapan kursi panjang. "Silakan," ujar mereka dengan ritme yang sama persis.     

Ketiganya mengangguk singkat untuk berterima kasih lalu tanpa basa-basi duduk di atas bantal. Oleh karena kaki kursi panjang lebih tinggi, Luca harus mendongak untuk dapat menatap Domba Putih di matanya.     

"Maksud kedatangan kami adalah …."     

*****     

"Jadi kalian ingin menjatuhkan kaum half-beast dan menjatuhkan Distrik Yomi adalah target pertama kalian?"     

Luca mengangguk dengan tegas. Di sisi lain, Vasile yang baru pertama kali mendengarkan keseluruhan detailnya sedikit terkejut. Walaupun ia tahu Luca membunuh half-beast belakangan ini, tapi tidak ia sangka, keponakannya memiliki ambisi yang begitu besar. Ia mengira, Luca hanya membunuh para half-beast itu karena tidak menyukai perilaku mereka tanpa ada maksud untuk benar-benar menjatuhkan posisi kaum tersebut.     

Sementara itu, Steve hanya tersenyum. Ia telah mendengar cerita Luca sebelumnya dan ketika mendengarnya sekali lagi, ia semakin tidak sabar untuk melihat dunia yang dibentuk oleh Luca.     

Domba Putih menatap lurus-lurus pada Luca. Ia mengamati pria muda yang seharusnya baru di umur 20annya itu, mencari tahu apakah pria itu hanyalah membual untuk terlihat keren di masa mudanya. Namun, terlepas dari umurnya, Luca benar-benar dewasa. Ia memiliki rencana yang matang di dalam pikirannya dan bahkan mendengar cerita Luca membuat jantung sang Domba Putih berdebar penuh semangat.     

'Aku hanya mengikuti perintah 'dia' tapi sekarang aku benar-benar tertarik untuk mewujudkan mimpi anak ini!'     

"Baiklah! aku setuju untuk membantumu. Untuk waktu beraksinya, aku memiliki ide." Domba Putih tersenyum lebar, menyiratkan kelicikan.     

Ia mengira Luca akan segera mengangguk dan kesepakatan akan terbentuk tapi di luar dugaannya, Luca menatap Domba Putih dengan ekspresi yang tidak pasti.     

"Ada apa?" tanya Domba Putih, mengangkat sebelah alisnya heran.     

"Aku sangat berterima kasih karena kau ingin membantuku dan maaf jika aku terdengar kurang ajar, tapi mengapa kau mau membantuku? Dilihat dari posisimu di Tenkai-ya, seharusnya kau memiliki hidup yang mewah dan mungkin penghasilanmu melebihi jumlah penghasilan kami semua di tempat ini. Bagaimana mungkin kau mau merusak surgamu?"     

Domba Putih terbelalak sejenak sebelum kembali tersenyum semakin lebar. Senyum miringnya terlihat mengejek dan sirat matanya penuh kebencian. Ia terlihat seperti ingin memuntahkan isi perutnya karena jijik.     

"Surga? Hah!" Domba Putih membalikkan acungan jempolnya ke arah bawah. "Kau tidak tahu betapa aku membenci tempat ini! Alasan aku naik ke posisi nomor satu juga untuk rencanaku menghancurkan Tuan Tanah jahanam itu!" Gigi-giginya bergemeretak kuat. Kegelapan menyelimuti wajahnya.     

Kedua anaknya pun juga berwajah suram. Senyum hilang dari wajahnya tanpa jejak.     

Luca mengamati mereka dengan seksama. Tidak terlihat sebagai sebuah akting di matanya tapi melihat ketiganya dapat dengan mudah menempatkan senyum lebar nan manis walaupun berada di dalam tempat yang mereka benci, Luca tetap tidak dapat menghilangkan keraguannya.     

Domba Putih menyadari pikiran Luca jadi ia berdiri dari kursi malasnya lalu berjalan menuju area yang lebih dalam dari ruangan itu. "Jika kau masih tidak percaya, mungkin ini akan memberimu kepastian!" Ia berhenti di sebuah tirai lalu menyibaknya tanpa basa basi.     

