This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pelakunya Kau, Bukan? (2)



Pelakunya Kau, Bukan? (2)

0BAM!     
0

Steve menutup pintu kamarnya dengan seluruh tenaga. Nafasnya terengah-engah, bercampur dengan nafas terengah-engah dari pria yang ia tarik.     

Mereka telah berlari dengan sangat cepat hingga perjalanan yang biasanya memerlukan 10 menit hanya memerlukan 5 menit untuk sampai.     

Tidak ada yang berbicara untuk sementara waktu. Jantung mereka berdebar terlalu kencang sehingga bahkan hanya dengan menarik napas saja, mereka akan terbatuk-batuk beberapa kali.     

"Kakak tidak apa-apa?" anak kecil yang berada di dalam pelukan pria itu bertanya dengan cemas.     

Pria itu masih terus terbatuk beberapa kali sebelum akhirnya dapat menjawab pertanyaannya. "Aku tidak apa-apa."     

Suara yang ringan dan lembut tapi juga tegas dan kuat. Tidak salah lagi ….     

"Luca? Itu kau, kan?"     

"Kakak ke—mm?" Anak itu mengatakan sesuatu tapi pria tersebut buru-buru menutup mulutnya. Namun, mendengar cara anak itu berbicara sudah cukup memberikan Steve kepastian.     

Steve buru-buru mendekati Luca. Kedua tangannya menggenggam erat bahu Luca seraya berseru, "Ke mana saja kau Luca? Kau membun—mm mm!" Mulutnya langsung dibungkam oleh Luca.     

"Sst! Bodoh! Dinding di tempat kumuh seperti ini sangat tipis. Kau ingin aku ditangkap?" ringis Luca setengah berbisik.     

Steve baru sadar bahwa ia tidak mengontrol suaranya. Ia mengangguk paham lalu melepaskan tangan Luca dari mulutnya, tidak lupa ia menurunkan volume suara. "Kau membunuh mereka? Orang-orang Distrik Yomi dan juga para half-beast yang diberitakan belakangan ini?"     

Di tengah Steve yang menggebu-gebu, Luca menurunkan Mihai dari pelukannya. "Apakah kau punya teh hangat untuk anak ini?"     

"Luca!" Steve sangat membutuhkan jawaban sahabatnya ini dan pria itu malah bermain dengan anak kecil!     

'Eh? Tunggu sebentar … anak kecil?'     

"Anak yang kau bawa itu …."     

"Ya." Luca segera menjawab tanpa menunggu Steve menyelesaikan perkataannya.     

Steve akhirnya paham mengapa pria ini membawa anak kecil. Anak ini bukan anak yang dibeli oleh om-om pedofil dari Distrik Yomi, tapi merupakan putra Emilia yang lahir dari kecelakaan waktu itu. Ia hanya tahu kabarnya tapi ia belum pernah berkontak langsung dengan anak itu.     

'Jika anak ini sehat berarti ….'     

"Bagaimana kabar Emilia?" tanya Steve ringan tapi suasana ruangan itu segera membeku.     

Mihai mematung di tempat sementara wajah Luca mengeras. Sejak perseteruan keduanya yang membawa kedamaian dan kasih sayang di antara mereka, Luca dan Mihai tidak pernah mengungkit obrolan tentang Emilia. Mereka sama-sama tahu bahwa itu adalah topik tabu.     

'Eh? Apa aku salah bicara?'     

Luca berdehem singkat sebelum berbicara dengan Mihai, "Kau pasti lelah. Tanya kepada Paman ini, namanya Steve, di mana tempat membuat teh dan minta ijin untuk menggunakan tempat tidurnya juga. Setelah menghangatkan tubuhmu dengan teh, tidurlah sejenak karena pembicaraan Kakak dengan Paman ini akan lama."     

"Mm." Mihai mengangguk.     

Semakin mendengarkan ucapan Luca, sudut mata Steve semakin berdenyut kuat. 'Siapa yang Kakak dan siapa yang paman? Kenapa dia kakak dan aku paman?! Kita seumuran kan?!'     

