This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Meminta Bantuan kepada Nyonya



Meminta Bantuan kepada Nyonya

0"Katakan sekali lagi, Steve."     
0

Bunyi kipas yang terbuka dengan kasar mengiringi pertanyaan dari wanita bersuara berat. Pemilik suara tersebut adalah majikan Steve.     

Di samping Steve, Luca berdiri sambil memeluk Mihai dengan penuh kewaspadaan. Matanya mengamati nyonya majikan dengan seksama dan penuh selidik. Hatinya terus mengutuk Steve tanpa henti.     

Majikan Steve, pemilik toko pakaian terbesar di Kota Hanju, rubah hitam yang dirumorkan telah diasingkan dari klannya sendiri, Himijime duduk pada kursi mewah di ruang pribadinya seraya mengipasi dirinya pelan. Pandangan tajam sepasang mata kuning keemasan khas klan rubah jatuh pada Steve.     

Steve menelan ludah dengan susah payah. Walaupun ia tidak bisa melihat tatapan tajam tersebut, indranya yang lain bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti. "A—aku ingin meminta bantuan nyonya untuk menjaga anak ini ketika kami melaksanakan rencana penyerangan kepada kaum half-beast."     

Ia sempat ragu untuk berkata jujur atau tidak tapi setelah mempertimbangkan pengetahuannya mengenai sang majikan, Steve akhirnya mengambil risiko untuk menceritakan tujuan mereka dengan jelas.     

Untuk beberapa saat yang terdengar hanyalah bunyi lembut pergerakan kipas di tangan sang nyonya.     

Luca tidak dapat bertahan lagi. Tubuhnya segera memasang kuda-kuda. "Bodoh! Majikanmu ini pasti tidak akan menerima ide kita. Dia half-beast! Apa yang kau pikirkan?!"     

PAK! Himijime menutup kipasnya.     

"Hoo … anak muda, jangan terlalu cepat memutuskan sesuatu hanya dengan melihat kaumnya saja. Kau akan menemui kesengsaraan suatu saat nanti karena cara berpikirmu itu."     

Himijime berdiri dari kursinya, melangkah ringan mendekati Luca. Menggunakan ujung kipas, ia mengangkat dagu Luca hingga pandangan mereka bertemu.     

"Rencana matang seperti apa yang kau miliki untuk menjatuhkan para petinggi busuk itu? Steve bilang kalian mau mulai dari Distrik Yomi? Mungkin kau berhasil menjatuhkan beberapa bos kecil di area depan Distrik Yomi tapi bagian dalamnya tidak akan semudah itu. Satu saja kesalahan, kau akan masuk ke dalam perangkap mereka dan kehilangan nyawa."     

Keduanya terus menatap lurus ke dalam mata satu sama lain. Tatapan Luca semakin tajam dan semakin tegas seiring berjalannya waktu. Bahkan, Himijime bisa melihat binaran semangat dan tekad dari bola mata merah tua yang jernih itu.     

'Anak ini ….' Himijime tidak menyangka ada anak muda yang bisa setenang itu untuk menerima kematian.     

Awalnya ia sedikit marah dan mempertanyakan kewarasan Steve. Ia menyinggung mengenai Cross bukan untuk membuat Steve membawa seorang pria gila yang bermaksud menyerang kekuasaan besar di Kota Hanju tanpa sumber daya dan kekuatan yang seimbang. Namun ….     

'Jika anak yang satu ini ….' Senyum tersungging di wajahnya. "Menarik anak muda, menarik."     

Kipas di tangannya terketuk-ketuk di atas telapak tanganya yang lain dengan penuh semangat. Tawa kecil kabur dari mulut sang nyonya.     

Luca mengernyit bingung. 'Ada apa dengan wanita ini?' Ia tidak paham apa yang sedang Himijime pikirkan.     

Himijime juga tidak berusaha menjelaskan, hanya terus tertawa kecil sambil mengetukkan kipasnya seraya kembali duduk. Satu kakinya ia silangkan di atas kaki lain, memperlihatkan paha seksinya yang terekspos melalui potongan tinggi rok dress ketat.     

