This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kasus Pembunuhan Half-Beast (1)



Kasus Pembunuhan Half-Beast (1)

0Ketika mereka pulang ke rumah, untuk pertama kalinya setelah sekian lama waktu berlalu, Luca merawat Mihai. Pria itu dengan lembut membersihkan lukanya, mengeluarkan semua serat kayu yang tertancap di telapak tangannya, dan mengobatinya dengan seksama.     
0

Luca tidak banyak berbicara tapi kedinginan di dalam pandangannya sudah hilang.     

Setelah mengobati luka, Mihai mengira Luca akan kembali mengurung dirinya di dalam ruang pribadi itu tapi di luar dugaannya, Luca menemaninya di ruang makan dan bermain dengannya.     

Saat Vasile pulang, mereka makan bersama. Saat itu, Luca bahkan memasakkan menu kesukaan Mihai – Mihai tidak pernah menyangka bahwa Luca mengetahui makanan kesukaannya. Luca juga memberi Mihai sayuran miliknya sehingga Mihai tidak pernah merasa sekenyang ini semasa hidupnya.     

Pada malam hari, bukannya Vasile yang menemaninya melainkan Luca. Pria itu membacakan dongeng sebelum tidur yang membuat Mihai tertawa karena Luca benar-benar tidak berbakat. Pria itu membaca dongeng dengan sangat datar, tidak seperti Vasile yang ekspresif dan dapat membawa Mihai ke dalam dunia dongeng itu dalam sekejap.     

Walaupun begitu, Mihai sangat bahagia.     

Ia mengira ia telah melihat mimpi yang sangat indah dan enggan untuk tidur, takut keesokan harinya, kenyataan yang pahit akan kembali menyambutnya.     

Tentunya tubuh kecilnya berkata lain. Ia telah mengalami guncangan yang terlalu kuat hari ini dan tubuhnya kelelahan. Meskipun ia bersikeras, pada akhirnya ia jatuh tertidur lelap.     

Di luar dugaan, ketika esok hari datang, sikap Luca tetaplah lembut seperti kemarin yang seharusnya merupakan mimpi.     

'Ini benar-benar kenyataan?!'     

Mihai sulit untuk mempercayainya tapi ketika hari berganti lagi, sikap Luca tetap lembut. Begitu juga hari berikutnya.     

Rasa bahagia dan haru memenuhi Mihai. Ia berharap bahwa keadaan ini akan bertahan selamanya.     

*****     

Satu bulan telah berlalu dan cara Luca memperlakukan Mihai semakin lembut dan hangat. Walaupun ekspresi Luca tidak banyak berubah, Mihai tetap bisa merasakan rasa sayang yang diberikan kepadanya.     

Suatu hari di tengah musim dingin, Luca tiba-tiba mengajak Mihai ke kota untuk berbelanja.     

Mihai yang tidak pernah keluar dari tempat tinggalnya di area terlarang Bukit Luito langsung berjingkrak penuh semangat. Ia telah lama berangan-angan mengenai kehidupan seperti apa yang ada di bawah bukit.     

"Kau yakin akan membawanya?" tanya Vasile memastikan kembali ketika Luca dan Mihai hendak berpamitan.     

Luca mengangguk singkat. Wajahnya dan Mihai telah diubah dengan makeup. "Ya. Mihai sudah 7 tahun. Waktunya untuk melihat dunia luar. Tanduk dan telinganya juga sudah ditutup dengan tudung. Aku akan berhati-hati agar tudungnya tidak lepas."     

Vasile masih terlihat cemas dan ragu.     

Mihai yang takut rencana jalan-jalan ini batal buru-buru mendekati Vasile dan memeluk satu kaki pria itu dengan manja. "Mihai akan berhati-hati juga jadi jangan khawatir Paman," bujuknya. Sepasang bola mata emasnya yang polos bertemu langsung dengan Vasile membuat Vasile tidak sampai hati untuk meminta Luca mengurungkan niat tersebut.     

"Baiklah …."     

