This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pelakunya Kau, Bukan? (1)



Pelakunya Kau, Bukan? (1)

0Satu minggu telah berlalu sejak Lena dilecehkan oleh pemilik toko mesum yang berujung pada pembunuhan. Steve telah mendengar dari Lena bahwa ada seorang pria yang menolongnya dan pria itulah yang membunuh pemilik toko.     
0

Ketika ditanya mengenai identitasnya, Lena tidak bisa menjawab.     

Pria misterius tersebut menutupi wajahnya dengan tudung besar dan Lena juga terlalu terguncang untuk mengamati pria tersebut dengan seksama.     

Steve termenung.     

Sebelum kasus pembunuhan pemilik toko tersebut, kasus pembunuhan half-beast sudah pernah terjadi sebelumnya. Semua half-beast yang terbunuh memiliki rekam jejak telah melecehkan atau membuli incubus pada hari mereka dibunuh. Pola pembunuhannya selalu sama, tersusuk oleh pisau tipis yang sangat tajam. Motivasinya sangat jelas yaitu menyelamatkan para incubus yang menjadi korban.     

Setelah kejadian Lena pun, kasus pembunuhan terus terjadi. Bahkan terkadang, dalam satu hari, bisa terjadi dua hingga tiga kasus.     

Pelaku yang dirumorkan merupakan incubus itu benar-benar berani.     

Tidak ada banyak yang tahu, tapi sejak beberapa tahun yang lalu, Steve memasuki organisasi pemberontakan yang dibangun secara diam-diam oleh kaumnya bernama Cross. Alasannya memasuki organisasi tersebut sejujurnya bukanlah untuk memberontak tapi ia ingin mencari keberadaan sahabatnya, Luca.     

Sejak kediaman klan rubah luluh lantak dilahap kobaran api, jejak sahabatnya juga sirna.     

Terakhir kali ia mendengar suara sahabatnya itu adalah teriakan kebenciannya di tengah kobaran api.     

Walaupun Steve tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi yang pastinya, Luca membenci half-beast dengan segenap hatinya. Untuk Luca yang seperti itu, kemungkinan ia memasuki organisasi pemberontakan pastinya besar.     

Sayangnya, Steve salah. Tidak ada Luca di sana dan ia juga tidak bisa sesuka hatinya keluar dari organisasi jadi ia menjadi anggota di atas kertas. Selain pertemuan pertama setelah ia menjadi anggota, Steve tidak pernah mengikuti pertemuan lainnya karena ia sendiri, walaupun membenci half-beast, tidak sampai memiliki gairah yang kuat untuk mengambil nyawa kaum tersebut. Majikannya sekarang, walaupun tegas, tetap lebih baik dibandingkan majikan yang dulunya ia miliki. Beberapa half-beast yang ia kenal selama bekerja di area pasar ini pun tidak semuanya brengsek.     

Organisasi Cross memiliki jumlah orang yang cukup untuk memusnahkan satu kediaman klan besar milik half-beast tapi bahkan dengan jumlah itu, masih tidak ada pergerakan berarti yang dilakukan organisasi tersebut.     

Itulah mengapa, Steve sangat tertarik.     

Siapa gerangan pelaku ini? Apakah ia sendiri saja? atau ternyata ada organisasi di luar yang belum Steve ketahui yang melaksanakan tujuan pemberontakannya dengan gencar?     

Jika ternyata memang ada organisasi seperti itu, bisa saja itulah mengapa Luca tidak berada di Cross melainkan organisasi lain tersebut.     

Steve berharap ia bisa bertemu dengan sang pelaku dan mendaftar ke dalam organisasi tersebut. Semoga ia bisa bertemu dengan Luca kali ini.     

"Steve." Suara berat seorang wanita menyentaknya dari lamunan.     

Steve tidak memerlukan waktu banyak untuk mengenali pemilik suara tersebut yang adalah majikannya, seorang half-beast rubah hitam yang dirumorkan telah dikeluarkan dari klannya karena suatu alasan yang tidak pernah diketahui hingga sekarang. Steve sempat penasaran tapi ia tidak berada di posisi yang pantas untuk mengajukan pertanyaan pribadi.     

"Ada apa, Nyonya?"     

Suatu benda yang lembut dan fleksibel serta berbahan dingin menyentuh kulit lengan Steve. Dari tekstur yang ia rasakan di kulit, sepertinya benda itu adalah kain, entah itu merupakan pakaian atau kantong kain yang diikat berisi pakaian tertentu.     

"Apa ini?" Steve menerima benda tersebut dari tangan sang majikan.     

"Pakaian pesanan tamu VVIP kita. Kau tahu tempat apa itu bukan? Kirimkan pakaian-pakaian itu sekarang."     

Wajah Steve menjadi mendung. Tamu VVIP, istilahnya keren tapi semua tamu yang masuk dalam golongan ini adalah para pemilik usaha gelap. Perdagangan incubus marak terjadi di sana. Dibandingkan dengan usaha di pasar besar ini, incubus-incubus yang tertangkap di pasar gelap mendapatkan penderitaan yang berkali-kali lipat lebih.     

"Mengapa Nyonya selalu menugaskan ini untukku?" Steve tanpa sadar mengeluarkan keluhan yang telah ia pendam cukup lama. Ia buru-buru menutup mulut tapi nasi sudah mejadi bubur. Sang Nyonya dapat mendengar dengan jelas keengganan dan kebingungan dari Steve.     