Untuk umurnya yang seharusnya sudah mencapai 3 digit – terlihat jelas dari wajahnya yang telah menunjukkan jejak kerutan samar – wanita ini memiliki daya tarik yang misterius. Siapapun yang melihat posenya sekarang pasti akan ternganga kagum oleh betapa kerennya wanita tersebut.     

Himijime kembali membuka kipasnya dan mengipasi dirinya dengan santai. "Aku bisa merasakan tekad kuatmu bahkan jika kehilangan nyawa sekali pun tapi bagaimana dengan si kecil itu? Dia bahkan terlalu takut kehilanganmu sampai menggenggam pakaianmu begitu erat."     

Mendengar itu, Luca buru-buru menunduk. Benar apa yang dikatakan sang nyonya, Mihai diam-diam menggenggam erat lengan pakaian Luca. Kulit wajahnya pucat dan dalam sekali lihat saja, Luca tahu anak itu takut kehilangannya.     

Namun, Mihai yang mendengar ucapan Himijime buru-buru menggeleng kuat. "Mihai tidak! Mihai tidak akan mengganggu keputusan Kakak!" serunya seraya mendongak pada Luca, memaksakan sebuah senyum.     

Luca tahu Mihai sedang memaksakan diri agar tidak menyulitkannya dan itu membuat hati Luca sakit. Akan tetapi, ia telah memutuskan untuk melaksanakan rencananya apa pun yang terjadi, tidak peduli walaupun ada yang menyerukan tidak setuju.     

Meskipun merasa bersalah, ia hanya bisa menutup mata dan pura-pura tidak menyadari perasaan asli Mihai.     

Dengan senyum lembut, Luca berkata, "Terima kasih," seraya mengelus kepala Mihai, berharap elusan ini bisa sedikit menenangkan anak itu.     

Himijime tidak berkomentar. Dalam hatinya, ia mendengus melihat keputusan Luca tapi itu bukan urusannya. Jika klien-klien yang selalu membuatnya hampir memuntahkan isi perutnya itu bisa musnah dari dunia ini, ia tidak peduli hal-hal lainnya.     

"Jika kau bertekad sangat kuat, carilah si domba putih di Distrik Yomi. Aku yakin dia akan menjadi bantuan terbaikmu."     

"Domba putih?" Nama itu tidaklah asing di telinga Luca maupun Steve.     

Domba putih adalah pelacur terlaris di distrik tersebut. Ia adalah incubus tapi semua half-beast secara misterius akan tergila-gila kepadanya hanya dalam sekali pandang.     

"Dia bisa membantu?" Luca tidak yakin apakah ini adalah jebakan atau bantuan. Lagipula, dari semua cerita yang pernah Luca dengar, di luar profesi sebagai pelacur yang tidak terhormat, kehidupan si domba putih tidaklah sulit layaknya incubus-incubus lainnya yang bekerja di profesi yang sama. Bahkan, terbilang sangat mewah dan nyaman. Jadi, Luca tidak yakin apakah wanita itu ingin membantu Luca yang sedang merencanakan untuk menghancurkan surga milik wanita itu.     

Himijime tahu Luca masih mencurigainya dan ia juga tidak bermaksud menjelaskan apa pun. "Temui dia dan kau akan tahu bahwa aku tidak salah merekomendasikannya."     

Tidak ada jejak kelicikan atau kebohongan yang terpancar dari Himijime dan cara ia berucap sangat meyakinkan sehingga kecurigaan Luca sedikit berkurang. Ia mulai mempertimbangkan untuk melaksanakan apa yang Himijime katakan di dalam otak.     

Di sisi lain, Steve mengembalikan pembicaraan ke topik utama yang belum terjawab. Ia sendiri tahu kepribadian Himijime sehingga ia hampir 90 persen yakin si domba putih itu merupakan orang yang tepat.     

"Jadi, Nyonya akan menjaga Mihai untuk kami?"     

"Oh aku lupa menjawab yang satu itu!" Himijime menepuk sekali telapak tangannya dengan kipas. Ekspresi wajahnya menjadi sedikit melembut ketika ia menatap mixed blood yang masih diam-diam berwajah muram. "Jika si kecil ini tidak keberatan, aku juga tidak."     

