This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Potret



Potret

0"Hmm …."     
0

Mihai menempelkan satu telinga pada pintu kamarnya, memastikan pergerakan Luca dan Vasile di luar. Terdengar Vasile yang sedang berpamitan, sepertinya keduanya sedang berada di dekat pintu masuk rumah.     

Beberapa saat kemudian, bunyi pintu yang ditutup tertangkap telinga Mihai diikuti dengan langkah kaki Luca yang menjauh. Bunyi pintu ditutup kembali terdengar, kali ini seharusnya adalah pintu kamar Luca.     

'Ok! Waktunya mencari!'     

Mihai pelan-pelan membuka pintu kamarnya, berusaha sedemikian rupa agar tidak menghasilkan bunyi apa pun.     

Hari ini ia akan mencari di dalam ruang pribadi Luca. Sejak ruangan pribadi tersebut dibangun hingga sekarang, Mihai tidak pernah bisa memasuki ruangan itu karena Luca selalu berada di dalamnya untuk mengerjakan sesuatu. Luca juga tidak pernah memperbolehkannya masuk walaupun Mihai meminta. Namun, hari ini, di meja makan, Luca berkata bahwa ia sedang lelah dan akan beristirahat di kamar tidurnya setelah Vasile pergi.     

Mihai takut ruangan pribadi itu akan dikunci. Untungnya, ketakutan Mihai tidaklah terjadi.     

Pelan-pelan, Mihai menggeser pintu itu lalu berjinjit masuk sebelum menutup pintunya kembali. Setelah memastikan pintu itu benar-benar tertutup rapat barulah Mihai mengamati isi ruangan tersebut.     

Ruangan pribadi ini lebih luas dari kamar tidur Luca. Mihai selalu merasa kamar tidur Luca tidak menggambarkan kepribadian penghuninya, layaknya sebuah kamar tamu yang hanya digunakan untuk kegiatan tidur. Sementara ruangan pribadi ini penuh dengan Luca di dalamnya. Seluruh kehidupan Luca terpatri jelas melalui barang-barang yang tersimpan di dalam ruangan.     

Mata Mihai berbinar. Ia merasa ruangan ini adalah jawabannya!     

Masih dengan berjinjit pelan, ia mendekati lemari terdekat dan mulai mengamati satu per satu benda yang tersimpan. Tidak lupa membuka lemari-lemari untuk mengecek setiap benda yang tersimpan di dalamnya.     

Entah berapa lama Mihai berada di dalam, tapi Mihai sangat menikmati waktunya itu hingga hampir lupa bahwa ia sedang menyelinap ke dalam tempat yang seharusnya terlarang baginya.     

Lantaran, ruangan itu benar-benar penuh dengan aroma Luca. Aroma mint tubuh Luca menyelimuti seluruh ruangan. Berada di dalamnya membuat Mihai merasa seperti sedang terbungkus di dalam pelukan hangat Luca. Hal ini membangkitkan kembali kenangan masa kecilnya.     

Mihai mulai bergerak menuju tengah ruangan di mana terdapat sebuah meja pendek di sana. Kertas dan buku bertebaran di atasnya bersama dengan pen bulu yang tergeletak begitu saja dengan sisa tinta di ujung runcingnya. Mihai mengintip isi kertas yang bertebaran itu dan menemukan lembaran demi lembaran cerita dongeng baru yang sedang Luca tulis. Di lihat dari bagaimana lembaran terakhir memiliki kalimat yang belum selesai, cerita dongeng itu pastinya masih memiliki lanjutan.     

Meskipun ia mendengar tidak banyak yang menyukai dongeng bikinan Luca, Mihai sendiri sangat menyukainya. Walaupun Luca dingin kepadanya, ia selalu mendapatkan salinan setiap buku dongeng yang dibuat pria itu dan Vasile selalu membacakannya untuknya sebelum ia tidur. Mimpinya bahkan dipenuhi cerita dongeng bikinan Luca dan Mihai sendiri menikmatinya.     

Dari semua itu, ia paling suka dongeng mengenai seorang anak laki-laki yang kesepian tiba-tiba bertemu dengan seorang gadis periang. Gadis itu membantu anak laki-laki itu mencari kebahagiaannya yang ternyata merupakan gadis itu sendiri dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya. Mihai menyukai bagaimana gadis itu dengan tulus membantu sang pemeran utama. Ia ingin membantu Luca yang terlihat kesepian juga seperti gadis itu.     

"?"     

Tanpa sengaja, kaki Mihai terantuk sesuatu yang keras di bawah kolong meja. Mihai merangkak ke bawahnya dan menarik keluar sebuah kotak kayu. Terdapat gembok pada kotak itu tapi gembok tersebut tidak terkunci.     

Mihai membuka kotak tersebut dengan mudah, segera mengintip isinya.     

Terdapat beberapa potong baju sederhana berwarna cerah. Mihai tidak pernah melihat Luca maupun Vasile mengenakan pakaian berwarna ini karena mereka selalu mengenakan pakaian berwarna gelap.     