Mihai mengikuti perintah Luca dan meminta ijin pada Steve. Steve ingin memprotes panggilan paman itu tapi ia ingin segera dapat bercakap dengan Luca jadi ini bukan waktunya menghiraukan masalah sepele. Steve akhirnya membiarkan panggilan itu begitu saja dan memberitahu Mihai apa yang ingin ia ketahui.     

Setelah Mihai berjalan menjauh menuju dapur, Luca menarik Steve menuju dua tempat duduk yang tergeletak begitu saja di tengah kamar.     

"Jangan pernah ungkit Emilia di depan Mihai, mengerti?"     

Steve mengerjap bingung. "Mengapa?"     

Luca menceritakan secara singkat kejadian tragis yang ada di masa lalu dan bagaimana ia telah membuat Mihai bersedih karena kenyataan bahwa anak itu merupakan faktor kematian Emilia.     

"Aku takut dia benar-benar nekat untuk mati jika kau mengingatkannya dengan Emilia lagi."     

Steve sangat syok. Ia tidak menyangka Emilia telah tiada. Namun, hal ini memberikannya pencerahan. "Jadi, itulah mengapa kau menyerang kediaman klan rubah dan membakarnya di hari kematian Emilia?"     

Luca tidak menjawab untuk beberapa saat.     

Steve juga tidak mendesak. Ia hanya menunggu.     

"Sebenarnya …." Setelah beberapa menit, akhirnya Luca membuka suara. "Aku tidak ingat apa yang telah terjadi di kediaman klan rubah. Aku sangat marah ketika di Bukit Luito dan ketika aku tersadar, aku sudah di kelilingi mayat di tengah kediaman klan rubah yang luluh lantak oleh api."     

"Kau … kau yakin kau tidak ingat? Aku bahkan bisa mendengar suaramu di tengah teriakan histeris mereka yang terbunuh."     

Luca mengangguk. Setelah itu ia baru tersadar bahwa Steve tidak bisa melihat dan membuka mulutnya, "Ya. Aku tidak ingat."     

"Aneh sekali …."     

Luca juga berpikir begitu tapi apa yang ia ucapkan adalah kenyataan. Ia bahkan terkejut ketika mendengar Steve mengatakan bahwa ia yang membakar kediaman itu.     

Di sisi lain, Steve merenungkan semua cerita yang baru ia dengar. Tidak hanya keanehan saat kejadian pembakaran dan pembantaian klan rubah, kenyataan bahwa Luca membiarkan anak Emilia hidup sampai sekarang juga aneh.     

Ketika ia menanyakan hal itu, jawaban Luca membuat kernyitan di dahinya semakin dalam.     

"Jadi, sebenarnya kau menyayanginya atau membencinya?"     

Luca menggaruk pipinya yang tidak gatal. Ia sendiri tidak tahu. "Yang bisa kukatakan, aku menyayanginya sekaligus membencinya."     

"Ha? Aku tidak mengerti. Perasaan macam apa itu?"     

"Aku …." Luca pada akhirnya hanya bisa mengangguk pelan. "Aku sendiri juga tidak paham tapi seberapa besar aku membencinya karena semua yang terjadi di masa lalu, aku ingin dia tumbuh besar dan berkeluarga dengan bahagia."     

"Hmm …." Steve mengelus dagunya, berpikir keras tapi ia tetap tidak paham. Bagaimana seseorang bisa menyayangi orang yang ia benci? Apakah kedua perasaan yang begitu bertolak belakang bisa muncul bersamaan terhadap seseorang?     

Setidaknya, Steve tidak pernah merasakan hal tersebut.     

Namun, jika Luca mengatakannya seperti itu, Steve tidak memiliki argumen.     

"Biar kutebak. Kau mulai membunuh para half-beast itu karena kau tidak ingin menemukan incubus yang merasakan penderitaan yang sama dengan Emilia lagi?"     

"Setengah benar. Setengah salah."     

Awalnya Luca memang membunuh half-beast itu karena setiap kali melihat incubus-incubus yang hampir dilecehkan dan diperkosa, ia kembali diingatkan oleh Emilia. Namun, sekarang ….     