Menyadari ia sedang dibicarakan, Mihai mengangkat wajahnya dan seketika itu juga bertemu pandang dengan Himijime. Ketika mendengar ucapan wanita itu, Mihai buru-buru tersenyum lebar dan mengangguk kuat. "Mihai tidak keberatan!" serunya seraya mengangkat satu tangan, berusaha terlihat semangat layaknya anak kecil yang tidak memiliki banyak pikiran.     

Himijime merasa iba terhadap anak ini. Untuk umurnya yang masih sangat muda, anak ini sepertinya telah mengalami banyak hal atau memiliki inteligensi yang tinggi hingga bisa membaca situasi dengan sangat tepat sehingga tidak menyulitkan orang lain. Jika suara Mihai tidaklah bernada tinggi layaknya anak yang belum akil balik dan sosoknya ditutupi dari pandangan, orang-orang mungkin akan percaya bahwa Mihai adalah orang dewasa tulen.     

Himijime sebenarnya sedikit berlebihan. Mihai memang dewasa sebelum umurnya tapi bukan berarti memiliki inteligensi yang tinggi. Ia hanya terlalu memahami Luca dan insting kuatnya ikut mendukung pemahaman tersebut. Jika hal ini bersangkutan dengan orang lain yang tidak Mihai pedulikan, mungkin ia akan menjadi lebih lamban.     

"Baiklah kalau begitu. Jika kau ingin menitipkannya, datanglah ke kantor pribadiku lewat pintu belakang toko!"     

Senyum lebar merekah di wajah Steve sementara Luca, walaupun tidak berekspresi banyak, tapi jelas terlihat lega. Satu beban terasa terangkat seketika.     

"Terima kasih, Nyonya!" Steve buru-buru berlutut di atas lantai dan menundukkan kepalanya hingga keningnya menempel pada lantai kayu.     

Luca ingin mengikuti tapi Himijime telah menyelanya, "Tidak perlu. Cepat berdiri!"     

Steve buru-buru berdiri dengan patuh. Ia ijin pamit dan sudah berputar balik menuju pintu ketika menyadari bahwa Luca tidak mengikutinya.     

"Luca?"     

Luca tidak menjawab. ia masih berdiri di tempatnya, terlihat tidak tenang. Matanya terus melirik ke arah pintu dan sang nyonya bergantian dan ia terlihat ragu akan suatu hal. Kakinya mengambil satu langkah menuju pintu hanya untuk kembali ke tempat semula, begitu terus hingga Himijime tidak lagi bisa menunggu dengan sabar.     

"Katakan."     

Luca terlonjak kaget, tidak menduga Himijime akan membuka mulut. Ia buru-buru membungkuk dalam. "Malam ini, aku ingin memasuki distrik untuk menemui domba putih jadi aku ingin menitipkan Mihai langsung hari ini."     

"Baiklah," jawab Himijime ringan dan cepat. ia berdiri dari kursi dan segera menerima Mihai ke dalam pelukannya.     

Mihai agak enggan dan tidak nyaman dengan orang asing tapi ia tidak ingin menyulitkan Luca jadi ia menahan diri untuk tidak meronta.     

"Daripada itu, bagaimana rencanamu untuk memasuki distrik?"     

"Itu …." Luca masih belum memikirkannya.     

Akses untuk memasuki distrik tersebut tidaklah ketat di area depan tapi jika mau memasuki area dalam, membutuhkan undangan khusus atau uang yang banyak. Pilihan terakhir adalah menyelinap ke dalam setelah membunuh penjaganya tapi risiko untuk ditemukan juga cukup tinggi.     

Himijime kira-kira dapat menduga pemikiran Luca. "Jika kau membunuh di depan banyak orang, itu hanya akan meningkatkan risiko kau tertangkap. Begini saja …."     

Wanita itu menarik beberapa tas kain yang telah terikat dengan rapi. Tas-tas itu cukup besar dan padat, terlihat berisi banyak barang. Tanpa basa-basi, Himijime menyodorkannya pada Luca yang tidak paham apa gerangan benda tersebut.     

"I—ini …?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.