Mihai menarik pakaian-pakaian itu dan menemukan ukurannya yang terlihat lebih kecil dari ukuran milik kedua pria itu juga.     

'Ini punya siapa?'     

Bau apek menguar dari pakaian tersebut jadi seharusnya pakaian itu sudah lama tidak digunakan. Ia mengambil beberapa barang lagi yang merupakan kayu yang diukir. Banyak yang memiliki bentuk bunga dan terdapat batang tipis panjang yang ujungnya agak runcing menempel pada belakang ukiran-ukiran itu.     

"Ini … apa?" Semua barang tersebut sangat asing. Dilihat dari ujung batangnya yang runcing, sepertinya itu dapat ditusuk pada sesuatu tapi tidak cukup tajam untuk menembus kulit jadi seharusnya bukanlah senjata untuk melukai seseorang.     

Mihai kecil semakin bingung ketika ia menemukan banyak barang-barang lain yang terbuat dari manik-manik kayu. Salah satunya seharusnya adalah kalung karena Luca juga selalu mengenakan kalung di lehernya walaupun hanya terdiri dari tali kepangan lusuh dan liontin sederhana. Ada yang ukurannya lebih kecil, muat untuk pergelangan tangan orang dewasa. Ada juga yang memiliki batang runcing yang lebih tipis lagi.     

Ketika Mihai melihat semakin dalam, tangannya terhenti pada sebuah bingkai berbentuk segi empat. Di dalam bingkai yang berlapis kaca tersebut, terdapat sebuah potret seorang gadis cantik. Gadis itu tersenyum lebar, sangat ceria. Ukiran bunga dari kayu yang sama persis dengan yang ditemukan Mihai sebelumnya disematkan di sekitar rambut panjangnya yang indah.     

Sebuah cuplikan samar tiba-tiba melayang di benaknya.     

Seorang gadis. Gadis itu cantik seperti yang ada di potret tersebut, tidak … bukan seperti tapi seharusnya sama persis. Namun, ia lebih kurus dan terlihat lebih lusuh. Wajahnya tersenyum tapi tidak ada keceriaan di sana melainkan rasa sakit yang kental.     

Ia terlihat mengatakan sesuatu dan di tangannya terdapat sesuatu yang bersinar dan tajam. Setelah itu semuanya adalah …     

Merah ….     

"Apa yang kau lakukan di sini?"     

"!!"     

Mihai tersentak kembali ke kenyataan.     

Entah sejak kapan, Luca telah berdiri di sampingnya. Pandangan mata dingin jatuh lurus kepada Mihai memberinya hawa dingin di punggung.     

Kedinginan di mata Luca terlihat lebih menyeramkan dari biasanya.     

Dengan tubuh gemetar, Mihai mundur sedikit.     

"Ka—kakak, aku …."     

Mata Luca tiba-tiba terbelalak. Warna merah melingkari sudut matanya membuatnya semakin menakutkan.     

"APA YANG KAU PEGANG?! KEMBALIKAN!" Luca menarik bingkai foto itu dengan kasar, tidak mempedulikan Mihai yang masih memegang bingkai itu dengan erat.     

Kayu yang menjadi bahan bingkai tersebut tidaklah halus. Oleh karena tarikan yang terlalu kuat, serat-seratnya menusuk kulit Mihai hingga merobek kulitnya.     

Air mata mulai mengenang di pelupuk. "A—aku … aku hanya …." Mihai ketakutan. Ia tidak pernah melihat Luca yang seseram ini.     

Di hadapannya, Luca masih berdiri tegak. Matanya menjadi semakin merah ketika ia melihat isi bingkai itu. Ia memegang erat bingkai hingga buku-buku jarinya memutih dan bergemetar.     

"..dak … as …."     

"E …?"     

"KAU TIDAK PANTAS MEMPERLIHATKAN WAJAHMU PADANYA! KAU INGIN MEMBUNUHNYA BAHKAN SETELAH IA MENJADI ROH?!"     

Teriakan Luca sangat keras, menekan hingga pada jantung Mihai. Tekanannya begitu kuat hingga detakan jantungnya berhenti untuk beberapa saat, membuatnya merasa seperti tercekik.     

'Aku … eh? Aku apa …?'     

Mihai kecil tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak ingin memahami isi teriakan itu tapi otaknya secara otomatis memahaminya ....     

… bahwa gadis di dalam foto itu seharusnya merupakan mamanya ….     

… bahwa alasan mamanya tidak lagi berada di dunia ini sekarang adalah dirinya ….     

… bahwa apa yang ada di dalam ingatannya tadi merupakan detik-detik kematian mamanya ….     

Pantas saja Luca membencinya!     

"HUAAA!!'     

Seluruh kenyataan ini terlalu berat untuk tubuh kecilnya. Vasile tidak ada di sini untuk melindunginya dan ia terlalu takut kepada Luca yang sekarang.     

Pada akhirnya, kaki pendeknya berlari keluar dari ruangan, dari rumah yang ia sayangi dan memasuki area hutan secara membabi buta ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.