"Aku mulai berpikir, apakah aku bisa membentuk sebuah dunia yang damai untuk incubus dan satu-satunya cara yang bisa kupikirkan adalah menjatuhkan penguasa Kota Hanju. Itulah mengapa, aku semakin sering membunuh belakangan ini. Sekarang aku mulai menargetkan mereka yang memiliki posisi-posisi tertentu di dunia bisnis dan perpolitikan kota sebagai langkah awal. Jika rencanaku berhasil, incubus pastinya dapat menulis kembali peraturan pemerintahan kota ini."     

Jantung Steve berdebar kencang. Ketika Luca mengatakan dunia yang damai untuk kaumnya, Steve ikut membayangkan bagaimana dunia itu dan ia tidak bisa untuk tidak bersemangat.     

"Siapa yang kau bunuh di Distrik Yomi?"     

"Salah satu kepala keluarga cabang Klan Singa. Belakangan ini, Klan Singa mulai meningkatkan pengaruh dan kekuatannya di pemerintahan dan ikut mempengaruhi posisi serta kekuatan kepala keluarga cabang itu yang memiliki hubungan kedekatan dengan kepala klan keluarga utama. Praktik usahanya terlalu keji dan jumlah incubus yang meninggal di usahanya itu naik berkali-kali lipat dari jumlah kematian seluruh usaha lainnya di Distrik Yomi."     

Tidak hanya itu, mayoritas kepala klan yang memegang jabatan petinggi di pemerintahan – kecuali klan rubah – meraup banyak keuntungan dari usaha di Distrik Yomi. Bahkan ada yang hampir 70 persen kekayaan klannya berasal dari praktik keji di distrik tersebut. Jadi, jika Luca bisa menghancurkan distrik tersebut, tentunya ia bisa menjatuhkan beberapa klan petinggi dan mendorong keadaan keluarga mereka hingga krisis.     

Steve mengangguk setuju. Ini adalah jalan yang baik untuk memberikan satu pukulan besar terhadap petinggi-petinggi busuk tersebut.     

"Tapi penyerangan selanjutnya tidak akan mudah. Distrik Yomi pasti sudah meningkatkan pengawasannya karena kejadian hari ini. Jika hanya aku sendiri yang bergerak, penyerangannya mungkin akan lebih sulit."     

"Kalau begitu, bagaimana jika kau bergabung dengan organisasi Cross?" Steve tidak tahu apakah organisasi itu akan membantu tapi jumlah mereka banyak dan rencana Luca juga cukup matang. Mungkin mereka akan bergerak untuk rencana yang satu ini.     

Namun, Luca menolak tanpa pikir panjang. "Ada Mihai disampingku. Tidak mungkin."     

Benar kata Luca. Mihai merupakan mixed blood, kaum yang paling dibenci oleh kedua kaum tersebut. Tidak ada incubus yang menyukai keberadaan mixed blood dan jika mereka menemukan bahwa Luca merawat seorang mixed blood, kepercayaan terhadap Luca akan turun dalam sekejap mata.     

Hal itu dikarenakan, mereka yang merawat mixed blood dianggap mendukung hubungan percintaan di antara kedua kaum dimana siapa pun dari kedua kaum akan muntah pelangi hanya dari mendengar ide itu saja.     

"Kau tidak bisa menitipkannya?"     

"Mau kutitipkan ke siapa? Untuk penyerangan selanjutnya, tentunya aku butuh kekuatan dari Paman juga. Selain paman, aku sudah tidak punya kenalan lagi."     

Seseorang muncul di benak Steve. Ia yakin ia sudah gila ketika memikirkan orang itu tapi Steve rasa tidak ada yang lebih tepat untuk dimintai bantuan dibandingkan dia.     

"Aku rasa aku tahu orang yang bisa membantu."     

*****     

Di dalam dapur, Mihai duduk di lantai dengan punggung tertempel pada permukaan dinding yang dingin. Kedua tangannya memegang segelas teh hangat yang baru saja ia seduh.     

Telinganya mendengarkan setiap percakapan di antara Luca dan Steve dengan seksama. Bola mata besarnya sedikit kehilangan keriangan yang biasa senantiasa menghiasinya.     

'Kakak ternyata memang membunuh orang … demi kaumnya … apakah keberadaanku akan mengganggu?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.