Luca berpamitan seraya membawa Mihai di dalam pelukannya. Mata Mihai semakin berbinar ketika mereka akhirnya keluar dari area terlarang.     

Di hadapan mereka, terdapat ladang yang sebagian besar tertutup salju putih. Pepohonan yang tidak terselimuti dedaunan pun memiliki batang yang berwarna lebih terang dan terlihat lebih segar dibandingkan pepohonan di area terlarang.     

Luca menyusuri jalanan menuruni Bukit Luito.     

"Jika sedang musim semi, pepohonan yang di sekitar sana akan penuh dengan bunga sakura. Bunganya berwarna pink. Setidaknya kau pernah melihat kelopaknya diterbangkan hingga ke rumah kita," jelas Luca seraya menunjuk area yang ia maksud.     

Mihai mengangguk penuh semangat. "Aku selalu menantikan kelopak-kelopak itu datang! Sangat indah! Mihai ingin mengenal dan melihat lebih banyak warna lagi!"     

Luca tersenyum tipis. Ia ikut senang melihat Mihai sangat antusias. Tangannya tanpa sadar mencubit pipi Mihai dengan gemas. "Ketika kita sampai di kota, kau akan melihat lebih banyak hal baru lagi."     

"Ya!" Mihai semakin tidak sabar.     

Sepanjang perjalanan menuruni bukit, Luca menjelaskan banyak tanaman-taman yang tidak pernah Mihai dengar maupun lihat. Sayangnya, saat itu sedang musim dingin jadi banyak yang hanya bisa Mihai bayangkan dari penjelasan Luca.     

"Saat musim semi, aku mau turun bukit lagi dan melihatnya langsung!"     

"Ayo," setuju Luca. Ia memang sedang merencanakan untuk mendidik Mihai agar anak itu mengenal lebih banyak mengenai dunia ini.     

Sesampainya di kota, mereka segera menuju distrik pasar. Kios-kios kecil hingga toko-toko besar membuka pintunya lebar-lebar dan berbagai makhluk hidup keluar masuk dengan kecepatan yang sangat tinggi. Area pasar benar-benar sangat ramai padahal suhu hari ini sangatlah rendah.     

Mata Mihai berbinar terhadap seluruh benda yang ia temui. Semuanya adalah hal baru dan ia terus menanyakan identitas benda-benda itu kepada Luca.     

Saking semangatnya, anak itu banyak sekali bergerak hingga Luca harus terus menarik tudung Mihai agar tidak benar-benar jatuh dan mengekspos tanduk serta telinga rubahnya.     

Luca dapat melihat puluhan petugas keamanan kota bercampur di tengah keramaian. jika sampai mixed blood ditemukan di sini, pastinya Luca dan Mihai tidak bisa kabur dengan mudah melihat jumlah petugas yang banyak.     

Sembari memastikan daftar belanjaannya, Luca membawa Mihai mengelilingi area pasar. Dalam sekejap mata, Luca telah membeli seluruh keperluan.     

Hari masih siang jadi Luca memutuskan untuk membawa Mihai berkeliling lebih lama.     

Ketika mereka mencapai sisi terdalam area pasar yang paling ramai, tiba-tiba teriakan seorang gadis terdengar.     

"Mohon ampun, Tuan! Mohon ampun!"     

Di depan salah satu dari deretan toko besar, seorang gadis remaja dari kaum incubus sedang berlutut di hadapan seorang pria half-beast. Gadis itu terus membenturkan keningnya pada tanah hingga mulai mengucurkan darah.     

Wajah Mihai memucat. "Kakak, itu …." Ia ingin bertanya apakah mereka tidak pergi membantu karena menurut dongeng-dongeng yang selama ini ia dengar, membantu orang lain saat mereka kesulitan adalah suatu hal yang biasa.     

Akan tetapi, ketika menemukan Luca yang berwajah muram tanpa terlihat akan melangkah maju, Mihai samar-samar menyadari bahwa Luca tidak dapat melakukannya walaupun Mihai tidak paham mengapa begitu.     