Luca dan yang lainnya ikut berjalan mendekat. Ketika mereka melihat apa yang berada di dalamnya, mereka terbelalak lebar.     

Di balik tirai itu terdapat sekitar tujuh half-beast dan tiga manusia yang tertidur, tersebar di atas tempat tidur yang begitu lebar. Mata mereka tertutup rapat, sepertinya tertidur pulas. Tubuh mereka tidak terbalut apa pun dan bagian bawah mereka begitu kacau hingga menyakitkan mata mereka yang memandangnya. Bahkan ada beberapa yang tidak bisa berhenti menembakkan muatan hingga mengotori wajah beberapa yang lain tapi semuanya tersenyum lebar dengan wajah merah padam.     

"Apa … ini …?"     

Luca dan Vasile hanya bisa menatapnya beberapa detik sebelum langsung memalingkan wajah. Tidak ada yang menyenangkan dari melihat keadaan kacau itu. Sementara itu, Steve tidak bisa menangkap apa yang sedang terjadi. ia hanya merasa bisa mendengar beberapa erangan lembut tapi tetap tidak bisa mendapatkan gambaran secara jelas.     

Di sisi lain, Domba Putih kembali menurunkan tirai dan berlenggak-lenggok dengan santai. "Seperti yang kau lihat, mereka kuberikan obat yang membuat mereka berhalusinasi sedang melakukan seks denganku. Kalian seharusnya tahu aku baru menjadi nomor satu selama dua tahun dan ini menjadi tahun ketigaku. Rumor mengatakan aku bisa mendampingi banyak orang dan memuaskan banyak orang dalam satu malam sehingga banyak yang ingin tahu teknik apa yang aku miliki. Yah, ini adalah rahasia di baliknya. Aku menggunakan ini untuk dapat naik ke posisi nomor satu dan mendekatkanku kepada Tuan Tanah agar aku bisa membunuhnya!"     

Cerita Domba Putih sangatlah meyakinkan. Luca tidak bisa untuk tidak mulai mempercayainya tapi ada satu hal yang masih mengganggunya.     

"Aku mengerti kebencianmu tapi setelah tahun ketiga, mengapa kau masih belum membunuh Tuan Tanah?"     

Mendengar salah satu anak Domba Putih menyebutkan Tuan Tanah ketika mereka berada di depan resepsionis, seharusnya Tuan Tanah bukanlah orang yang sulit untuk digapai mereka. Tidak mungkin mereka harus menghabiskan waktu hampir tiga tahun tanpa bergerak.     

Domba Putih ingin menjawab tapi anak perempuannya segera membuka suara.     

"Itu karena kami menyamarkan keberadaan Tuan Tanah! Tuan Tanah Distrik Yomi jarang memperlihatkan dirinya bahkan kepada staff Tenkai-ya. Dia juga tidak meninggalkan orang kepercayaannya untuk mengurus Tenkai-ya selama absennya."     

"Pelacur nomor satu Tenkai-ya adalah satu-satunya orang yang paling banyak berkontak dengan Tuan Tanah dan selama absennya, kekuasaan ada pada si pelacur nomor satu." Kali ini anak laki-lakinya yang menjawab.     

Domba Putih mengangguk pelan. "Pelacur nomor satu sebelumnya kubunuh secara diam-diam karena ia telah dibutakan oleh kekuasaan dan kemewahannya selama ini. Ia bukan lagi bagian dari kaum kita! Kemudian, setelah aku naik menjadi nomor satu, Tuan Tanah hanya mengucapkan beberapa pesan kepadaku dan pada akhirnya dia sudah pergi selama hampir tiga tahun. Namun, kabar kepulangan maupun kedatangannya semua bisa kami manipulasi karena ia tidak pernah secara terang-terangan mengumumkan kepulangan maupun kepergiannya. Itulah mengapa walaupun ia tidak pernah pulang, kami sesekali memanipulasi kepulangannya untuk kepentingan pribadi."     

Dan beberapa minggu yang lalu, Domba Putih mendapatkan informasi dari seseorang yang ia percaya bahwa Tuan Tanah akan pulang ke Distrik Yomi dua bulan dari sekarang, tepat di perayaan terbesar Tenkai-ya.     

"Perayaan terbesar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.