Ketukan ujung sepatu heels terdengar kembali mendekati Steve, berat dan tajam.     

Steve merasakan tengkuknya mendingin. Walaupun Nyonya ini biasanya baik, jika sudah marah, wanita ini sangat menyeramkan.     

"Ma—maa—"     

"Tidak perlu meminta maaf," sela sang Nyonya tegas. Kipas yang biasa ia gunakan terus terbuka dan tertutup, menghasilkan bunyi yang tajam dan menegangkan bagi Steve.     

Steve menelan ludahnya dengan susah payah. "Nyo—"     

"Menurutmu mengapa aku memilihmu untuk selalu memgirimkan pesanan-pesanan ini?"     

"Itu …." Steve tentunya tidak bisa menjawab. Lagipula, ia yang paling ingin tahu.     

Napas panas tiba-tiba menggelitik telinga Steve, menyadarkannya bahwa Nyonya tersebut telah mendekatkan wajahnya pada telinga Steve.     

"Nyo—"     

"Kau memasuki Cross bukan?"     

Steve mematung di tempat. Wajahnya pucat pasi dan jantungnya hampir meloncat keluar dari mulut. 'Ba—bagaimana ini? Aku harus menyangkal! Tapi—'     

"Tidak perlu cemas." Sang Nyonya menjauhkan dirinya dari Steve lalu bunyi kipas yang terbuka kembali terdengar. Steve merasa bisa membayangkan seorang Nyonya kaya yang sedang mengipas-ngipas dirinya dengan elegan.     

"Aku hanya membantumu untuk mengenali seluk beluk tempat itu. Aku sudah muak dengan mereka dan jika tempat yang kau masuki itu ingin memusnahkannya, aku dengan senang hati membantu."     

Steve hampir tidak bisa mempercayai pendengarannya sehingga ia mematung seperti orang bodoh. Ketika ia tersadar, sang Nyonya telah lama pergi.     

Tidak ia sangka … selama ini, ia telah menyadari kepribadian majikannya yang sedikit berbeda. Namun, ini mungkin pertama kalinya ia menemukan seseorang yang tidak membenarkan sebuah perbuatan menggunakan alasan karena mereka dari kaum yang sama.     

Sudut bibir Steve refleks terangkat. Ia memang tidak salah menilai majikannya tersebut.     

*****     

Kericuhan pasar terdengar semakin samar seiring bertambahnya langkah Steve. Ia telah memasuki jalanan sepi yang dapat membawa seseorang menuju area pasar gelap. Para pelanggannya biasa menyebutnya Distrik Yomi.     

Berbeda dengan Distrik Lampu Merah yang penuh dengan praktik pelacuran dan perjudian, Distrik Yomi ini lebih kejam dan gelap. Praktik pelacuran juga bertebaran di dalamnya tapi apa yang mereka lakukan kepada pelacur tersebut terkenal menyeramkan dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dengan hobi aneh. Aturan di dalam distrik gelap itu lebih longgar dan tidak berperikemanusiaan – baik kepada barang jualannya maupun pelanggannya. Itulah mengapa, untuk mengunjungi distrik itu sebagai pelanggan sendiri membutuhkan keberanian yang tinggi. Meskipun begitu, Distrik Yomi tetap tidak pernah kekurangan pelanggan dan selalu ricuh di malam hari.     

Distrik Yomi dibangun di bawah tanah dan pintu masuknya tersembunyi di jalanan sepi yang seperti labirin ini. Sesuai dengan sebutannya, jalanan sepi ini memiliki banyak belokan. Jika mereka mengambil belokan yang salah, mereka akan dibawa kembali ke area pasar yang ramai.     

Steve dengan lihai mengambil belokan demi belokan. Ia telah sangat hafal alurnya.     

Ketika ia berada di pertengahan jalan itu, bunyi langkah kaki yang ringan terdengar dari arah berlawanan.     

'Tumben ada yang mengunjungi distrik seawal ini …,' herannya. Lantaran, hari masih siang dan biasanya pada jam seperti ini, usaha di dalam Distrik Yomi belum beroperasi.     

"Kak …."     

Samar-samar Steve bisa mendengar suara anak kecil. alisnya mengernyit dalam.     

'Apa ini? Seorang pedofil? Dia baru membeli anak kecil dari distrik?' Steve merasa jijik tapi ia berusaha mengontrol wajahnya karena ia tidak tahu apakah orang menjijikkan itu bisa melihat ekspresinya atau tidak.     

Steve masih terus berjalan dan orang yang bergerak dari arah berlawanan juga dengan santai melewati Steve.     

"Aku tidak bisa ikut masuk lagi selanjutnya?"     

"Tidak. Itu bukan tempat untuk anak umurmu."     

Langkah kaki Steve membeku di udara kosong.     

'Suara ini ….' Tidak salah lagi. Ia sangat familiar dengan suara orang dewasa yang menjawab pertanyaan si kecil.     

"Tu—tunggu!" Steve tanpa pikir panjang menggapai orang tersebut dan berhasil menggenggam erat bagian belakang mantelnya.     

Pada saat yang bersamaan ….     

"CARI PEMBUNUH ITU SEGERA!"     

Steve merasa jantungnya berhenti berdetak. Dugaan muncul di dalam benaknya dan dalam sekejap, ia tahu bahwa dugaannya adalah benar.     

Buru-buru, ia memindahkan genggamannya menuju lengan pria tersebut lalu menariknya untuk mengikutinya berlari menjauh ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.