"HAH! DASAR JALANG! BERANINYA KAU MENCURI DI TOKOKU!" Pria half-beast yang sepertinya adalah pemilik toko tersebut, terus memaki gadis incubus. Kosakata yang ia gunakan begitu kasar hingga Luca menutup telinga Mihai rapat-rapat, tidak ingin anak itu mempelajari kosakata vulgar tersebut.     

Gadis incubus terlihat ingin menyanggah pernyataan pria itu tapi ia tahu, bahkan jika ia berteriak hingga ia tidak dapat berbicara lagi pun, tidak akan ada yang percaya bahwa ia tidak bersalah.     

Di sekelilingnya, para half-beast yang menonton ikut menghina gadis tersebut. Para budak dari kaum incubus yang lewat hanya bisa menundukkan wajah dan pura-pura tidak melihat. Mereka kasihan pada gadis incubus itu tapi jika mereka ikut terlibat, mereka yang akan kesulitan.     

"Mohon ampun, Tuan! Mohon ampun!" Gadis itu hanya terus mengulang permohonannya. Air mata yang membasahi wajahnya membuat debu jalanan ikut menempel, menodai wajahnya yang kurus tapi cantik.     

Luca mengeratkan kepalan tangannya. Buku-buku jarinya memutih dan bergemetar hebat penuh amarah.     

Jelas sekali gadis itu tidak melakukan apa yang dituduhkan pemilik toko itu. Tatapan mesum dan kurang ajar yang terus diperlihatkan pria half-beast itu memperlihatkan kebenaran yang sebenarnya. Pasti pria itu tertarik dengan gadis incubus makanya pria tersebut menjebak gadis itu dan menuduhnya agar ia bisa memperlakukan gadis itu secara semena-mena.     

Dugaannya semakin diperkuat ketika melihat para petugas keamanan yang hanya melihat dan pergi, tidak ada tanda-tanda akan ikut campur.     

Biasanya tindakan kriminal seperti pencurian akan langsung ditangani oleh para petugas keamanan tapi mereka sekarang berpura-pura buta.     

Pemilik toko itu pasti sangat kaya dan sudah menyuap para petugas untuk hari-hari seperti ini.     

Tidak menghiraukan permohonan gadis tersebut, pemilik toko itu menjambak rambutnya dan segera menarik gadis itu masuk ke dalam toko secara paksa. Gadis incubus berteriak histeris, meminta tolong. Ia ketakutan karena dapat membayangkan masa depannya setelah ini dengan jelas.     

Mihai yang melihat gadis itu juga ingin menangis. Gadis itu benar-benar terlihat sangat menderita dan Mhai ingin membantu tapi jika ia bergerak sesuka hatinya, Luca yang akan kesulitan. Diam-diam, ia mendongak, melirik Luca.     

Wajah Luca sedingin es. Tatapan matanya tajam dan Mihai merasakan suatu ancaman samar-samar terpancar darinya.     

"Mihai." Tiba-tiba Luca memanggilnya, memberi Mihai sedikit hawa dingin di tengkuk.     

Luca menurunkan Mihai di salah satu sudut area pasar yang memiliki tempat duduk dari kayu. Ia mendudukkannya di sana dan mengeratkan tudung Mihai. "Tunggu di sini sebentar ya. Ingat, tudung ini jangan sampai terbuka, ok?" Nada suara Luca lembut dan bibirnya tersenyum tapi tidak ada kebahagiaan di sana. Bahkan suara lembutnya terdengar menyeramkan.     

Mihai tanpa sadar merinding. Ia mengangguk pelan tanpa berani menatap mata Luca.     

"Anak baik." Luca mengelus kepalanya sebelum berjalan pergi meninggalkan Mihai yang memeluk tubuh mungilnya dengan erat, berusaha menenangkan dirinya.     

Secara insting, ia tahu Luca marah oleh kejadian tadi dan Mihai samar-samar tahu bahwa hal buruk akan menimpa pemilik toko itu ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.